oleh Janet Panning
Pada awal September, saya mengikuti Pelatihan Analisis Anti-Rasisme yang dipimpin oleh organisasi nirlaba Roots of Justice. Pelatihan kami berlangsung di gedung baru Philadelphia Praise Center (PPC) di South 18th Street di Philadelphia. Hidangan lezat dari Indonesia disediakan oleh anggota PPC, dan Pastor Aldo bergabung dengan kami selama dua setengah hari pelatihan. Sekitar setengah dari peserta berkulit putih dan setengah lainnya adalah orang-orang kulit berwarna. Sebagian besar dari kami terhubung dengan Konferensi Mosaic, sebagai anggota dewan, staf, anggota komite, pendeta, atau pemimpin lainnya.
Kami memulai pelatihan pada hari Kamis malam dengan aktifitas menambahkan gambar ke gunungan es raksasa yang tersebar di sekitar ruangan. Gunungan es tersebut mewakili periode sejarah Amerika Serikat, dari tahun 1600-an hingga sekarang. Para pelatih kami menjelaskan bahwa gunungan es adalah metafora untuk rasisme. Bagian kecil dapat terlihat sementara banyak yang terjadi di luar pandangan. Bagian yang tidak terlihat ini termasuk sistem dan struktur yang memperkuat rasisme.
Tugas pembukaan kami adalah mengingat sejarah AS dan menulis tindakan penindasan di dalam gunungan es dan tindakan perlawanan di luar. Kami mengisi gunungan es tersebut dengan catatan tentang perbudakan, red-lining, penghancuran distrik bisnis kulit hitam, Jim Crow, pemisahan keluarga, sekolah terpisah, Indian Removal Act dan Trail of Tears, Sekolah Asrama India, dan lainnya. Tindakan perlawanan termasuk kereta bawah tanah; pengembangan dan kemajuan institusi kulit hitam seperti asosiasi bantuan bersama, universitas dan perguruan tinggi, pusat bisnis dan bank; tindakan hak-hak sipil, dan lainnya.
Realitas rasisme dan penindasan yang dapat kami identifikasi dalam waktu singkat membuat saya sedih. Ini adalah pengingat yang menyedihkan tentang sejarah kebobrokan kita sebagai negara dan terlalu sering sebagai budaya, terutama ketika kita melihat contoh di zaman kita sendiri, dan terkadang dalam diri kita sendiri. Namun, pasangan tindakan perlawanan dalam periode sejarah yang sama adalah pengingat bahwa sejak awal telah ada perlawanan terhadap rasisme dan penindasan. Tugas kita hari ini adalah melanjutkan pekerjaan itu.
Melalui latihan dan kaukus, kami melihat contoh-contoh sistem dan struktur yang mendukung kokohnya ketidakadilan rasial saat ini dan kami berbicara tentang peran kami dalam mempertahankan atau membongkar sistem rasisme. Kami berbicara tentang manfaat yang dialokasikan oleh sistem kita saat ini untuk orang-orang kulit putih dan hambatan serta kerugian yang diciptakan sistem kita untuk orang-orang berwarna.
Sebagai orang kulit putih, misalnya, saya tidak pernah harus memberi tahu anak-anak saya tentang “pembicaraan” tentang bagaimana tetap aman dari orang-orang yang berwenang yang mungkin menganggap mereka sebagai ancaman. Saya dan suami saya tidak berpikir tentang ditahan oleh polisi saat kami mengemudi di malam hari. Saya percaya ketika saya pergi ke dokter, saya akan didengarkan. Sebelum tahun 2022, jika saya menderita penyakit ginjal kronis dan membutuhkan transplantasi ginjal, skala risiko yang digunakan untuk menilai kebutuhan saya akan menempatkan saya di depan wanita kulit hitam yang memiliki kondisi yang sama persis.
Di Konferensi Mosaic, kami memiliki kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mewujudkan komitmen antarbudaya kami saat kami terus tumbuh. Kekayaan ini memberi kami kesempatan untuk berbagi karunia, pengalaman, perspektif, dan beban satu sama lain. Pekerjaan ini akan mencakup mendengarkan satu sama lain dan mencari peluang untuk mendukung pekerjaan Tuhan di komunitas yang beragam, termasuk bekerja untuk negara yang lebih adil dan setara.
Janet Panning
Janet Panning serves on the Mosaic Board and is the Ministerial Committee Chair. Janet is actively involved at Plains (Hatfield, PA) Mennonite Church where she serves as an elder. She is employed by Montgomery County’s Office of Public Health in Maternal and Child Health. Janet is married to Steve and they have two daughters, Megan & Molly.