• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Harapan untuk Masa Depan: Merayakan 30 Tahun Damascus Road

March 20, 2025 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Dinginnya sisa musim dingin di Midwest mungkin tidak sebanding dengan Pantai Timur, tetapi itu tidak mengurangi harapan yang dipicu oleh para pemimpin kulit berwarna dan banyak undangan istimewa yang diberikan kepada mereka yang berpartisipasi dalam acara Hope for the Future MC USA di Goshen, Indiana. 

Tahun ini, tema konferensi adalah Merayakan 30 Tahun Pelatihan Anti-Rasisme Damascus Road, yang sekarang dikenal sebagai Roots of Justice training. Sekitar 130 orang berkumpul di Goshen College, tempat acara ini berlangsung. Hari pertama kami dimulai dengan resepsi malam di sebuah penginapan lokal, diikuti dengan ibadah dan sesi pada hari berikutnya. Ada sesi panel yang menampilkan semua pelatih dari Damascus Road / Roots of Justice, dan saya merasa terhormat serta bersyukur menjadi bagian dari panel tersebut. 

Hendy Matahelemual on a panel with other current and former Roots of Justice trainers. Photo by Juan Moya, Anabaptist World.

Pekerjaan anti-rasisme merupakan bagian penting dari prioritas Mosaic Intercultural kami. Sebelum kita benar-benar dapat berkumpul sebagai sesama di hadapan Tuhan—seperti yang digambarkan dalam Wahyu 7:9—kita harus mengatasi masalah utama yang sering diabaikan: dosa rasisme. Dosa ini telah membagi umat manusia menjadi dua kelompok—yang tertindas dan penindas, yang inferior dan superior, yang dominan dan yang tunduk—berdasarkan etnis, warna kulit, dan ras. 

Dr. Regina Shands Stoltzfus, pembicara utama pertama hari itu, mengingatkan kami untuk mengakui pekerjaan anti-rasisme di masa lalu dan masa kini saat kita mempersiapkan masa depan. Dia adalah rekan penulis Been in the Struggle bersama Tobin Miller Shearer. Mosaic mengadakan studi buku lintas budaya tentang topik ini dan mengundang kedua penulisnya untuk memimpin diskusi webinar melalui Zoom. Jika Anda melewatkannya, Anda dapat melihatnya di [tautan ini]. 

Hendy Matahelemual (left) and Mosaic Conference Board Member Maati Yvonne (fourth from left) with the other past and current Roots of Justice trainers present at the Conference. Photo by Juan Moya, Anabaptist World.

Saat saya merenungkan praktik spiritual dari pengakuan (acknowledgment), saya bergabung dalam sesi kelompok kecil tentang identitas multiras, lintas etnis, dan transrasial di gereja. Di sinilah saya menyadari bahwa sebagian besar dari kita, termasuk saya sendiri, membawa campuran identitas. Hanya dengan mengakuinya—dan diakui—itu adalah pengalaman yang membebaskan. 

Hari kedua diakhiri dengan Gala Dinner, di mana, untuk pertama kalinya, saya mendengar lagu Arirang yang dibawakan oleh saudara-saudari kami dari latar belakang Korea. Lagu ini melambangkan kesedihan dan harapan rakyat Korea yang merindukan Korea yang bersatu. Gala ini menjadi ruang untuk menghormati para tetua kami dan merayakan kebersamaan, dan ya, ada banyak tarian yang terjadi di sana. 

Suzette Shreffler membagikan kisahnya saat kami memulai hari terakhir konferensi. Sebagai keturunan Penduduk Asli Amerika, dia tumbuh sebagai bagian dari sistem sekolah asrama Indian, yang memaksa keluarganya untuk berasimilasi dengan budaya Euro-Amerika dengan tujuan menghapus bahasa, tradisi, dan identitas Pribumi. 

Dia mengalami trauma antargenerasi, tetapi syukur kepada Tuhan, dia menemukan kedamaian dalam Yesus melalui pelayanannya di Gereja Mennonite setempat. Dia menjadi perempuan Northern Cheyenne pertama yang mendapatkan kredensial dari Central Plains Mennonite Conference. Kisah ketahanannya menjadi cahaya harapan bagi masa depan, dan saya percaya masih banyak kisah lain yang menunggu untuk diceritakan. 

Mosaic Mennonite Conference Executive Committee Board Member Maati Yvonne was one of seven elders honored at the 12th annual Hope for the Future celebration. Photo by Juan Moya, Anabaptist World.

