Ada peribahasa yang berkata, “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” yang artinya kehidupan kita harus disesuaikan dengan keadaan atau aturan dimana kita tinggal. Tetapi saya mau mengartikan ini dan mengajak kita semua bagaimana kita sebagai manusia hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Ditengah usaha membawa kedalam terang, aspek kesehatan (vaksin covid19) dan aspek kemanusiaan (kekerasan bersenjata, kebrutalan polisi, keadilan sosial dan rasial),mari kita melihat permasalahan yang sama pentingnya bagi kita semua, yaitu mengenai tempat dimana kita berpijak, keadaan bumi kita, mari kita berbicara mengenai keadilan lingkungan / “climate justice”
Hari ini tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Internasional, Hari dimana kesadaran publik mengenai keadaan planet kita perlu disuarakan agar kesadaran mengenai lingkungan hidup tetap ada dan bumi kita tetap terjaga dan tetap bisa layak untuk dihidupi oleh generasi yang akan datang.
Adalah sebuah fakta bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh polusi gas rumah kaca dan eksploitasi manusia menyebabkan bumi kita menjadi rusak. “Orang menderita, kehilangan nyawanya, seluruh ekosistem runtuh, bumi sedang menuju kepada kemusnahan masal”, ujar aktivis lingkungan hidup Greta Thunberg dalam pidatonya “How dare you”, dimana Ia mengecam pemimpin pemimpin dunia yang tidak memperhatikan lingkungan hidup.
Bersyukur Amerika Serikat, pada bulan January 2021, kembali memutuskan untuk meratifikasi Perjanjian Paris mengenai Perubahan iklim, setelah pemerintahan sebelumnya menarik diri seluruhnya dari perjanjian ini. Tetapi langkah simbolik tanpa tindakan nyata bersama sama akan menjadi pepesan kosong saja.
Baru saja di awal bulan April 2021 terjadi peristiwa banjir bandang di Nusa Tenggara Timur, Indonesia yang menyebabkan puluhan ribu jiwa mengungsi, ratusan rumah hancur dan lebih dari 180 orang meninggal dan puluhan masih hilang tidak dapat ditemukan. Banjir, kekeringan, gelombang panas, kelangkaan air, kebakaran hutan dan badai diseluruh dunia akan terus meningkat jika tidak ada kesadaran mengenai keadilan terhadap lingkungan. Bagaimana kita sebagai pengikut Yesus mengambil sikap dalam hal ini?
Saya percaya keselamatan yang Tuhan berikan kepada manusia melalui Yesus Kristus adalah keselamatan holistik yang mencakup segala aspek kehidupan. Lebih dari sekedar kehidupan kekal bersama Bapa disurga, tetapi Tuhan Yesus juga ingin Kerajaan Surga turun di muka bumi ini melalui kita orang orang yang percaya. Hal ini berarti sebagai pengikut Yesus kita harus mengambil bagian dalam pekerjaan rekonsiliasi antara manusia dan alam di muka bumi ini. Kita perlu menjadi pengelola yang baik dari alam ini beserta seluruh isinya.
“Kita perlu melihat keadilan lingkungan hidup dan iklim sebagai pemuridan spritual’, ujar Sue Park-Hur, pastor interdenominasi MC USA. “Mari merubah cara hidup dengan menanyakan pertanyaan kepada diri kita sendiri: Bagaimana kita hidup sederhana ketika kita dikelilingi oleh kehidupan yang rumit, beracun dan penuh dengan limbah? Bagaimana kita melihat lingkungan kita pada setiap kesempatan yang ada? Bagaimana kita mempengaruhi kebijakan dan bekerja sama dengan organisasi untuk membuat dampak yang besar?”
Untuk meningkatkan kesadaran kita dan belajar lebih jauh mengenai keadilan lingkungan / climate justice tentunya kita perlu menambah wawasan kita mengenai keadilan lingkungan ini, berikut beberapa sumber yang bisa kita tonton atau pelajari https://www.mennoniteusa.org/tag/climate-justice/
Baru saja saya menonton film dokumenter yang dibuat pada tahun 2016 berjudul “Before the Flood” yang dibawakan oleh Leonardo Di Caprio sebagai duta climate change untuk PBB yang menurut saya sangat menarik, dan masih banyak lagi sumber sumber lain yang bisa kita dapatkan mengenai keadilan lingkungan,mari terus mengedukasi diri kita sendiri dan orang lain mengenai pentingnya aspek lingkungan hidup, dan mari jadikan bumi yang kita pijak tempat yang lebih baik.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.