• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Berpijak Keluar dengan Iman… Kedalam Jalan Sempurna Tuhan

February 18, 2021 by Cindy Angela

Baca versi original artikel ini dalam Bahasa Inggris: Stepping Out in Faith… Into God’s Perfect Way
Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Cindy Angela

Saya dilahirkan di Indonesia di tengah keluarga yang sangat “pastoral”. Kakek, ayah, dan tante-tante saya semuanya adalah pendeta. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara. Saya bersyukur bahwa orang tua saya mengenalkan saya kepada kekristenan dari usia dini.

Rumah kami terletak disebelah gedung gereja pada saat saya tumbuh besar. Karena itu, saya jarang melewarkan aktifitas gereja. Dimulai dari kelas tujuh, saya sudah terlibat dalam pelayanan Sekolah Minggu. Kemudian saya menjadi aktif dalam pelayanan musik.

Foto profil Steve Zacheus.

Walaupun saya tidak pernah dilatih secara formal dalam musik, namun saya menemukan panggilan saya didalamnya. Saya mengajarkan diri saya sendiri untuk bermain instrumen-instrumen musik. Saya mau mengangkat hal yang saya sukai (musik) dan menggunakannya untuk melayani orang lain. Selulusnya saya dari SMA, saya memutuskan untuk mengambil jurusan musik gereja di sebuah universitas Kristen di Yogyakarta.

Setelah lulus kuliah ditahun 1997, saya melayani sebuah gereja di Jakarta. Kadang-kadang, saya juga melayani di kampung halaman saya.

Di dalam periode waktu ini, saya bertemu orang Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat. Dia sering melayani di Indonesia dan adalah anggota dari JKI Anugerah di Sierra Madre, CA. Singkat cerita, dia mengundang saya untuk pindah ke Amerika Serikat dan menyeponsori saya untuk sekolah di Calvary Chapel Bible College.

Proses yang panjang harus saya lalui sebelum saya bisa memijakkan kaki di Amerika Serikat. Aplikasi visa saya ditolak tiga kali. Akhirnya, di tahun 2000, visa pelajar saya diterima. JKIA adalah gereja pertama yang saya hadiri di AS dan masih menjadi gereja saya sekarang.

Walaupun saya tumbuh dikelilingi banyak pendeta dan pelayan gereja, panggilan saya untuk ordinasi adalah proses gradual dimana Tuhan menunjukkan kesabaran-Nya kepada saya untuk menjawab kasih karunia-Nya.

Pada 12 Januari 2003, saya mendapatkan kredensial di Pacific Southwest Mennonite Conference di JKIA dan melayani dalam departemen musik. Tanggung jawab utama saya adalah memimpin tim musik dan kelompok persekutuan (small groups). Walaupun saya bersukacita dalam melayani Tuhan, saya tidak yakin apakah saya mau mengambil langkah maju dalam ordinasi.

Satu hal yang saya tahu melalui setiap musim hidup saya, adalah bahwa saya bisa percaya dan berlindung dalam naungan Tuhan. Dia selalu setia kepada saya. Dia menunjukkan kasih-Nya dengan memimpin saya setiap kali saya ditengah situasi yang menantang. Melalui kasih-Nya, Dia memanggil saya terus menerus sehingga saya beriman untuk mengikuti panggilan-Nya. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1, TB).

Ordinasi Steve Zacheus pada bulan Oktober 2020, difoto dengan Jeff Wright (Leadership Minister).

Akhirnya saya mendapatkan keyakinan dalam diri saya bahwa kita semua dipanggil Tuhan untuk melayani Dia semampu kita. Menjadi hamba Tuhan adalah respon kita terhadap kasih Tuhan. Cara terbaik untuk saya meresponi kasih Tuhan adalah untuk melayani Dia dengan semua talenta yang Dia telah percayakan kepada saya. Selama ini Dia telah bersabat, menunggu saya untuk mempersiapkan diri.

Pada 25 Oktober 2020, saya di ordinasi oleh Konferensi Mosaic. Ini adalah bab baru dalam pelayanan saya. Karena Tuhan begitu setia selama ini, saya percaya bahwa Dia akan tetap memimpin saya dalam perjalanan iman ini. Pekerjaan Tuhan belum selesai dalam hidup saya.

“Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.” (Ibrani 11:40, TB). Sebagai umat manusia, seringkali rasa ragu atau ketakutan menghantui kita, namun seperti perkataan Tuhan mengingatkan kita semua, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (1 Yohanes 4:18, TB).

Kasih Tuhan memimpin saya dalam melangkah keluar dengan iman menuju jalan-Nya yang sempurna.

Filed Under: Articles, Call to Ministry Stories Tagged With: JKI Anugerah, Steve Zacheus

Gong Xi Fa Cai

February 11, 2021 by Cindy Angela

Acara Imlek di Nations Worship Center tahun 2019

Gong Xi Fa Cai! Hari Jumat ini merupakan hari perayaan tahun baru Imlek, dimana ini adalah hari libur dan perayaan terpenting dalam kebudayaan TiongHoa. Imlek menandakan pergantian tahun dalam kalendar lunar yang biasanya jatuh antara tanggal 21 January – 20 February.  