Acara ini diakhiri pada hari Minggu dengan Dr. Rev. Lerone Martin, yang membagikan salah satu khotbah Dr. Martin Luther King Jr. Dr. Martin adalah profesor Studi Agama dan Direktur Martin Luther King, Jr. Research and Education Institute di Stanford University. Saya sangat terkesan dengan bagaimana khotbah Dr. King tetap sangat relevan hingga hari ini. 

Dalam khotbahnya, Dr. King berbicara tentang tiga serangkai kejahatan: Rasisme, Kemiskinan, dan Kekerasan. Harapan saya untuk masa depan, bersama dengan Mosaic Conference, adalah bahwa kita dapat menghadapi semua ini dengan cara Yesus. Prioritas konferensi kami sudah ditetapkan untuk menghadapi kekuatan jahat ini saat kita semakin menjadi lebih Intercultural, Formational, dan Missional dalam jalan Yesus, di dunia yang sekaligus rusak dan indah. 


Hendy Matahelemual

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, Hope for the Future, Maati Yvonne

Staf Imigrasi MCC di AS Menanggapi Panggilan dan Pertanyaan Mendesak

March 6, 2025 by Cindy Angela

Oleh Linda Espenshade, Editor Berita Mennonite Central Committee U.S.

Catatan Editor: Artikel ini dicetak ulang dengan izin. Anggota Mosaic Conference dapat menerima konsultasi hukum melalui kantor MCC West Coast ((559) 638-6911 atau westcoast@mcc.org) dan East Coast ((305) 249-3477 atau FloridaOffice@mcc.org). Hubungi immigration@mosaicmennonites.org jika anda memiliki pertanyaan. Juga lihat sumber daya Mosaic di sini untuk mendukung jemaat atau komunitas Anda dalam pelatihan “Kenali Hak Anda” dan hal lainnya. 

*Maria adalah nama samaran yang digunakan untuk melindungi identitasnya.


Maria* menghadapi keputusan sulit pada bulan September ketika dokumen yang memungkinkan dia tinggal di Amerika Serikat akan habis masa berlakunya. 

Dia bisa tetap tinggal di AS, menghadapi risiko deportasi dan hidup dalam ketidakpastian, agar putrinya yang masih remaja dan merupakan warga negara AS dapat terus tinggal di negara ini. Atau dia bisa kembali ke Venezuela setelah 16 tahun tinggal di AS, ke negara yang sedang mengalami krisis kemanusiaan dan politik yang begitu parah hingga 7,7 juta orang telah melarikan diri. 

Maria menemui pengacara imigrasi Mennonite Central Committee (MCC) East Coast, Rachel Diaz, untuk melihat apakah dia memiliki opsi lain untuk tetap tinggal secara legal setelah Status Perlindungan Sementara (TPS)-nya berakhir. 

Seperti imigran lainnya, ketakutan dan kekhawatiran Maria tentang tinggal di AS tanpa dokumen meningkat sejak Presiden Trump menginstruksikan agen Imigrasi (ICE) untuk menangkap 1.000 hingga 1.200 imigran setiap hari. 

Diaz menjelaskan bahwa Maria tidak memiliki opsi hukum untuk tetap tinggal, meskipun dia memiliki catatan kriminal yang bersih, kecuali Trump memperpanjang TPS untuk warga Venezuela. 

Sebagai gantinya, Diaz menyarankan agar Maria memastikan bahwa dia memiliki rencana kesiapan keluarga sehingga putrinya dapat dirawat jika Maria dideportasi. 

Rencana ini mencakup tindakan seperti: 

  • Menemukan orang terpercaya untuk merawat putrinya; 
  • Menandatangani formulir yang memberikan izin kepada orang terpercaya tersebut untuk merawat putrinya sementara, termasuk mendapatkan perawatan medis; 
  • Memiliki paspor yang masih berlaku untuk putrinya agar dia bisa terbang ke Venezuela. 

“Saya juga seorang ibu,” kata Diaz. “Dan di sini saya harus memberitahu seorang ibu, yang saya tahu telah bekerja keras untuk memberikan kehidupan yang baik bagi putrinya, bahwa tidak ada jalan keluar hukum bagi mereka saat ini. Itu sangat sulit untuk dikatakan.” 

