• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Menjadi Sebuah Mosaik dengan Pelatihan Antirasisme

September 26, 2024 by Cindy Angela

oleh Janet Panning

Pada awal September, saya mengikuti Pelatihan Analisis Anti-Rasisme yang dipimpin oleh organisasi nirlaba Roots of Justice. Pelatihan kami berlangsung di gedung baru Philadelphia Praise Center (PPC) di South 18th Street di Philadelphia. Hidangan lezat dari Indonesia disediakan oleh anggota PPC, dan Pastor Aldo bergabung dengan kami selama dua setengah hari pelatihan. Sekitar setengah dari peserta berkulit putih dan setengah lainnya adalah orang-orang kulit berwarna. Sebagian besar dari kami terhubung dengan Konferensi Mosaic, sebagai anggota dewan, staf, anggota komite, pendeta, atau pemimpin lainnya.

Kami memulai pelatihan pada hari Kamis malam dengan aktifitas menambahkan gambar ke gunungan es raksasa yang tersebar di sekitar ruangan. Gunungan es tersebut mewakili periode sejarah Amerika Serikat, dari tahun 1600-an hingga sekarang. Para pelatih kami menjelaskan bahwa gunungan es adalah metafora untuk rasisme. Bagian kecil dapat terlihat sementara banyak yang terjadi di luar pandangan. Bagian yang tidak terlihat ini termasuk sistem dan struktur yang memperkuat rasisme.

Para peserta melihat gunungan es di mana mereka telah menuliskan tindakan rasisme dan perlawanan dalam berbagai periode sejarah AS.

Tugas pembukaan kami adalah mengingat sejarah AS dan menulis tindakan penindasan di dalam gunungan es dan tindakan perlawanan di luar. Kami mengisi gunungan es tersebut dengan catatan tentang perbudakan, red-lining, penghancuran distrik bisnis kulit hitam, Jim Crow, pemisahan keluarga, sekolah terpisah, Indian Removal Act dan Trail of Tears, Sekolah Asrama India, dan lainnya. Tindakan perlawanan termasuk kereta bawah tanah; pengembangan dan kemajuan institusi kulit hitam seperti asosiasi bantuan bersama, universitas dan perguruan tinggi, pusat bisnis dan bank; tindakan hak-hak sipil, dan lainnya.

Realitas rasisme dan penindasan yang dapat kami identifikasi dalam waktu singkat membuat saya sedih. Ini adalah pengingat yang menyedihkan tentang sejarah kebobrokan kita sebagai negara dan terlalu sering sebagai budaya, terutama ketika kita melihat contoh di zaman kita sendiri, dan terkadang dalam diri kita sendiri. Namun, pasangan tindakan perlawanan dalam periode sejarah yang sama adalah pengingat bahwa sejak awal telah ada perlawanan terhadap rasisme dan penindasan. Tugas kita hari ini adalah melanjutkan pekerjaan itu.

Melalui latihan dan kaukus, kami melihat contoh-contoh sistem dan struktur yang mendukung kokohnya ketidakadilan rasial saat ini dan kami berbicara tentang peran kami dalam mempertahankan atau membongkar sistem rasisme. Kami berbicara tentang manfaat yang dialokasikan oleh sistem kita saat ini untuk orang-orang kulit putih dan hambatan serta kerugian yang diciptakan sistem kita untuk orang-orang berwarna.

Sebagai orang kulit putih, misalnya, saya tidak pernah harus memberi tahu anak-anak saya tentang “pembicaraan” tentang bagaimana tetap aman dari orang-orang yang berwenang yang mungkin menganggap mereka sebagai ancaman. Saya dan suami saya tidak berpikir tentang ditahan oleh polisi saat kami mengemudi di malam hari. Saya percaya ketika saya pergi ke dokter, saya akan didengarkan. Sebelum tahun 2022, jika saya menderita penyakit ginjal kronis dan membutuhkan transplantasi ginjal, skala risiko yang digunakan untuk menilai kebutuhan saya akan menempatkan saya di depan wanita kulit hitam yang memiliki kondisi yang sama persis.

Di Konferensi Mosaic, kami memiliki kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mewujudkan komitmen antarbudaya kami saat kami terus tumbuh. Kekayaan ini memberi kami kesempatan untuk berbagi karunia, pengalaman, perspektif, dan beban satu sama lain. Pekerjaan ini akan mencakup mendengarkan satu sama lain dan mencari peluang untuk mendukung pekerjaan Tuhan di komunitas yang beragam, termasuk bekerja untuk negara yang lebih adil dan setara.


Janet Panning

Janet Panning serves on the Mosaic Board and is the Ministerial Committee Chair. Janet is actively involved at Plains (Hatfield, PA) Mennonite Church where she serves as an elder. She is employed by Montgomery County’s Office of Public Health in Maternal and Child Health. Janet is married to Steve and they have two daughters, Megan & Molly.

Filed Under: Articles Tagged With: Janet Panning, Roots of Justice, Vibrant Mosaic

Ke Mana Kita Akan Melangkah?

September 5, 2024 by Cindy Angela

oleh Stephen Kriss

Pemungutan suara terakhir saya sebagai delegasi Konferensi Franconia adalah untuk berdamai dengan Konferensi Distrik Timur pada tahun 2019. Setelah bertahun-tahun menjalani proses dan negosiasi, perpecahan yang telah berlangsung selama 150 tahun akhirnya kita dipersatukan kembali. Itu adalah momen yang penuh dengan sukacita dan harapan. Ada air mata dan perasaan “akhirnya” kita berada disini. Ini adalah buah dari proses panjang, mendengarkan, dan bekerja keras. Ini termasuk dokumen pembentukan yang dibangun dengan hati-hati, yang dirancang untuk membawa sebanyak mungkin dari kita di antara kedua konferensi tersebut ke dalam hubungan, seperti yang tampak mungkin pada saat itu. Sementara hal ini terjadi pada musim gugur 2019, kami berharap mereka yang berada di Konferensi Tenggara yang ingin tetap bersekutu dengan Gereja Mennonite AS (MC USA) bergabung dengan kami pada musim gugur 2020.

Tidak ada yang bisa memprediksi bahwa proses rekonsiliasi Konferensi Distrik Timur/Franconia kami akan terganggu oleh pandemi dan bulan-bulan kerusuhan sosial, termasuk protes terkait pembunuhan George Floyd dan pemberontakan di Capitol AS selama transisi presiden. Isolasi sosial dan polarisasi yang meningkat muncul ke permukaan sebagai kemarahan dan frustrasi. Sementara banyak kota di AS mengalami protes, kami mengambil nama baru yang penuh harapan, Mosaic. Kami percaya bahwa identitas baru diperlukan untuk melangkah maju dan menemukan jalan bersama.