Di Indonesia sendiri tahun baru Imlek dirayakan oleh warga keturunan TiongHoa, tetapi baru tahun 2001 perayaan ini boleh dilakukan secara terbuka, sebelumnya hanya boleh dirayakan secara tertutup. Tahun baru Imlek dijadikan hari libur nasional di Indonesia pada tahun 2003. 

Ada sebuah kebiasaan menarik pada waktu tahun baru imlek yang banyak ditunggu khususnya oleh anak anak, yaitu bagi bagi angpao. Angpao yang artinya amplop merah ini diisi oleh uang yang disiapkan biasanya oleh orang yang lebih tua yang sudah berkeluarga. Ketika acara kumpul keluarga anak anak akan mengucapkan “Kiong Hee” sambil melakukan gesture unik dengan kedua tangan dikepal di depan kepala seperti mau berdoa. Dan setelah itu biasanya angpao dibagikan. 

Acara Imlek di Philadelphia Praise Center tahun 2020.

Ada yang menarik dalam kebudayaan Tionghoa yang saya rasa perlu kita rayakan dan hormati dalam kaitan interkultural, ini bisa terlihat dari perayaan tahun baru imlek ini. Gong Xi Fa Cai (Mandarin) dan Kiong Hee (Hokkien) sebenarnya memiliki arti yang sama, yang adalah Selamat dan saya berharap kamu bisa kaya raya. Imlek pun identik dengan nuansa merah yang menandakan keberuntungan, sukacita dan kebahagiaan. 

Pertanyaan menarik adalah bagaimana kita sebagai pengikut Yesus menyikapi janji Tuhan untuk kemakmuran dihadapkan dengan panggilan untuk hidup menderita bersama Yesus. Tuhan Yesus berkata, “Pencuri datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan tetapi aku datang untuk membawa hidup, hidup yang berkelimpahan” (Yoh 10:10), tetapi di satu sisi ia berkata “Barangsiapa mau mengikut aku ia harus menyangkal diri, dan mengikut aku (Mat 16:24) 

Dari kedua ayat diatas ini saya melihat ada aspek memberi dan menerima. Tuhan mau memberi hidup, hidup yang berkelimpahan dan Tuhan meminta kita untuk memberikan seluruh hidup kita kepadanya. Hal ini bukanlah sebuah transaksi, tetapi sebuah proses transformasi yang terjadi ketika manusia lama kita diperbaharui oleh Tuhan menjadi manusia baru. Di satu sisi kita mengalami pergumulan karena manusia lama kita, tetapi disisi lain kita mau merayakan manusia baru kita di dalam Yesus. 

Acara Imlek di JKI Anugerah tahun 2020.

Meski tradisi tahun baru Imlek tidak terdapat dalam alkitab, saya percaya Tuhan bisa memakai perayaan ini untuk kemuliaan nama Tuhan, dan untuk kita belajar.  Manusia lama kita adalah manusia miskin,tetapi manusia baru kita adalah manusia kaya. Dan selama proses transformasi ini berlangsung kita diajar untuk terus memberi sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan. Kita juga belajar untuk untuk merayakan pembaharuan hidup kita bersama keluarga dengan meriah dan penuh sukacita. 

Perayaan imlek tahun ini pastinya sangat berbeda dengan tahun tahun biasanya, tetapi satu hal yang pasti suasana kekeluargaan, merah meriah, dan sukacita tetap terlihat. Selamat tahun baru imlek 2021, Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Filed Under: Articles

Hidup ini adalah Kesempatan

February 4, 2021 by Cindy Angela

Hidup ini adalah kesempatan, 
hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri
Hidup ini hanya sementara

Mungkin banyak dari kita mengenal lagu “Hidup ini adalah kesempatan”. Lagu ini cukup populer di kalangan umat Kristen di Indonesia. Tetapi mungkin sedikit orang yang mengenal nama  Pendeta Wilhelmus Latumahina, beliau adalah penyanyi dan pencipta dari lagu tersebut.  Meski beliau telah tutup usia di tahun 2020 kemarin, tetapi lagunya akan terus tetap memberkati banyak  orang. 

Ditengah pandemi COVID-19, kehidupan adalah sebuah anugerah, jika Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk hidup, bahkan kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama kita, ini adalah sebuah hak istimewa.

“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. – Pengkotbah 9:10 

Foto Jemaat ILC Sesudah Ibadah

Hari Minggu kemarin, tanggal 31 January 2021, Indonesian Light Church Philadelphia merayakan hari ulang tahunnya yang ke 9 tahun. Ulang tahun kali ini dirayakan dengan suasana yang sangat berbeda dari ulang ulang tahun sebelumnya. Meski tanpa acara makan makan yang mewah dikarenakan protokol kesehatan, dan beberapa jemaat hadir secara online, perasaan bersyukur yang mendalam akan Kasih Karunia Tuhan dan juga atas kasih persaudaraan antar jemaat membuat suasana ulang tahun kali ini begitu berarti.

