oleh Stephen Kriss
Kisah konflik antara Paulus dan Barnabas dalam Kisah Para Rasul selalu membuat saya gelisah. Mengapa kedua saudara itu tidak bisa menyelesaikannya? Perselisihan mereka adalah tentang tentang siapa yang boleh ikut dalam perjalanan mereka, dan juga tentang sikap hati yang berbeda.
Mereka sampai pada kebuntuan. Kebutuhan untuk memberitakan Injil ke banyak tempat lebih baik dilakukan dengan berpisah daripada tetap terjebak dalam hubungan yang penuh ketegangan.
Apakah ada pengaruh kepribadian? Pasti. Apakah rasa frustrasi itu nyata? Tentu. Apakah pelayanan mereka setelah terpisah berhasil? Tampaknya, ya. Apakah Injil dirugikan oleh keputusan mereka untuk berpisah? Pada akhirnya, tidak. Namun kisah ini mengingatkan kita bahwa perpisahan–meskipun diperlukan–tetap bisa terasa menyakitkan.
Konferensi Mosaik saat ini menghadapi situasi serupa. Kami telah menghabiskan banyak energi dan waktu untuk mempertimbangkan bagaimana Mosaik perlu menyelaraskan hubungan dengan Mennonite Church USA. Setelah bertahun-tahun negosiasi, Dewan Konferensi Mosaic merekomendasikan bahwa sudah saatnya tidak melanjutkan hubungan dalam bentuk yang sekarang.
Rekomendasi dari Dewan Mosaik adalah sebuah undangan untuk berfokus pada apa yang mungkin kita lakukan bersama di luar ikatan denominasi saat ini, dan bergerak menuju keterhubungan global melalui Mennonite World Conference.
Saya percaya ini adalah pilihan terbaik untuk masa depan Mosaik. Meskipun saya sangat berakar pada komunitas-komunitas yang membentuk Mennonite Church USA, saya sadar bahwa perpecahan dalam denominasi ini sudah menjadi bagian dari awal perjalanan Konferensi kita.
Eastern District Conference memilih untuk terbelah dua daripada bergabung dengan Mennonite Church USA. Southeast Mennonite Conference juga terpecah menjadi beberapa bagian. Sejak Mosaic terbentuk pada 2019, lebih dari enam gereja mantan anggota Franconia Conference sudah meninggalkan Mosaic. Kita tidak selalu siap dengan betapa mahalnya perjalanan ini. Pergeseran hubungan dan ikatan sudah menjadi bagian dari sejarah Anabaptis. Ini bukan hal baru.
Paulus dan Barnabas tidak terjebak dalam kebuntuan selama kita dengan Mennonite Church USA. Sejak awal Konferensi Mosaik, pertanyaan tentang ikatan dengan denominasi sudah muncul, tetapi pergumulannya memuncak pada 2022. Pertanyaan seputar penerimaan terhadap orang-orang kulit berwarna dan orang queer banyak memengaruhi percakapan ini (tidak jauh berbeda dengan percakapan dalam Kisah Para Rasul). Pertanyaan-pertanyaan ini berbicara tentang bagaimana orang dihargai dan suaranya dianggap penting.
Dalam percakapan dengan Mennonite Church USA, sebagian dari kita selama bertahun-tahun merasa diabaikan dan kekhawatiran kita tidak dianggap serius.
Kini, meskipun ukuran Mennonite Church USA hanya sepertiga dari ketika awal berdiri, tata aturan dan struktur yang digunakan masih seperti untuk sistem yang jauh lebih besar. Kadang, mereka tidak menanggapi keprihatinan dari komunitas kulit berwarna, butuh waktu bertahun-tahun untuk memperjuangkan penerimaan orang queer, dan lambat menanggapi perubahan realitas keuangan maupun demografi. Banyak yang sudah menerima narasi kemunduran sambil tetap berharap akan adanya kebangkitan.
Kami mencoba bernegosiasi dengan Mennonite Church USA dengan tangan terbuka. Kami memenuhi semua permintaan. Kami hadir secara konsisten. Kami meminta nasihat. Kami bertemu langsung maupun lewat Zoom. Kami bergerak dengan itikad baik. Kami menjaga hubungan dengan pemimpin Konferensi lain di AS dan Kanada.
Kami percaya yang kami hadapi adalah sistem dan kuasa, bukan individu. Kami percaya saudara-saudari kita di dalam Kristus bertindak dengan niat baik. Kami paham bahwa perubahan dalam struktur besar itu sulit dan memakan waktu.
Namun, komunikasi sering kali sulit. Pernyataan publik dari Mennonite Church USA sering terasa merendahkan, bukan membangun kerja sama. Kami sudah mau berbagi sumber daya, tapi hampir tidak ada perubahan.
Undangan dari Mennonite Church USA untuk mediasi pada bulan Mei datang terlalu mendadak bagi dewan kami. Kami menindaklanjutinya pada Juli dengan kesiapan untuk melanjutkan percakapan (dengan atau tanpa mediasi) antara moderator dan staf eksekutif Mosaic dengan moderator dan staf eksekutif Mennonite Church USA.
Namun hingga kini kami tidak mendapat tanda adanya kesediaan untuk melanjutkan pembicaraan. Kami terpaksa memberikan rekomendasi kepada para delegasi tanpa adanya negosiasi yang sehat atau kejelasan dari para pemimpin Mennonite Church USA.
Pada saat yang sama, kami siap melangkah sebagai Mosaik. Setelah memutuskan soal afiliasi minggu ini, dewan kami juga menegaskan dokumen inti yang menggambarkan bagaimana kami selama ini berjalan dan arah ke depan.
Kami menegaskan Yesus sebagai Pusat kami. Kami berorientasi pada Seven Shared Convictions dari Mennonite World Conference (sesuatu yang dulu kami tunda di awal pembentukan Mosaik karena arahan dari Mennonite Church USA). Kami memilih untuk hidup dalam praktik restoratif, bukan percakapan yang menghukum perbedaan.
Langkah ini akan membuat Mosaik, dengan segala keberagaman gereja yang sudah ada di dalam kita, bisa bertumbuh. Inilah jalan ke depan kita.
Kadang kita harus melepaskan yang sudah familiar untuk menemukan masa depan kita. Masa depan Mosaik cerah, walau jalan ke depan mungkin penuh gejolak.
Kita akan berupaya membangun kemitraan yang saling memberi dan menerima. Kita akan bersikap murah hati. Kita percaya Roh Kudus akan menumbuhkan dan menjaga buah yang kita perlukan. Kita melangkah dengan kerendahan hati, dengan ratapan, dan dengan pengharapan akan karya penebusan Yesus yang terus berlanjut bagi kita dan bagi dunia kita yang indah dan penuh luka.