Sudah ada beberapa poin yang menantang dalam dokumen pembentukan kami. Pertanyaan tentang afiliasi dengan MC USA muncul, tetapi karena baik Distrik Timur maupun Franconia adalah anggota, tim menundanya. Ada percakapan tentang mengganti dokumen keyakinan dasar kami dari Pengakuan Iman dalam Perspektif Mennonite dari tahun 1995 menjadi Tujuh Keyakinan Inti Konferensi Dunia Mennonite. Pada saat itu, hal itu akan menempatkan kami di luar batasan yang telah dibentuk oleh MC USA. Dan sudah ada ketegangan seputar inklusi orang-orang queer, dengan beberapa dari kami membutuhkan pernyataan “Grace and Truth” dan “Going to the Margins”, sementara yang lain melihat ini sebagai waktu untuk revisi. Kami mengambil rute paling konservatif dan mempertahankan semua dokumen dan posisi yang sudah ada, dengan memutuskan bahwa sistem organisasi yang baru belum membutuhkan tantangan tersebut.

Setelah pemungutan suara bersejarah yang penuh sukacita untuk berdamai, kami mengadakan dua pertemuan tahunan secara daring karena kekhawatiran Covid. Kami tidak bertemu langsung lagi sampai setelah sesi khusus delegasi MC USA pada musim panas 2022. Beberapa dari kami datang ke pertemuan Mosaic 2022 dengan kekhawatiran yang mendalam tentang proses dan hasilnya, terutama terkait dengan pengesahan Resolusi Pertobatan dan Transformasi. Ada beragam pendapat dan respons, dengan desas-desus tentang perpecahan yang sudah terdengar. Menanggapi isu-isu seputar seksualitas manusia, Mosaic kehilangan lima jemaat anggota dan delegasi mengizinkan opsi keluar dari MC USA, yang diambil oleh tujuh jemaat lainnya. Kami fokus pada “hesed”, memperpanjang kasih sayang. Kami menjalani proses dua tahun bernama “Pathways” untuk membantu menemukan jalan bersama.

Dalam pengajaran tentang Anabaptisme, saya semakin menyukai karya Walter Klassen, “Anabaptism: Neither Catholic nor Protestant.” Tambahan terbarunya adalah bahwa kita adalah “keduanya/sekaligus.” Kita memiliki banyak kesamaan dengan gerakan Protestan dan cara perpecahannya. Kita juga memiliki banyak kesamaan dengan ordo-ordo Katolik dalam orientasi mereka pada praktik yang khas. Sebagai seseorang yang dibentuk oleh latar belakang dan pendidikan Katolik bersama dengan pendidikan dan praktik Mennonite, saya telah mencoba menemukan cara agar kita bisa hidup di antara realitas ini. Martin Buber, seorang filsuf/teolog Yahudi, menyebutnya “narrow ridge” atau “punggung bukit yang sempit.”

Punggung bukit yang sempit itu sangat rentan. Menemukan jalur yang cukup solid bagi kita semua untuk bergerak maju bersama sambil mengakui medan yang sulit membutuhkan kebijaksanaan, kesediaan, dan kerja keras. Melangkah maju dengan rekomendasi yang berani dan rumit seperti hubungan yang didefinisikan ulang dengan denominasi kita akan membutuhkan elemen “hesed”, dan satu kata lagi yang pernah kita kenal baik dari bahasa Jerman, “gelassenheit” atau ketundukan.

Rekomendasi dari Tim “Pathways” akan membutuhkan sesuatu dari kita. Sangat mudah untuk mendefinisikan hubungan sebagai “masuk/keluar” atau “benar/salah.” Terkadang hubungan berubah karena pertumbuhan organik. Dan bagi banyak dari kita, perubahan adalah hal yang sulit.

Perubahan yang direkomendasikan menjadi kemitraan daripada keanggotaan memberi Mosaic ruang yang kita butuhkan untuk menavigasi punggung bukit yang sempit. Kita perlu berkomitmen untuk bekerja dengan cara yang lebih kolaboratif daripada hierarkis, lokal/global daripada nasional/kolonial, dan relasional daripada institusional. Ini menciptakan ruang untuk pertumbuhan dan memungkinkan kita untuk lebih memahami identitas kita sebagai Mennonite Mosaic di dunia yang sangat membutuhkan cinta rekonsiliasi Yesus.

Tentu saja ada ironi dalam semua ini. Dan rasa sakit. Dan segala jenis emosi. Saya percaya pada pekerjaan Roh untuk menggunakan momen ini terlepas dari hasilnya. Melalui sejarah kita, kita telah dipercayakan dengan cara yang damai dan sering kali terpecah-pecah dalam mengikuti Yesus. Kita seperti dunia di sekitar kita, baik yang rusak maupun yang indah. Kita penuh harapan dan kemungkinan serta sangat membutuhkan kasih sayang dan anugerah.

Catatan Penulis: Komunitas konferensi kita telah mengalami perubahan hubungan selama bertahun-tahun.

Konferensi Franconia bergabung dengan General Assembly of the Mennonite Church pada awal 1970-an. Sebelum itu, konferensi ini beroperasi secara mandiri dalam kerja sama dengan konferensi-konferensi lain (ini terjadi dengan Eastern District)

Eastern District bergabung dengan beberapa Gereja yang sebagian besar berada di Midwest untuk membentuk General Conference Mennonite Church setelah berpisah dari Franconia pada tahun 1847.

Konferensi Southeast terbentuk dari penggabungan jemaat dari berbagai konferensi di Florida dan Georgia pada tahun 1967, yang kemudian pecah setelah bergabung dengan LMC setelah pemungutan suara tahun 2018. Beberapa jemaat dari California bergabung dengan Franconia/Mosaic dalam dekade terakhir setelah keluar dari Pacific Southwest Mennonite Conference.


Stephen Kriss

Filed Under: Articles Tagged With: Stephen Kriss

Rapat Dewan Agustus Menetapkan Jalur Masa Depan Mosaik

August 22, 2024 by Cindy Angela

oleh Jennifer Svetlik

Pada malam tanggal 19 Agustus 2024, Dewan Mosaik bertemu dengan agenda penuh untuk pertemuan dwibulanan mereka. Berlandaskan Mazmur 118:1-4, Dewan menerima laporan keuangan dengan pendapatan bersih positif untuk tahun 2023-24 dan laporan tentang inisiatif Hibah Thriving Congregations dari Lilly Endowment, Inc. Selain itu, mereka menetapkan jadwal Sidang tahunan dan mempersiapkan untuk menerima tiga jemaat baru dan satu Pelayanan Terkait Konferensi (Ark of Christ [Orange County, CA], Bethel [Levittown, PA], Resplandece [Miami, FL dan Baranquilla, Kolombia], dan The Worm Project). Semua ini akan diperkenalkan di Berita Mosaik sebelum Pertemuan Tahunan berlangsung. 

Dewan juga mengesahkan dan mengadopsi rencana strategis yang disusun oleh Tim Pengarah Pathways dengan dukungan dari konsultan Grovider. 