Ps. Steve Kriss (Pelayan Eksekutif, Konferensi Mosaic) membagikan firman Tuhan di ILC.

Dalam kotbah yang dibawakan oleh Pendeta Steve Kriss, Eksekutif Minister, Mosaic Mennonite Conference, beliau menyebutkan bahwa ada sebuah keistimewaan dalam gereja kecil. ILC adalah sebuah keluarga, keluarga dimana setiap anggota anggotanya bekerja sama dalam membangun hidup bersama, memberi warna, dan mengikuti Yesus bersama sama. 

Bapak Robi, salah satu jemaat ILC, bersaksi bahwa ketika rumahnya terkena musibah kebakaran, ILC hadir sebagai keluarga bagi mereka. “Meski bukan saudara sedarah, tetapi kita semua disatukan oleh satu Darah Yesus yang menjadikan kita saudara.” 

Sharing daripada Bapak Robi (kiri), dan Ibu Bina (kanan).

“Tentunya dalam kehidupan berjemaat tidak lepas dari apa dinamakan suka dan dukanya, bahkan mungkin lebih banyak dukanya, tetapi ketika melihat ada jiwa jiwa bertemu dengan Tuhan dan mengalami perubahan hidup seakan akan dukacita tersebut lenyap dan diganti oleh rasa sukacita yang besar,” ujar Ibu Bina salah satu perintis dari jemaat ILC. 

Gereja sehat adalah gereja yang bertumbuh, baik secara kualitas maupun kuantitas. Mengucap syukur bahwa ILC bisa semakin solid, terbukti bisa melewati tahun 2020 dengan baik dan memasuki tahun 2021 dengan penuh harapan. 

Penyerahan Anak Asher Jermaine yang dipimpin oleh Ps. Aldo Siahaan (PPC)

Ibadah dilanjutkan dengan acara penyerahan anak yang dipimpin oleh Pastor Aldo Siahaan selaku leadership minister di ILC. Selain itu juga ILC kedatangan satu jiwa baru, Ia seorang warga negara Amerika yang pernah tinggal di Indonesia dan begitu rindu akan budaya Indonesia, ketika melihat ibadah online ILC, Ia memutuskan untuk pergi beribadah bersama sama kami. 

Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan memanggil kita untuk naik ke surga, tetapi kita perlu tahu panggilan Tuhan buat kita di dunia ini. Kita dipanggil dan diberi kesempatan melayani Tuhan dan melayani sesama. Apa yang ada “ditangan” bapa ibu saudara saat ini? Saya percaya kita adalah bagian dari keluarga rohani, tubuh Kristus, dan ini adalah sebuah kesempatan istimewa bagi kita semua.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, Indonesian Light Church

Pentingnya Komunitas Gereja dalam Melewati Badai COVID-19

January 28, 2021 by Cindy Angela

Gereja bukanlah sebuah gedung, gereja adalah ekklesia,  kumpulan orang orang percaya, tubuh Kristus yang hadir ditengah tengah kita semua. Dikala hampir semua gedung gereja tutup karena pandemi, tetapi gereja tetap hidup di tengah tengah komunitas orang percaya. 

Foto dari Graciella Odellia (NWC) yang membagikan makanan pokok di South Philadelphia dimasa pandemi.

Gereja sebagai komunitas begitu menjawab kebutuhan sehari hari jemaat, khususnya di tengah tengah pandemi. Mulai dari pengiriman bahan bahan makanan pokok, sharing makanan, sharing obat-obatan dan vitamin,  sampai dengan pengantaran ke rumah sakit. Gereja ada dan menjawab kebutuhan hampir di setiap aspek kehidupan. 

Tentunya berkumpul dan makan bersama-sama adalah hal yang sama sama kita rindukan sebagai tubuh Kristus. Bersyukur buat kemajuan teknologi, akses internet cepat dan banyaknya platform media yang bisa digunakan untuk bisa membuat yang jauh menjadi dekat terasa sekali di tengah tengah pandemi ini. 

Memang pada awalnya tidak mudah untuk menyesuaikan tetapi lama kelamaan atas dasar kebutuhan komunikasi digital online menjadi sebuah kebutuhan pokok yang utama. Facebook, Instagram, Whatsapp, Twitter, Email, Zoom, dll menjadi sarana komunikasi yang cukup efektif. Kita menjadi terbiasa membawa rumah kita kemana saja kita melakukan meeting secara online. 

Maraknya meeting online, salah satunya adalah pertemuan konferensi Mosaic bulan November 2020.

Dalam tragedi ternyata ada kesempatan, kesempatan untuk bertumbuh menjadi orang yang lebih baik, kesempatan bertumbuh menjadi komunitas dan gereja yang lebih baik lagi. 

Tidak dipungkiri bahwa pandemi berdampak signifikan dalam hidup kita, beberapa dari kita kehilangan keluarga, orang-orang terdekat kita, banyak orang kehilangan pekerjaan dan harus mengandalkan tabungan mereka yang semakin hari semakin menipis, karena tidak semua dari kita mendapat stimulus dari pemerintah. 

Kadang menjadi pertanyaan kapan semua ini akan berakhir? Meski vaksin sudah tersedia, tampaknya masih harus menunggu cukup lama sampai semuanya kembali normal kembali. Disinilah peran gereja menjadi penting untuk berjalan bersama sama dengan orang orang yang memerlukan pertolongan, membantu, memberi semangat, dukungan doa, dan pada akhirnya memberi harapan bagi mereka yang sudah tidak memiliki harapan lagi. 

Setiap sebulan sekali kami para hamba hamba Tuhan gereja gereja Indonesia di bawah Mosaic Mennonite Conference mengadakan pertemuan dimana kami bisa saling share satu sama lain, saling mendukung satu sama lain melalui zoom online. Kami sadar bahwa di tengah tengah pandemi kehadiran kami sebagai pelayan Tuhan sangat penting dalam komunitas gereja yang kami pimpin,  Tetapi di sisi lain kami pun sadar bahwa kami adalah manusia biasa yang juga memiliki pergumulan kami tersendiri. Ada ayat Firman Tuhan yang menguatkan kami semua dalam pertemuan pada waktu itu, diambil dari Roma 5:3-6. 

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan  kita , karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.  Dan pengharapan   tidak mengecewakan, karena kasih  Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka  pada waktu yang ditentukan oleh Allah.

Roma 5:3-6

Saya mau mengajak kita semua sebagai komunitas gereja, mari kita ciptakan sebuah ruang dimana kita bisa saling berbagi beban kita khususnya dalam menghadapi pandemi ini. Karena dalam berbagi pergumulan, kita bukan saja sedang berbagi beban kita tetapi kita sedang memulai proses pemulihan dari setiap trauma yang kita alami di dalam ini. Mari jadikan komunitas gereja sebuah tempat yang aman untuk berbagi bukan saja makanan, bantuan, sumber daya lain, tetapi juga berbagi cerita, pergumulan, dan pengalaman kita dalam menjalani kehidupan ini bersama sama dengan Tuhan.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Pertanyaan yang sering diajukan berkaitan dengan Vaksin Covid-19

January 21, 2021 by Cindy Angela

Dijawab oleh Dr.Kara Mascitti, Direktur Jaringan Epidemiologi Kesehatan dan Pencegahan Infeksi; Presiden, Staf Medis Jaringan; Dokter, Rekan di bagian Penyakit Menular Rumah Sakit St. Luke
Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Hendy Matahelemual.

Klik disini untuk download versi original dalam Bahasa Inggris.

Saya ingin mendapatkan vaksinasi tetapi baru-baru ini menderita COVID. Ketika masa menunggu 90 hari saya telah selesai, apakah nantinya masih ada cukup vaksin tersedia untuk saya?

Ya! Kami akan terus melayani sebagai tempat distribusi vaksin untuk karyawan, pasien, dan komunitas kami selama beberapa bulan kedepan. Mereka yang menunda vaksinasi karena baru terinfeksi COVID, dipastikan akan tetap memiliki akses terhadap vaksin ketika mereka siap.

Saya ingin divaksin, tetapi tidak bekerja secara langsung dalam penanganan pasien. Saya merasa “bersalah” untuk divaksin karena mungkin masih banyak orang yang lebih memerlukannya. 

St Luke telah menerima cukup persediaan vaksin untuk semua karyawan, sehingga jika anda divaksin, tidak akan menghalangi karyawan kami untuk mendapat akses vaksin tersebut.  Selanjutnya, kami terus proaktif dan mensukseskan pemberian vaksin kepada penyedia lini depan dalam masyarakat termasuk (tetapi tidak terbatas pada) praktisi independen dan stafnya, dokter gigi, dokter mata, apoteker, tenaga medis di rumah, terapis fisik, dan EMS. Pendekatan kami adalah siapa saja yang bekerja di SLUHN sangat penting dan berharga bagi kemampuan kami untuk memberikan perawatan kesehatan kepada pasien dan komunitas kami. Silakan gunakan kesempatan ini untuk mendapatkan vaksin SEKARANG untuk menjaga, mencegah diri Anda sendiri dan orang-orang di sekitar Anda #StLukesStrong!


Bantahan Mitos-Mitos Vaksin Covid! 

Mitos: Vaksin COVID-19 tidak aman karena dikembangkan dan dirilis terlalu cepat.  

Vaksin Pfizer dan Moderna saat ini mampu disebarkan begitu cepat oleh karena adanya tanggapan global yang luar biasa dan bersejarah.