Rencana strategis ini, yang akan memandu pekerjaan konferensi dari tahun 2025-2027, mencakup lima pilar: Kejelasan/Identitas, Komunikasi, Pengembangan Kepemimpinan, Rekonsiliasi, dan Pembangunan Hubungan. Pilar-pilar ini didasarkan pada tema-tema utama yang muncul dari temuan tur pendengaran dan akan dijalin dengan area prioritas misi, pembentukan, dan lintas budaya Mosaik. 

Ikhtisar Rencana Strategis dari Grovider tersedia di sini. Kerangka tambahan untuk laporan ini akan disampaikan kemudian. 

Tim Pengarah Pathways, yang terdiri dari 13 individu dari jemaat-jemaat di seluruh Konferensi Mosaik, termasuk dua anggota dewan dan dua anggota staf. Tim ini ditugaskan untuk melakukan proses dua tahun dalam mengawasi tur pendengaran, merefleksikan umpan balik dari tur tersebut, menyelaraskan umpan balik dengan prioritas yang ada, dan menciptakan rencana strategis tiga tahun serta rekomendasi mengenai pertanyaan tentang afiliasi Konferensi Mosaic dengan Mennonite Church USA (MC USA). 

Tim Pathways membawa rekomendasi ini ke pertemuan Dewan Mosaik pada Agustus 2024: 

“Kami, Tim Pengarah Pathways, merekomendasikan jalur kemitraan dan kolaborasi ke depan untuk hubungan Konferensi Mennonite Mosaic dengan MC USA.” 
Kami percaya bahwa kemitraan, daripada keanggotaan, memungkinkan konferensi kami yang beragam untuk fokus pada visi, misi, dan prioritas kami saat kami berinteraksi satu sama lain dan dengan tubuh Kristus yang lebih luas dalam konteks unik setiap anggota. 
Kami percaya bahwa kemitraan dapat membantu MC USA, jemaat Mosaic, dan Pelayanan Terkait Conference menemukan cara-cara inovatif untuk berjalan bersama menuju pola hubungan yang lebih sehat. Kami percaya Mosaic memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam membentuk model hubungan yang baru. 
Kami percaya bahwa kemitraan memberi ruang bagi mereka yang tidak setuju untuk tetap bersatu sebagai satu tubuh sementara kami terus belajar dan bertumbuh bersama dalam pemuridan yang berpusat pada Kristus dan penciptaan perdamaian. Kami ingin menghindari perpecahan seperti yang terjadi di masa lalu dan mengakui bahwa rekomendasi ini maupun rekomendasi lainnya tidak akan menyelesaikan semua ketegangan dengan resolusi terbaru MC USA dan keberagaman keyakinan dalam Mosaik. 
Kami berterima kasih kepada Roh Kudus yang telah memberdayakan kami saat kami bekerja bersama dalam pencerahan dan pengambilan keputusan. Kami merasakan Roh memimpin kami ke depan melalui waktu-waktu mendengarkan dan berbagi, setuju dan tidak setuju, berdoa, hening, dan membaca Kitab Suci. Kemitraan adalah jalur yang dituju mayoritas Tim Pathways, dan di sanalah kami menemukan konsensus. Rekomendasi ini datang dengan rasa damai, buah dari Roh Kudus, dan sungguh merupakan tempat yang “menyenangkan” (Mazmur 16). 

Setelah percakapan yang mendalam, Dewan Konferensi Mosaic, dengan dukungan kuat, “menegaskan pekerjaan tim Pathways dan merekomendasikan proposal afiliasi ini kepada para delegasi.” 

“Kami sangat menghargai proses pencerahan yang penuh dedikasi dan kesetiaan dari tim Pathways,” kata Moderator Konferensi Angela Moyer Walter. “Kami menantikan siapa kami akan menjadi saat kami berkomitmen bersama untuk melakukan pekerjaan dari rencana strategis.” 

Moyer Walter melanjutkan, “Setiap bagian dari mosaik kami sangat berharga dan berkontribusi pada keseluruhan. Ada banyak perspektif, tetapi Tuhan menyatukan kita, bahkan dalam ketidaksepakatan. Saya mengundang kita untuk menyerahkan diri kepada bimbingan Roh Kudus dan mengenali keluasan keindahan Tuhan yang terwakili dalam diri kita semua.” 

Setiap bagian dari mosaik kami sangat berharga dan berkontribusi pada keseluruhan.

angela moyer walter

“Tim Pathways sangat berhasil dalam tugas yang mereka lakukan,” kata Asisten Moderator Mosaic, Roy Williams. “Tidak ada satu pendekatan pun yang akan memuaskan semua orang. Kami sebagai dewan menerima rekomendasi ini sebagaimana adanya. Kami mengundang para delegasi Sidang untuk bergulat dengan rekomendasi ini dan berkumpul dalam pertemuan persiapan delegasi untuk berbagi umpan balik mereka. Kami akan mempertimbangkan semuanya.” 

Dalam merefleksikan rekomendasi afiliasi,Pemimpin Eksekutif Steve Kriss berbagi, “Pendekatan ‘jalan ketiga’ ini akan membutuhkan kerja, kesabaran, dan kreativitas saat kami merenungkan pola baru untuk berhubungan dengan saudara-saudara kami di Mennonite Church USA. Kami menghargai ruang yang mungkin diberikan oleh pengaturan baru ini untuk kemungkinan yang lebih fokus dan luas dalam komunitas Anabaptis global.” 

“Saya merasa bersyukur menjadi bagian dari Tim Pengarah Pathways, meskipun waktu doa dan pencerahan kami tidak mudah,” kata Haroldo Nunes (Seguidores de Cristo [Sarasota, FL]), yang bergabung dengan Tim Pengarah Pathways pada Januari 2024. “Kami memiliki ketidaksepakatan, bekerja pada banyak perubahan bahasa, dan perlu mendengarkan satu sama lain dengan baik serta berkompromi. Kami bekerja dengan rasa hormat dan kasih satu sama lain, mengetahui bahwa hasilnya akan bermanfaat bagi konferensi.” 

Juga merefleksikan pengalamannya dalam Tim Pengarah Pathways, Bronwyn Histand (Blooming Glen [PA] Mennonite) menambahkan, “Saya menyadari bahwa jalur kami sulit; kami tidak saling mengenal pada awalnya, kami sebagian besar bekerja secara virtual, dan tugas kami muncul dari konflik yang signifikan. Namun, dengan mendengarkan dengan tekun, membaca Kitab Suci, waktu doa, dan banyak email, baik rencana strategis maupun rekomendasi afiliasi menjadi jelas. Saya secara khusus merasakan Roh Kudus memimpin kami saat kami bergumul langsung dengan pertanyaan afiliasi. Kami berbicara terbuka, berbagi perspektif, setuju dan tidak setuju, mengajukan pertanyaan, dan akhirnya mencapai konsensus. Saya merasakan semangat kreatif Tuhan mengalir seperti sungai saat kami menerima ‘jalan ketiga’.” 

Umpan balik dari pertemuan persiapan delegasi pada bulan September akan membantu membentuk tindakan yang akan dibawa oleh Dewan Konferensi ke Sidang tahunan. Pertemuan Dewan Konferensi berikutnya akan diadakan pada 30 September 2024. 