  • Sejumlah besar sumber daya telah diinvestasikan secara global oleh kerjasama pemerintah dan perusahaan farmasi yang hanya berfokus pada pengembangan vaksin ini. (AS: $ 9 miliar, Global:> $ 8 miliar). Uang berbicara!
  • Ada banyak sekali kerjasama dan pertukaran informasi internasional yang membantu pengembangan vaksin. Ibarat ruang pembelajaran pra-sekolah yang dimaksimalkan. 
  • Meskipun ini adalah vaksin mRNA pertama di pasaran, para peneliti telah bekerja dengan vaksin mRNA selama 10 tahun. Ingat sistem “Plug and Play” (Pasang dan Pakai)!
  • Teknologi mRNA memungkinkan sintesis cepat untuk vaksin tingkat klinis (terkadang di dalam hitungan minggu!) Berbeda dengan vaksin lain yang membutuhkan teknik kultur sel yang dapat dilakukan dalam hitungan tahun untuk meningkatkan produksi massal.
  • Studi dan industri vaksin selama beberapa dekade telah belajar untuk mengembangkan cara yang lebih cepat melakukan uji klinis. Ini memungkinkan desain dan implementasi bersamaan dalam berbagai fase studi klinis tanpa “jalan pintas”.
  • Ada dukungan yang sangat besar dari masyarakat, tercatat ada lebih dari 70.000 jumlah peserta sukarela yang bersedia dan segera mendaftar untuk penelitian dan vaksinasi dalam waktu singkat. Luar biasa
  • Tingkat COVID-19 yang meroket di Amerika Serikat dan negara lain di mana vaksin ini diuji memungkinkan adanya infeksi yang cukup untuk memberi jawaban cepat apakah vaksin ini akan berhasil.

 Mitos :  Waktu pemberian vaksin terlihat mencurigakan dalam situasi politik saat ini 

Iklim politik saat ini tidak berpengaruh pada integritas pengembangan atau proses persetujuan vaksin.

  • Pfizer tidak mengambil investasi di muka apa pun dari pemerintah AS (sebenarnya Pfizer mendapat investasi besar dari Jerman!) dan bahkan memutuskan untuk mendapatkan penggantian dari AS melalui penjualan setelah vaksin disetujui. Ini menunjukan tindakan transparan dari sebuah perusahaan farmasi.
  • Vaksin Pfizer dan Moderna juga telah disetujui secara independen di Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Eropa, dan Kanada. Ingat, beberapa negara ini tidak begitu menyukai Amerika Serikat dan juga presiden Amerika Serikat saat itu. 

Mitos:  Vaksin COVID menyebabkan reaksi alergi yang parah termasuk anafilaksis dan oleh karena itu berbahaya untuk diambil.

Rekaman dan berita reaksi alergi dari vaksin COVID telah menjadi berita utama yang sensasional di seluruh dunia, tetapi reaksi yang parah sangatlah jarang terjadi.

  • Reaksi yang paling banyak terlihat dari vaksin COVID adalah reaksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan sembuh total tanpa komplikasi atau cedera permanen.
  • Reaksi dengan vaksin COVID tidak terlihat berbeda dari vaksin lainnya, dan ini terkait dengan respons imun yang diharapkan dan ditimbulkan oleh vaksin.
  • Reaksi dari vaksin sangatlah JAUH lebih ringan daripada infeksi COVID itu sendiri.
  • Banyak orang dengan reaksi parah terhadap vaksin COVID memiliki riwayat reaksi serupa terhadap makanan atau obat di masa lalu, ini menjadikan ia berisiko tinggi untuk mengalami reaksi parah terhadap vaksin apapun.

Mitos: Lebih banyak orang akan mati sebagai akibat efek negatif  Vaksin COVID-19 daripada yang sebenarnya mati karena virus.

Tidak ada kematian terkait dengan vaksin COVID. Ada 1,87 juta kematian di seluruh dunia dari COVID (kemungkinan merupakan perkiraan yang terlalu rendah). 

  • COVID memiliki angka kematian 1-2% (1-2 per 100 orang)
  • Vaksin secara umum memiliki tingkat efek samping yang serius 1-2 per satu juta orang, belum tentu melibatkan kematian. Ini seharusnya tidak berbeda dengan vaksin COVID.
  • Dalam matematika sederhana: Kami menargetkan untuk memvaksinasi 200 juta orang Amerika pada akhir tahun 2021. Jika 200 juta lebih orang Amerika terkena COVID, 2 juta atau lebih orang akan mati. Jika 200 juta orang Amerika mendapatkan vaksin COVID, 2-4 orang akan memiliki efek buruk yang serius (dan mungkin bukan kematian).

Mitos: Vaksin COVID-19 dikembangkan untuk mengontrol populasi umum baik melalui pelacakan microchip atau “nanotransduser” di otak kita.

Nanotransduser otak sejauh ini hanya mungkin di film. Saya tahu mungkin kita telah banyak menonton Netflix belakangan ini, tapi apakah imajinasi kita terlalu jauh?

  • Tidak ada microchip atau nanotransduser dalam vaksin
  • Vaksin tidak akan melacak orang atau mengumpulkan informasi pribadi ke dalam database
  • Mitos ini kemungkinan besar dimulai setelah komentar yang dibuat oleh Bill Gates terkait dengan sertifikat digital untuk status vaksin perorangan, yang sama sekali tidak terkait (dan sebenarnya cukup keren!). Baca lebih lagi disini.

Mitos: Vaksin COVID-19 dikembangkan menggunakan jaringan janin.

Vaksin mRNA COVID-19 yang sekarang tidak memerlukan penggunaan kultur sel janin (atau kultur sel lainnya untuk hal itu) dalam proses produksi.

Mitos: Vaksin COVID-19 akan mengubah DNA saya.

Tidak ada pengaruh permanen pada materi genetik Anda sendiri dari vaksin ini.

  • Vaksin Pfizer dan Moderna adalah vaksin messenger RNA (mRNA), BUKAN vaksin DNA
  • Vaksin mRNA bekerja dengan menginstruksikan sel-sel dalam tubuh bagaimana membuat protein yang memicu respon imun
  • Menyuntikkan mRNA ke dalam tubuh Anda tidak akan berinteraksi atau melakukan apa pun pada DNA sel Anda
  • Sel manusia akan terpecah dan membuang mRNA segera setelah mereka selesai menjalankan tugasnya. 

Mitos: Vaksin COVID menyebabkan kemandulan atau keguguran.

Vaksin COVID tidak pernah dikaitkan dengan infertilitas atau keguguran, tidak ada kekhawatiran secara teori yang akan menyebabkan hal tersebut terjadi. 

  • Kampanye disinformasi (diduga berasal dari mantan ilmuwan yang dikenal dengan pandangan anti vaksin) telah beredar di internet.
  • “Berita palsu” ini mengklaim bahwa lonjakan protein terhadap antibodi oleh vaksin COVID dapat mengikat protein plasenta, sehingga mencegah kehamilan atau menyebabkan keguguran
  • Hal Ini secara ilmiah tidak dapat dipercaya / masuk akal:
    • Infeksi COVID sendiri belum pernah dikaitkan dengan infertilitas atau keguguran.
    • Antibodi alami yang dipicu oleh infeksi COVID belum pernah dikaitkan menyebabkan  infertilitas atau keguguran.
    • Tidak ada infeksi virus lain atau kekebalan yang disebabkan oleh vaksin yang telah terbukti menyebabkan infertilitas atau keguguran.

Mitos: Vaksin COVID-19 harus disimpan pada suhu yang sangat rendah karena bahan pengawet dalam vaksin.

Kedua vaksin tersebut mengandung messenger RNA yang rapuh dan dapat rusak dengan mudah sehingga membutuhkan sebuah lingkungan yang sangat dingin yang  membuat mereka stabil dan aman. Tidak ada bahan pengawet di kedua vaksin.

Mitos: Vaksin menyebabkan autisme.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin memang demikian sangat aman dan efektif. Baca lebih disini.

Filed Under: Articles

Sebuah Refleksi Mosaic terhadap penyerangan Gedung Capitol

January 8, 2021 by Cindy Angela

Untuk dosa eksepsionalisme Amerika kami bertobat.

Sebagai orang-orang yang ingin dibentuk oleh gambaran Yesus, kami menyadari bahwa kami sering mengidolakan negara kami, pemerintahan kami, bahkan demokrasi itu sendiri. Tangisan kami, “Bagaimana ini bisa terjadi disini” memperjelas kecenderungan kita untuk menganggap diri kita lebih baik daripada orang lain, dimana ini tidak mencerminkan pikiran Kristus. 

Untuk dosa eksepsionalisme amerika, kami bertobat. Kami berdiri didalam solidaritas bersama saudara-saudari diseluruh dunia yang Kami berdiri dalam solidaritas dengan saudara-saudari di seluruh dunia yang hidup dengan pergolakan politik dan kekerasan setiap hari


Untuk dosa supremasi kulit putih kami bertobat.

Sebagai orang-orang yang berkomitmen dalam transformasi bersama melalui hubungan  interkultural, kami mengakui bahwa rasisme yang memicu demonstrasi dan penyerangan terhadap Gedung Capitol kemarin. Kami berduka atas kekuatan yang terus menerus ada yang dimiliki oleh narasi ras kulit putih atas kami sebagai bangsa dan khususnya sebagai pengikut Kristus. 

Untuk dosa supremasi kulit putuh, kami bertobat. Kami berkomitmen kembali untuk mengejar keadilan alkitabiah dan keterkaitan hak dalam kehidupan, komunitas, dan negara kami sehingga semua orang dapat mengalami kehidupan Tuhan yang berkelimpahan.


Untuk dosa keterlibatan, kami bertobat.

Sebagai orang-orang yang terpanggil untuk mengikuti Yesus dalam menyembuhkan apa yang telah rusak didalam hubungan kita, lingkungan dan dunia kita, kami mengakui bahwa banyak dari kami menemukan identitas di dalam kewarganegaraan nasional atau partai politik. Pada saat yang sama, banyak dari kami dengan cepat melihat ke arah lain dalam menghadapi kejahatan untuk menjaga perdamaian semu yang merugikan daripada menyembuhkan.