Jennifer Svetlik

Filed Under: Articles, Articles Tagged With: Mosaic Board, Pathway Process, Pathway Steering Team

Membina Pemimpin Generasi Berikutnya

August 15, 2024 by Cindy Angela

oleh Stephen Kriss

Dalam beberapa minggu pertama saya menjabat sebagai pemimpin eksekutif di Konferensi Franconia, salah satu komunitas pendahulu dari Konferensi Mosaik, moderator saat itu, John Goshow (Blooming Glen [PA])  berkata supaya saya mulai mencari penerus saya. John mengatakan bahwa meskipun saya tidak akan memilih penerus, saya harus membangun tim sedemikian rupa sehingga penerus saya akan berada di dekat saya. Dia menyebutkan bahwa dalam kepemimpinan Konferensi Franconia biasanya dibina dari dalam. Itu benar dalam pengalaman saya; setiap orang dalam peran kepemimpinan eksekutif telah bekerja di Konferensi Franconia sebelumnya atau tumbuh di dalam jemaat Franconia.

Saya berpikir dalam hati, “Inilah cara komunitas yang berusia 300 tahun menjaga warisan mereka tetap hidup.” Dan saya mulai perlahan-lahan membangun tim yang mencakup keragaman siapa kami, memperluasnya seiring Konferensi kami tumbuh dan berubah menjadi Mosaik. Undangan ini memberi saya izin untuk mencari pemimpin muda di samping pemimpin yang berpengalaman. Saat ini, kami memiliki staf hampir 25 orang dengan campuran kekuatan, bakat, dan latar belakang. Saya merasa terhormat untuk memimpin bersama mereka.

Undangan untuk membina pemimpin generasi berikutnya adalah yang membawa saya  untuk bergabung bersama Konferensi Franconia pada tahun 2005, Konferensi mengakui kebutuhan untuk mendukung pemimpin generasi berikutnya (saat itu generasi milenial yang berusia 20-an). Kami mendengarkan bersama, mengunjungi perguruan tinggi, mengembangkan inisiatif, dan meletakkan dasar bagi program Duta Besar yang ada saat ini. Proses ini membuka pintu bagi pendeta dan pemimpin generasi berikutnya di seluruh konferensi. Saya tidak pernah membayangkan bahwa ini juga berarti saya akan memimpin komunitas yang disebut Mosaic.

Ini adalah beberapa pekerjaan pemuridan gereja yang paling penting. Saya selalu terinspirasi oleh pemimpin muda yang memilih untuk berinvestasi dalam gereja. Saya menghargai pertanyaan-pertanyaan sulit yang kadang-kadang mereka ajukan. Gereja membutuhkan dan dapat menahan pertanyaan-pertanyaan dan keraguan yang ketat. Yesus menanggapi keraguan Tomas dengan undangan untuk terlibat. Hidup saya telah berubah dengan bekerja bersama kaum milenial yang telah menantang dan menginspirasi saya.

Sekarang kami beralih ke generasi berikutnya: Gen Z dan Gen Alpha. Beberapa pertanyaan yang mereka hadapi benar-benar baru, didorong oleh teknologi dan sifat dunia yang saling terhubung di sekitar kita. Yesus terus memanggil pemimpin, terkadang yang tidak kita harapkan.

Pekerjaan bersama kita untuk menciptakan konteks di mana generasi berikutnya dapat memilih untuk mengikuti Yesus dan menanggapi “panggilan dalam panggilan” berarti mengambil sikap rendah hati dan peduli, di samping menciptakan ruang-ruang berani di mana ada rasa aman untuk mencoba dan melakukan usaha yang terkadang berhasil dan terkadang gagal.

Musim panas ini saya mendapat kehormatan bekerja bersama Brendan Sagastume yang dibagi antara Mosaik dan jemaat asalnya, Perkiomenville (PA), melalui program Duta Besar yang berakhir minggu lalu dengan retret di Tampa, FL. Ketenangan dan ketekunan Brendan yang tenang dan efisien membantu saya menjadi pemimpin yang lebih baik, belajar bagaimana mendengarkan dengan baik, mengundang, dan merespons.

Membina pemimpin generasi berikutnya adalah pekerjaan transformatif yang penting. Hingga kerajaan Allah datang sepenuhnya, di setiap generasi kita harus menavigasi bagaimana mewujudkan kasih Yesus yang mendamaikan di dunia kita yang rusak dan indah dengan memanggil orang-orang muda untuk melayani dan memimpin bersama kita yang lebih berpengalaman. Inilah pekerjaan pemuridan. Dan jalan ini dibuat bersama menuju masa depan Tuhan.


Stephen Kriss

Stephen Kriss adalah Pemimpin Pelayanan Eksekutif dari Konferensi Mennonite Mosaik.

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Stephen Kriss

Berkembang dengan Anugerah: Dari Pesisir ke Pesisir, Orang Indonesia Mendiversifikasi dan Memperkaya Anabaptisme di AS

August 1, 2024 by Cindy Angela

oleh Eileen Kinch

Awal diterbitkan pada 3 Juli 2024, di Anabaptist World, dan dicetak ulang dengan izin.

Pastor Aldo Siahaan berdoa selama kebaktian Natal di Philadelphia Praise Center pada bulan Desember 2023. Foto oleh Haris Tjio

Mennonite Indonesia mulai datang ke Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan jumlah mereka meningkat setelah tahun 1998. Saat ini terdapat 19 jemaat Mennonite Indonesia yang berlokasi di pesisir Barat dan Timur.

Beberapa dari mereka sudah menjadi Mennonite, bagian dari gerakan Anabaptis di Indonesia yang saat ini berjumlah 107.000 anggota, sedangkan yang lainya menjadi Anabaptis ketika berada di Amerika Serikat.

Salah satu yang menjadi Anabaptis ketika berada di Amerika Serikat adalah adalah Aldo Siahaan, pastor dari Gereja Philadelphia Praise Center. Jemaat ini berdiri secara independen pada tahun 2005.  Hari ini, Pastor Aldo Siahaan adalah pemimpin dan penghubung Mennonite Indonesia di Amerika Serikat.

Dari delapan jemaat Indonesia yang berafiliasi dengan Konferensi Mosaik dari Gereja Mennonite USA, hampir semuanya bergabung karena koneksi dengan Pastor Aldo Siahaan. Gereja-gereja Indonesia sekarang mencakup lebih dari 10% dari Konferensi Mosaik.

Pastor Aldo Siahaan mengetahui tentang Mennonite ketika seorang anggota gereja bertanya apakah pastor Mennonite dari Indonesia bisa mengunjungi Philadelphia Praise Center selama beberapa minggu. Pastor itu adalah Bastian Yosin, seorang pastor Mennonite dari Jawa. Setelah mengetahui bahwa jemaat ini tidak berafiliasi, Pastor Yosin merekomendasikan Pastor Aldo Siahaan menghubungi Konferensi Franconia Mennonite (sekarang Mosaic setelah bergabung dengan Konferensi Distrik Timur).