Untuk dosa keterlibatan, kami bertobat. Kami menerima identitas kami sebagai Tubuh Kristus – Jalan, Kebenaran dan hidup – saat kita bergabung dalam karya Tuhan membuat semuanya baru. 

Filed Under: Articles

Apa arti sebuah nama?

December 30, 2020 by Cindy Angela

Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi – William Shakespears 

Tentunya nama memiliki arti, karena nama menyingkapkan identitas kita. Mengapa nama yang tepat begitu penting? Apakah identitas akan berubah ketika nama berganti? Konfusius berkata Permulaan kebijaksanaan adalah memberi nama yang benar terhadap sesuatu. 

Pada tahun 1967 di negara dimana saya dilahirkan, Indonesia. Pemerintah Indonesia menganjurkan semua orang keturunan Tionghoa (Chinese-Indonesia) untuk mengganti nama mereka dengan nama Indonesia. Meskipun hal ini berupa anjuran namun sebenarnya ini merupakan salah satu bentuk asimilasi paksa untuk menghilangkan identitas etnis Tionghoa. Kebanyakan keluarga Chinese-Indonesia sampai pada hari ini memiliki dua nama, nama yang dipakai di dalam keluarga dan nama yang dipakai untuk keperluan identifikasi sebagai warga negara. 

Asimilasi budaya terjadi di seluruh bagian dunia hingga hari ini. Orang tua saya memberi nama saya Hendy, diambil dari nama kedua kakek saya Hendrik dan Eddy, yang adalah tipikal nama Eropa. Hanya nama belakang saya saja yang berasal dari nama suku Ambon, etnis dimana keluarga ayah saya berasal. 

Saya mengakui bahwa saya pernah malu pada nama belakang saya. Hal itu membuat saya tidak pernah menggunakan nama tersebut, saya merasa itu terlalu etnik dan berbeda, tidak seperti nama nama Indonesia atau nama nama barat lainnya yang lebih umum. Sehingga akhirnya saya memakai nama tengah saya, Stevan, namanya lebih Eropa, sehingga lebih diterima secara budaya.  

Setelah saya belajar mengenai studi interkultural saya merasa saya harus kembali menggunakan nama keluarga saya. Saya merasa mendapat pewahyuan untuk menggunakan nama belakang saya. Saya percaya nama saya memiliki cerita dan seiring berjalannya waktu saya ingin mengetahui lebih banyak tentang cerita itu. 

Persatuan bukanlah penyeragaman, dan keunikan bukanlah perpecahan. Meski pengaruh budaya dominan begitu besar. Saya percaya Tuhan ciptakan kita unik, dan kita tidak perlu mengikuti budaya dominan melainkan berubah kembali menjadi seperti gambaran-Nya. Dan saya percaya Tuhan menentang penyeragaman dan etnosentrisme. Tidak ada budaya atau etnis yang lebih baik dari yang lain. Kita semua memiliki kecacatan dan keindahan yang setara.

“Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” – Kejadian 11:4

Tuhan meruntuhkan menara Babel dan mencerai beraikan mereka,  karena mereka ingin membuat masyarakat seperti gambaran mereka sendiri, sesuai standard mereka, mereka bangga dan ingin memberi nama untuk mereka sendiri. Sehingga dibutuhkan kuasa penebusan Yesus Kristus di kayu salib untuk akhirnya menyelamatkan manusia dari kesombongan ini dan kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk berkomunikasi lintas budaya. 

Persoalan nama juga tercatat di perjanjian lama, Hananiah, Mishael, dan Azaria harus mengganti nama Ibrani mereka dengan nama Chaldean, Sadrach, Meshach, dan Abednego. Bahkan dalam perjanjian baru adalah umum jika orang Yahudi memiliki dua nama, satu nama Ibrani dan satu nama Yunani. Pada kenyataanya Rasul Paulus tidak menggantinya, Saulus adalah nama Ibrani sedangkan Paulus adalah nama Yunani. 

“Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.” – Wahyu 2:17

Ketika saya menyiapkan artikel ini saya melakukan pencarian arti dari nama belakang saya. Sebelumnya saya tidak tahu apa arti kata Matahelemual. Tidak mudah untuk mencari jawabanya. Saya harus mencari tahu kepada saudara saya yang mengerti bahasa Ambon, Akhirnya setelah mendapatkan jawaban yang pasti, nama Matahelemual berarti Pintu yang terbuka. Saya bersyukur saya merasa seperti Tuhan memberikan saya sebuah nama yang baru. 

Ada dua nama, nama yang diberikan oleh manusia dan nama yang diberikan oleh Tuhan. Nama yang diberikan oleh Tuhan adalah nama yang akan mengarahkan kita kepada janji-Nya. Tuhan mengganti nama Abram menjadi Abraham, Sarai menjadi Sarah, Yakub menjadi Israel, dan Simon menjadi Petrus. Dan melalu nama itu Tuhan memberikan awal yang baru, harapan baru dan berkat yang baru. Nama adalah sebuah doa. Apa arti nama anda?

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Hendy Matahelemual

Siapa yang Menabur, ia akan Menuai

December 10, 2020 by Cindy Angela

“Siapa yang menabur, ia akan menuai” ucap Pastor Buddy Hananto, ketika ia bercerita mengenai suka dan duka dalam melayani dan bagaimana Tuhan begitu ajaib membawa kehidupan pribadi, keluarga dan pelayanan semakin bertumbuh di dalam Tuhan. 

Foto disediakan oleh Buddy Hananto

Pastor Buddy Hananto lahir dan besar di kota Jakarta. Ia memulai pelayanan di gereja dan aktif di pergerakkan pemuda sejak kelas 3 SMA bersama GPKDI, dimana ia melayani disekolah-sekolah. Ketika menginjak bangku kuliah Pastor Buddy sudah memulai pelayanan mimbar di cabang cabang gereja GPKDI yang tersebar di kota Jakarta dan Tangerang. 

Pada tahun 1992 kedua orangtua Pastor Buddy mendapatkan lotere green card untuk tinggal di  Amerika Serikat. Pada pada tahun itu beliau pergi ke Amerika Serikat ke negara bagian California bersama kedua orang tuanya. 

Sesampainya di California, Pastor Buddy kembali melayani ia bertemu dengan Pastor Virgo Handojo dimana ia dimentori oleh beliau dan bersama sama melayani di JKI Anugerah. Karena sudah cukup berpengalaman dalam pelayanan Pastor Buddy sering ditugasi untuk mengisi pelayanan mimbar di gereja gereja lain. 

Pada tahun 1995 beliau diutus untuk merintis persekutuan bersama Pastor Haryono Margono yang kemudian persekutuan tersebut berkembang menjadi Indonesian Mennonite Church. Pada tahun 1996 Pastor Haryono Margono mengundurkan diri dan Pak Buddy Hannanto ditunjuk menjadi gembala sidang dan setahun setelahnya Pastor Buddy ditahbiskan oleh Pacific SouthWest Mennonite Conference. Indonesian Mennonite Church kemudian berganti nama menjadi Indonesian Worship Church pada tahun 2000. 

Dalam kepemimpinan Pastor Buddy, Indonesian Worship Church berkembang dari gereja yang hanya melayani orang Indonesia menjadi gereja yang melayani orang orang non-Indonesia, sehingga akhirnya pada tahun 2016 Indonesian Worship Church berganti nama menjadi International Worship Church. Pada Tahun 2019 Pastor Buddy di ordain oleh Franconia Mennonite Conference yang sekarang menjadi Mosaic Mennonite Conference. 

Foto disediakan oleh Buddy Hananto

“Pelayanan adalah anugerah dan kesempatan, membangun mahkota di surga.” Sejak tahun tahun 2004 Pastor Buddy telah bekerja sepenuh waktu untuk  gereja. Kegiatan yang beliau lakukan di gereja adalah melayani pada hari minggu, cell-group dan Bible study di hari biasa dan membantu jemaat. Hari biasa Pak Buddy siap untuk melayani jemaat pergi ke kantor imigrasi, pergi ke dokter,dll. “Panggilan seorang hamba Tuhan melayani etnik church akan lebih banyak tuntutan melayani kepada jemaat , bukan hanya berkotbah di mimbar tetapi lebih dari itu jemaat menggangap kita keluarga.” Tidak jarang bahkan Pastor Buddy diminta tolong oleh jemaat dari gereja lain, tentunya atas persetujuan gembala gereja tersebut. 

“Kalau kita sungguh dalam pelayanan, orang yang kita layani akan mencintai kita, Pelayanan dilakukan dengan sungguh hati, sukacita dan tidak hitung hitungan. Hasilnya bisa dilihat buah buahnya bisa dinikmati hari ini, baik pertumbuhan dan kesungguhan jemaat dalam melayani, “, Ucap Pastor Buddy. 

“Kita harus serupa seperti Kristus, menjadi orang Kristen yang memiliki buah-buah roh dan bukan karunia roh saja, Karunia tanpa buah roh adalah sementara, ini yang akan membuat orang menjadi kecewa sama pelayanan, tetapi jika kita mengejar buah buah roh hasilnya akan tetap”

Sekarang Pastor Buddy sedang mengambil sekolah untuk mendapatkan gelar Doctor of Ministry dimana ini merupakan cita cita beliau sejak pertama kali menginjakkan kaki di Amerika Serikat. “Kali ini Tuhan memberikan kesempatan bagi saya untuk sekolah, saya tidak mau mundur,saya mau maju terus dan mengambil kesempatan itu ” ucap Pastor Buddy. 

Pastor Buddy tinggal di Al Hambra, California, Ia menikah dengan Susy Hananto dan dikarunia dua orang anak, Jason dan Rachel. Disela-sela kesibukan beliau memiliki hobi olahraga lari untuk menjaga kebugaran tubuh.

Filed Under: Articles Tagged With: Buddy Hananto, Hendy Matahelemual

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 13
  • Go to page 14
  • Go to page 15
  • Go to page 16
  • Go to page 17
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use