Mengikuti saran Pastor Yosin, Pastor Aldo pergi ke kantor Konferensi Franconia. Staf mengundangnya ke pertemuan berikut MC USA berikutnya di San Jose.

Pastor Virgo Handojo, pastor Jemaat Kristen Indonesia Anugerah di Sierra Madre, California, tidak mengenal Pastor Aldo Siahaan sampai mereka bertemu di San Jose pada tahun 2007.

Pastor Handojo membentuk Asosiasi Mennonite Indonesia, yang meliputi Pastor Virgo Handojo, Pastor Aldo Siahaan, dan Pastor Beny Krisbianto, pastor Nations Worship Center di Philadelphia. Asosiasi ini merupakan anggota Dewan Etnis Rasial MC USA, yang membawa perspektif orang-orang kulit berwarna ke dalam kepemimpinan dan perencanaan MC USA.

Namun, hubungan antara Pastor Virgo Handojo dan Pastor Aldo  menghasilkan buah lainnya.

Pada tahun 2017, Jemaat Kristen Indonesia Anugerah sedang mencari afiliasi setelah Konferensi Pasifik Barat Daya diorganisir ulang. Jemaat Pastor Virgo, yang berjumlah sekitar 50 orang, bisa saja memilih untuk bergabung dengan lima jemaat Indonesia yang tetap berafiliasi dengan sinode Jemaat Kristen Indonesia Mennonite di Indonesia. Namun, mereka bergabung dengan Mosaik, seperti halnya dua jemaat California lainnya: International Worship Church di San Gabriel dan Immanuel International Church di Colton.

Ketika Pastor Virgo Handojo datang ke AS untuk menghadiri Seminar Fuller pada tahun 1987, ia berniat kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya. Pastor Virgo, yang saat itu merupakan anggota sinode JKI di Indonesia, ingin melakukan studi formal untuk meningkatkan efektivitasnya sebagai pendeta di sana. Namun, “Tuhan menutup pintu” untuk kembalinya ke Indonesia, kata Pastor Virgo dalam wawancara.

Ia terlibat dengan Mennonite di Amerika Serikat setelah menerima panggilan telepon dari Mennonite Board of Missions, pendahulu dari Mennonite Mission Network. Seseorang menominasikannya untuk menjadi anggota dewan direksi. “Sampai hari ini, saya tidak tahu siapa yang menominasikan saya,” katanya.

Sandrie Wahyu, depan tengah, memimpin ibadah di Philadelphia Praise Center. Foto oleh Haris Tjio.

Menjadi anggota dewan misi menarik baginya. Pastor Virgo dipengaruhi oleh Pastor Adi Sutanto dari sinode JKI, yang percaya pada “menanam gereja di mana saja di dunia,” kata Pastor Virgo. “Setelah panggilan telepon itu, saya sangat terlibat dalam Mennonite Church USA.” Ia menjabat di dewan selama lebih dari 10 tahun.

Tidak semua Mennonite Indonesia di AS memiliki pengalaman yang sama dengan Pastor Virgo Handojo. Ia datang ke AS untuk pendidikan, tetapi yang lainnya, termasuk Pastor Aldo Siahaan, datang mengungsi dari kerusuhan pada tahun 1998.

Kerusuhan dimulai sebagai protes mahasiswa terhadap kondisi ekonomi, tetapi militer menghasut penjarahan terhadap bisnis keturunan Cina-Indonesia dan kekerasan terhadap perempuan. Banyak keturunan Cina-Indonesia juga merupakan orang Kristen.

Indonesia adalah negara mayoritas Muslim, dengan Kristen terdiri dari 11% dari populasinya. Konstitusi negara ini membolehkan kebebasan beribadah bagi orang Kristen, tetapi Pastor Aldo bersyukur atas kebebasan yang ia alami di AS. Di Indonesia, ia merasa cemas saat pergi ke gereja. “Sesuatu bisa saja terjadi,” katanya.

Kerusuhan juga berperan dalam kehidupan orang tua Graciella Odelia, yang pindah bersama Odelia dan saudara perempuannya Marciella ke AS pada tahun 2011. Di tengah kekerasan, orang tua mereka terkunci di dalam sebuah gedung yang akan dibakar.

Odelia, yang baru-baru ini mendapatkan lisensi untuk pelayanan pemuda di Nations Worship Center, datang ke AS ketika ia berusia 10 tahun. Keluarganya menjadikan NWC sebagai gereja rumah mereka. Ia bersekolah di Dock Mennonite Academy dan Eastern Mennonite University serta sedang meraih gelar master dalam kepemimpinan Kristen di Eastern Mennonite Seminary.

Marta Castillo, wakil pemimpin eksekutif Mosaic Mennonite Conference, mengurapi dan berdoa untuk Graciella Odelia, yang mendapatkan lisensi untuk pelayanan pemuda di Nations Worship Center pada bulan Juni. Foto oleh Joe Byakko Bongs.

Ketika Pastor Beny Krisbianto, pastor NWC, merasa prihatin terhadap generasi berikutnya, ia dan istrinya yang juga co-pastor, Pastor Angelia Susanto, meminta Graciella untuk membantu pelayanan pemuda. Graciella sekarang mengorganisir ibadah pemuda mingguan pada Sabtu sore. Ibadah pemuda ini dilakukan dalam bahasa Inggris, menarik pemuda dari jemaat Mennonite Indonesia lainnya di sekitar serta beberapa pemuda yang tidak memiliki gereja rumah.

NWC beribadah dalam bahasa Indonesia, dengan interpretasi untuk penutur bahasa Inggris, pada Minggu pagi. Namun, ibadah pemuda dilakukan dalam bahasa Inggris karena sebagian besar pemuda lahir di AS.

“Mereka hanya bisa beberapa kata dalam bahasa Indonesia,” kata Graciella. Banyak pemuda mendengar bahasa Indonesia diucapkan di rumah oleh orang tua mereka. “Mereka masih berlatih sedikit tetapi [tidak] lancar sepenuhnya,” katanya.

Marciella, yang membantu ibadah pemuda saat ia pulang dari EMU, menambahkan bahwa terkadang pemuda lebih suka tidak mendengarkan jika ibadah dilakukan dalam bahasa Indonesia.

Graciella berbagi kesaksiannya dalam bahasa Indonesia sebelum mendapatkan lisensi untuk pelayanan, tetapi menemukan pengalaman itu menantang. Ia menjadi sukarelawan sebagai penerjemah di sebuah klinik kesehatan untuk memperbaiki struktur kalimat bahasa Indonesianya dan meningkatkan keterampilan bahasanya secara formal. Tetapi ia memiliki alat lain. “Duolingo membantu,” katanya sambil tertawa, mengacu pada aplikasi dan situs web belajar bahasa.

Pemuda di Nations Worship Center membantu mengemas tas bahan makanan untuk pelayanan jemaat. Tas-tas ini mendukung anggota dan pengunjung yang mengalami kesulitan keuangan. Selama COVID-19, banyak orang Indonesia kehilangan pekerjaan di pabrik dan restoran, dan distribusi bahan makanan mencapai 90 tas mingguan berisi telur, mie, beras, dan makanan kaleng. Saat ini situasinya lebih stabil, dan NWC hanya menyiapkan 30 tas.

Namun, jemaat menemukan dirinya membantu gelombang imigran Indonesia lainnya. Banyak yang mencari kesempatan keuangan yang lebih baik. Krisbianto mengatakan bahwa pandemi membatasi imigrasi dan perjalanan, jadi banyak yang memutuskan untuk datang sekarang.

Siahaan mengatakan bahwa motivasi untuk imigrasi saat ini mungkin memiliki sudut pandang politik. Presiden terpilih Indonesia yang baru, Prabowo Subianto, memainkan peran utama dalam kerusuhan 1998.

“Ada ketidakpastian,” kata Pastor Aldo Siahaan, menjelaskan bahwa beberapa orang ingin meninggalkan Indonesia “sebelum sesuatu yang buruk terjadi.” Kasus kasus individu- individu Muslim yang mengganggu kebaktian gereja telah terjadi pada tahun 2023 dan 2024.

Krisbianto, yang datang ke AS pada tahun 2001 untuk pendidikan, merasa terpanggil untuk melayani para imigran. Pelayanannya dimulai sebagai pekerjaan sosial, karena ia menjadi penerjemah bagi pasien Indonesia di klinik kesehatan. Seseorang berkata kepadanya, “Pastor, di mana gereja Anda?” Krisbianto menjawab bahwa ia sedang mencoba menanam satu gereja. Beberapa orang di klinik mengatakan mereka ingin datang.

Gereja dimulai dengan sembilan orang pada tahun 2006. Persembahan sebesar $90 — $10 kurang dari sewa. Krisbianto menambahkan $10 untuk memenuhi kebutuhan. “Oleh anugerah Tuhan, [gereja] tumbuh,” katanya. Hampir 300 orang datang untuk beribadah selama tiga kebaktian.

Nations Worship Center merayakan ulang tahun ke-18 pada 19 Mei. Dari kiri adalah Beny Krisbianto, Angelia Susanto, Graciella Odelia, dan para penatua Theresia, Nengah, dan San-San. Foto dari Beny Krisbianto.

Namun, menjadi imigran di negara lain adalah tantangan. Mencabut diri dari keluarga sangatlah sulit. Proses hukum bisa lambat dan menyulitkan, serta penyesuaian dengan bahasa dan budaya baru memerlukan waktu.

Bagi Pastor Aldo Siahaan, merasa bahagia dengan kepindahannya datang dalam retrospeksi.

“Setelah saya melakukan kilas balik, ya [itu sepadan]. Hubungan saya dengan Yesus lebih kuat di sini,” kata Siahaan. Ia tidak memiliki keluarga dekat di sekitar, jadi ia harus “benar-benar bergantung pada Tuhan.” Tetapi ia puas dengan hidupnya di AS: “Tuhan memberi saya begitu banyak.”

Banyak Mennonite Indonesia tertarik pada pesan berpusat pada Kristus dari Anabaptisme dan pekerjaan rekonsiliasinya. Pastor Beny Krisbianto mengatakan bahwa orang Indonesia tidak menerima sambutan hangat dari beberapa lingkungan di Philadelphia. Tetapi Mennonite di Konferensi Franconia berbeda.

“Mereka sangat baik, tenang, sederhana, rendah hati. Dan mereka sangat ramah,” kata Pastor Beny Krisbianto. “Kami merasa seperti bagian dari keluarga mereka.”

Stephen Kriss, menteri eksekutif Konferensi Mosaic, menghargai apa yang dibawa jemaat Indonesia ke dalam konferensi.

“Getaran ibadah sambil memegang bersama-sama rasa keperdulian, penginjilan dan pencarian keadilan yang terjadi dalam konteks Indonesia terus mempengaruhi komunitas Mosaik kami secara luas,” katanya.

Dari 19 jemaat Mennonite Indonesia di AS, delapan berafiliasi dengan Mosaik. Enam tetap bersama sinode Mennonite di Indonesia, dan yang lainnya bergabung dengan konferensi seperti Pacific Southwest dan LMC.


Eileen Kinch

Filed Under: Articles Tagged With: JKI Anugerah, Nations Worship, Philadelphia Praise

Konferensi Mosaik Menerima Hibah untuk Program Jemaat yang Berkembang

July 25, 2024 by Cindy Angela

Diterbitkan: 25 Juli 2024

LANSDALE, Pennsylvania— Konferensi Mennonite Mosaik telah menerima hibah sebesar $1.250.000 dari Lilly Endowment, Inc. untuk menyediakan komunitas pembelajaran dan pelatihan bagi para pemimpin jemaat dan jemaat mereka; dana untuk pengalaman belajar jemaat dan eksperimen misi; dan dukungan khusus untuk komunitas pemimpin kulit berwarna yang terus berkembang di Mosaic.

Proyek ini didanai melalui inisiatif Thriving Congregations dari Lilly Endowment. Tujuan inisiatif ini adalah untuk mendorong pertumbuhan jemaat dengan membantu mereka memperdalam hubungan dengan Tuhan, meningkatkan koneksi satu sama lain, dan berkontribusi pada vitalitas komunitas mereka dan dunia.

Proyek lima tahun ini, yang diberi judul “Vibrant Mosaic Program,” dirancang untuk mengintegrasikan prioritas misi, formasi, dan interkultural Konferensi ke dalam kehidupan jemaat. Program ini bertujuan untuk membangun ketahanan di antara jemaat Mosaik melalui praktik spiritual, memperdalam hubungan, misi bersama, dan rasa kebersamaan.

3 Komponen “Vibrant Mosaic Program”:

  • Komunitas pembelajaran para pemimpin jemaat yang berpartisipasi dalam kelas hingga dua tahun dan perjalanan, serta pelatihan khusus saat mereka menerapkan apa yang mereka pelajari di tingkat jemaat.
  • Eksperimen misi jemaat dan pengalaman belajar yang didanai oleh hibah mikro sebesar $5.000 dan berfokus pada sisi pertumbuhan setiap jemaat.
  • Dukungan khusus dan pertemuan untuk para pemimpin kulit berwarna untuk belajar, membangun hubungan, dan menetapkan visi.

“Kami percaya bahwa jemaat Mosaik yang dinamis dan berkembang adalah yang berorientasi misi, interkultural, dan formasional, mewujudkan kasih rekonsiliasi Yesus di dunia kita yang rusak dan indah,” ungkap co-director Vibrant Mosaic, Rev. Dr. Emily Ralph Servant, Pelayan Kepemimpinan untuk Prioritas Strategis Mosaic.

“Program Mosaik yang Dinamis akan memberikan kesempatan kepada jemaat dan pemimpin jemaat untuk memperkuat keterikatan mereka dalam tradisi kami sekaligus meningkatkan kapasitas misi, interkultural, dan formasional mereka melalui pendidikan, pengalaman bersama di lokasi, praktik spiritual, dan pembentukan hubungan.”

Konferensi Mennonite Mosaik adalah komunitas jemaat dan organisasi nirlaba yang membentang dari Vermont ke Florida dan dari New Jersey ke California, dengan koneksi global di Meksiko, Kolombia, India, dan Inggris. Konferensi ini lahir pada awal abad ke-18 di Pennsylvania tenggara, terpecah pada pertengahan abad ke-19 menjadi dua konferensi yang berbeda, dan mengalami rekonsiliasi dan penggabungan pada tahun 2019 yang berkembang menjadi Konferensi Mosak pada tahun berikutnya. Sejak saat itu, konferensi telah mengintegrasikan beberapa jaringan jemaat dan mengalami gelombang komunitas yang muncul dari seluruh negeri, mengubah demografi konferensi, serta menciptakan masuknya anggota yang tidak memiliki sejarah bersama.

“Di tengah disorientasi yang sering terjadi dengan pertumbuhan cepat, Konferensi Mosaik telah mengeksplorasi cara untuk mengakar jemaat kami dalam tradisi teologis dan komunal kami yang kaya sambil tetap terbuka terhadap transformasi melalui hubungan dengan saudara dan saudari baru di antara kami,” ungkap Pelayan Eksekutif Rev. Dr. Stephen Kriss. “Keinginan kami untuk Program Mosaik yang Dinamis adalah untuk menumbuhkan jemaat yang tangguh yang bersama-sama mengenali Tuhan dalam realitas kita yang berubah dan merespons dengan keberanian dan kreativitas.”

Implementasi Program Mosaik yang Dinamis telah dimulai. Musim panas dan musim gugur ini, staf program sedang merencanakan pelatihan anti-opresi untuk staf dan anggota dewan (dijadwalkan pada 5-7 September); pelatihan kompetensi interkultural musim panas untuk instruktur kursus, staf program, dan penerjemah/fasilitator; dan gelombang pertama revisi kursus dengan pelatihan dari pendiri The Kaleidoscope Institute, Eric Law.

Mulai Januari 2025,Program Mosaik yang Dinamis akan meluncurkan kohort pertamanya. Lima jemaat akan ditambahkan setiap tahun. Jemaat yang tertarik untuk berpartisipasi harus berbicara dengan menteri kepemimpinan mereka.

Dana hibah Program mosaik yang dinamis akan mendukung program ini hingga Juni 2029, dengan rencana untuk mengintegrasikannya ke dalam anggaran operasi konferensi sehingga program ini sepenuhnya berkelanjutan pada tahun 2033.

Konferensi Mennonite Mosaik adalah salah satu dari 238 organisasi yang menerima hibah implementasi melalui inisiatif Thriving Congregations dari Lilly Endowment. Mewakili berbagai tradisi Kristen, organisasi-organisasi ini berasal dari komunitas gereja Protestan mainline, evangelis, Katolik, Ortodoks, gereja perdamaian, dan Pentakosta.

“Jemaat memainkan peran penting dalam memperdalam iman individu dan berkontribusi pada vitalitas komunitas,” kata Christopher L. Coble, Wakil Presiden Agama Lilly Endowment. “Kami berharap program-program ini akan menginspirasi vitalitas dan menyalakan kreativitas jemaat, membantu mereka membayangkan cara-cara baru untuk berbagi kasih Tuhan di komunitas mereka dan di seluruh dunia.”

Tentang Lilly Endowment Inc. 

Lilly Endowment Inc. adalah yayasan swasta yang didirikan pada tahun 1937 oleh J.K. Lilly, Sr., dan putra-putranya, Eli dan J.K., Jr., melalui sumbangan saham di perusahaan farmasi mereka, Eli Lilly and Company. Meskipun sumbangan tersebut tetap menjadi landasan keuangan Endowment, itu adalah entitas yang terpisah dari perusahaan, dengan dewan pengurus, staf, dan lokasi yang berbeda. Sesuai dengan keinginan para pendiri, Endowment mendukung penyebab pengembangan komunitas, pendidikan, dan agama serta mempertahankan komitmen khusus terhadap kota asalnya, Indianapolis, dan negara bagian asalnya, Indiana. Tujuan utama pemberian hibah agama Endowment adalah untuk memperdalam dan memperkaya kehidupan orang Kristen di Amerika Serikat, terutama dengan mencari dan mendukung upaya yang meningkatkan vitalitas jemaat dan memperkuat kepemimpinan pastoral dan awam komunitas Kristen. Endowment juga berupaya meningkatkan pemahaman publik tentang tradisi agama yang beragam dengan mendukung penggambaran yang adil dan akurat tentang peran agama di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

Filed Under: Articles Tagged With: Conference News

Mendukung Pendeta dan Pemimpin Kita untuk Kesejahteraan Holistik

July 18, 2024 by Cindy Angela

oleh Stephen Kriss

Musim semi ini, sekelompok pendeta dan pemimpin Mosaik berkumpul untuk menyaksikan sesi laporan tahunan Barna di kantor konferensi kami. Barna melakukan penelitian tentang dunia Protestan di konteks AS. Hal yang paling mencolok dalam laporan tahun ini adalah tantangan kesehatan mental bagi pendeta. Pekerjaan sebagai pendeta tidak pernah menjadi panggilan yang mudah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir di AS, pekerjaan ini menjadi semakin berbahaya, dengan hampir satu dari lima pendeta melaporkan memiliki pikiran untuk bunuh diri. Dalam Mosaik, kita tidak kebal terhadap hal ini.

Panggilan sebagai pendeta bisa menjadi terisolasi. Meskipun hidup di dalam komunitas, bagian dari panggilan ini adalah terpisah dari komunitas. Pendeta membawa beban khusus dengan keluarga mereka serta kesehatan fisik, emosional, mental, dan spiritual mereka. Saya sendiri telah berjuang dengan beberapa bidang ini, tidak menemukan ritme yang mudah ketika selalu ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Meskipun pekerjaannya bisa melelahkan, ini bermakna dan dengan orang-orang yang saya cintai dengan tulus.

Inisiatif Everence melalui Lilly Foundation berusaha menyediakan tempat dan jalur bagi para pendeta untuk menjaga kesejahteraan mereka sendiri, termasuk hibah dan program konseling keuangan. Musim semi ini Everence membantu Mosaik mensponsori hari libur bagi para pendeta kami. Saya memperhatikan betapa banyak pendeta yang mendaftar untuk sesi pijat 15 menit yang ditawarkan. Tubuh kita membawa trauma primer dan sekunder. Kami juga menawarkan waktu untuk doa pribadi dan intensional bagi para pendeta dari tim pendoa. Semua sesi ini juga penuh diikuti semua peserta.

Konferensi kami mempertahankan dana khusus untuk membantu pendeta dengan konseling, arahan spiritual, dan sumber dukungan lainnya yang dibutuhkan. Dana ini digunakan dengan baik, dan kami mengandalkan dana tambahan yang kami terima selama pandemi untuk memperkuat sumber daya ini. Kami memiliki hampir 150 orang berlisensi yang aktif melayani dalam berbagai konteks. Beberapa memiliki akses ke sumber daya kesejahteraan lebih mudah daripada yang lain. Kami ingin memastikan bahwa semua pemimpin berlisensi kami dapat mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Leadership Minister kami secara teratur memperhatikan gembala-gembala gereja. Kami memiliki komunitas pembelajaran reguler dan kelompok dukungan untuk konteks pastoral tertentu. Tujuan kami adalah setiap pendeta memiliki setidaknya dua tempat dukungan dari Konferensi Mosaic: jalur langsung akuntabilitas dan pendampingan, serta kelompok teman sebaya untuk berbagi dan memberikan resources. Ini adalah tujuan yang belum tercapai. Kami berharap semua pendeta kami memiliki persahabatan di luar keluarga mereka di mana mereka dapat memproses dan merasa didukung, apakah itu mentor formal, teman terpercaya, direktur spiritual, atau konselor.

Para pendeta kami melayani berbagai kebutuhan dan komunitas. Di beberapa jemaat, pendeta dipanggil untuk memimpin komunitas seperti seorang direktur eksekutif yang memimpin organisasi nirlaba. Di pengaturan lain, pendeta serupa dengan pekerja sosial, merespons berbagai kebutuhan dan mengidentifikasi akses ke sumber daya. Di beberapa tempat, pendeta adalah pekerja komunitas yang melayani lingkungan dan kota kecil. Di banyak jemaat, pendeta harus melayani hampir dalam setiap jenis peran, mulai dari pekerjaan kebersihan hingga berkhotbah. Kami memiliki pendeta yang melayani sebagai kapelan dan pemimpin organisasi, dengan kebutuhan dan tantangan mereka sendiri. Banyak pendeta kami adalah bi-vocational.

Dalam komunitas kami yang hampir 8000 orang, panggilan unik sebagai pendeta dijalani oleh sekitar dua persen dari konstituen kami. Kami mengandalkan kontribusi jemaat, individu, yayasan, dan investasi kami untuk memastikan sumber daya tersedia untuk membudidayakan pemimpin yang sehat dan komunitas yang hidup.

Dengan realitas laporan Barna dalam pikiran, kami terus berinvestasi dalam merawat pemimpin kongregasi dan pemimpin yang sedang berkembang. Kami meminta jemaat untuk terus mengenali panggilan signifikan yang diemban pendeta mereka dan mengizinkan waktu untuk sabat dan koneksi dengan keluarga dan teman, untuk belajar dan menambah keterampilan. Jemaat dan komunitas berkembang ketika pendeta dan pemimpin mereka berkembang.

Saya berdoa dukungan berkelanjutan kami dapat memungkinkan pemimpin berlisensi kami menjalani rasa panggilan mereka, mengetahui bahwa mereka layak mendapatkan kasih Tuhan, dikelilingi oleh jaringan perawatan yang jujur dan nyata.


Stephen Kriss

Filed Under: Articles Tagged With: Barna Report, Holistic Wellness, Stephen Kriss

Regenerasi Gereja: Memfasilitasi Peran Anak Muda dalam Pelayanan

June 20, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Di dalam Alkitab disebutkan bahwa ketika Roh Tuhan turun kepada semua manusia maka anak anak dan teruna-teruna akan bernubuat dan mendapatkan penglihatan, orang tua akan mendapatkan mimpi (Yoel 2:28 ; Kis 2:17).

Dan bagian kita adalah peka terhadap tuntunan Roh Tuhan. Ini berarti sebagai orang yang cukup dewasa, mendengarkan dan memfasilitasi anak-anak muda di gereja adalah sebuah tugas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena di tangan anak-anak muda inilah masa depan gereja ditentukan.

Berdasarkan data pada tahun 2019, setiap tahun ada 3000 gereja berdiri dan 4500 gereja tutup di Amerika Serikat. Artinya jika angka ini stabil maka dalam satu tahun gereja kurang lebih gereja berkurang 1500 gereja / tahun. Di South Philadelphia sendiri ada beberapa gereja tutup, beralih kepemilikan, dijual, dikarenakan tidak ada lagi jemaat yang beribadah disana. Memang ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini, namun saya percaya faktor regenerasi adalah salah satunya.

Sejak saya dipercayakan menggembalakan gereja Indonesian Light Church di kota Philadelphia, pada tahun 2018, salah satu kerinduan kami adalah memiliki jemaat dan pelayanan anak muda yang banyak. Pada waktu itu jemaat anak muda kami hanya ada dua orang saja.

Namun setelah beberapa waktu, Tuhan percayakan beberapa anak muda lain bukan saja. Memang melayani anak muda memiliki keunikan dan tantangannya tersendiri, selain perbedaan usia, kebanyakan anak muda di gereja imigran Indonesia, adalah generasi 1.5, artinya mereka hidup di dalam 2 budaya (Indonesia dan Amerika). Dan sebagian besar dari mereka hanya bisa berbahasa Inggris.

Dan bagi kita yang dipercayakan sebagai pemimpin, mendengarkan suara Roh Kudus didalam anak anak muda inilah yang menjadi tantangannya tersendiri. Bagaimana seimbang dalam mendidik, mengajar, mendisiplin dan memperhatikan, mendengarkan dan memfasilitasi.

Rasul Paulus berkata di kitab Efesus, mengenai Ayah  yang harus mendidik, mengajar dan membimbing tanpa membangkitkan amarah dari anaknya. (Efesus 6:4)  Saya percaya ini berlaku juga buat anak-anak rohani. Jangan takut menegur namun sekaligus jangan lupa untuk memperhatikan dan mendengarkan mereka.

Gereja-gereja Indonesia yang tergabung dalam Mosaik pun menyadari hal ini, sehingga langkah nyata dan konsisten untuk regenerasi dan memfasilitasi anak anak muda telah diambil. Berikut highlights beberapa momen penting dari youth Gereja-gereja Indonesia Mosaik beberapa waktu kebelakang.

Pelayanan multimedia dan soundsystem adalah salah satu pelayanan yang banyak diminati anak muda. Foto diambil dari arsip Gereja JKI Anugerah, California.
Retreat International Worship Church di California berjalan sukses melibatkan banyak anak muda, dan didukung oleh Dana Operasi Misi dari Konferensi Mosaik. (Foto arsip IWC Multimedia)
Pentahbisan Graciella Odilia sebagai Youth Pastor di Gereja Nations Worship Center, Philadelphia, PA (Foto arsip NWC)
Indonesian Light Church Youth mengadakan acara Malam Pujian Penyembahan yang mengundang anak-anak muda dari gereja-gereja lain di South Philadelphia. (Foto arsip: ILC)
Anak anak muda mengambil komitmen untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat dan hidup mengadalkan Tuhan setiap waktu. (Foto arsip: ILC)

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Go to page 2
  • Go to page 3
  • Go to page 4
  • Go to page 5
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 18
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use
Aligned with