Saat para imigran menyaksikan penangkapan terjadi di berita dan di jalanan, dengan atau tanpa surat perintah hakim (warrant), panggilan ke staf imigrasi MCC meningkat. 

Imigran bertanya kepada staf MCC tentang cara mendapatkan dokumen agar mereka bisa tetap tinggal di negara ini. Mereka juga ingin tahu bagaimana cara melindungi anak-anak dan aset mereka jika mereka dideportasi. Para pendeta bertanya apa yang harus dilakukan jika agen ICE datang ke gereja mereka. 

Staf imigrasi MCC, terutama di California dan Florida, merespons dengan bertemu klien dan mengadakan pertemuan dengan kelompok di gereja dan sekolah. Mereka juga mendengarkan. 

Crystal Fernandez-Benites, petugas kasus hukum imigrasi untuk MCC West Coast, berbicara dengan dua anggota komunitas yang terkena dampak kebijakan imigrasi Presiden Trump. Foto MCC/Dina González-Piña  

“Kadang-kadang saya menghabiskan 20 menit hanya untuk mendengarkan situasi mereka, mencoba menenangkan mereka,” kata Crystal Fernandez-Benites, petugas kasus hukum imigrasi untuk MCC West Coast. Kadang-kadang tidak ada opsi hukum, katanya, “tetapi keberadaan seseorang, sebuah organisasi yang dapat mereka percayai dan datangi untuk mendapatkan bimbingan, saya pikir itu sangat penting.” 

Di seluruh negeri, semakin banyak staf memberikan presentasi “Kenali Hak Anda” di gereja, sekolah, dan komunitas. Dalam presentasi ini, peserta belajar langkah-langkah praktis yang harus diambil jika mereka ditahan dan bagaimana menjalankan hak-hak konstitusional mereka. Beberapa di antaranya: 

  • Gunakan hak Anda untuk tetap diam. 
  • Jangan menandatangani apa pun kecuali perjanjian dengan pengacara Anda sendiri. 
  • Bawa salinan dokumen imigrasi Anda. 
  • Jangan buka pintu kecuali agen ICE menunjukkan surat perintah (warrant) yang ditandatangani oleh hakim dengan nama dan alamat spesifik seseorang yang tinggal di rumah Anda. 
  • Hafalkan nomor telepon yang bisa dihubungi dari pusat penahanan. (Jangan bergantung pada ponsel Anda.) 

Seorang wanita yang menghadiri pelatihan di California mengatakan bahwa dia sangat tertekan oleh meningkatnya aktivitas ICE. 

“Saya keluar rumah dengan perasaan takut. Saya hanya keluar untuk keperluan mendesak, dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melindungi saya. Bagi saya, pelatihan ini sangat berguna karena kami perlu siap dan mengetahui hak kami.” Dia sekarang memiliki janji dengan MCC untuk memulai proses imigrasi. 

Fernandez-Benites mengatakan kekhawatiran utama yang dia dengar dari peserta pelatihan adalah tentang anak-anak mereka. “Mereka telah lama tinggal di komunitas ini. Mereka memiliki kehidupan di sini, dan anak-anak mereka lahir di sini serta masih di bawah umur.” 

Seorang pendeta yang menjadi tuan rumah pelatihan MCC West Coast untuk jemaatnya, yang mayoritas imigran, mengatakan bahwa dia dan suaminya, yang juga pendeta, telah diminta oleh setidaknya tiga keluarga untuk menjadi wali sementara bagi anak-anak mereka. 

“Mereka khawatir, dan seperti yang mereka katakan, ‘Siapa lagi yang bisa kami percayai? Kami tidak punya kerabat di sini.’ Dan jika ada, mereka berada di negara bagian lain, dan kebanyakan dari mereka juga tidak memiliki dokumen resmi,” kata pendeta itu. Dia dan suaminya setuju untuk membantu mereka “karena saya percaya bahwa gereja ada untuk menolong.” 

Untuk lebih banyak sumber daya bagi imigran dan mereka yang ingin membantu, kunjungi mcc.org/support-immigrant-neighbors. Untuk meminta legislator Anda berbicara atas nama imigran yang terkena dampak perintah Trump, serta pengungsi dan pencari suaka, kunjungi mcc.org/campaign/speak-those-seeking-refuge-and-asylum. 

Filed Under: Articles Tagged With: immigration, MCC

Iman dalam Transisi: Refleksi atas Pelatihan Pelayanan Interim 

February 20, 2025 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Selama satu minggu yang dingin dan bersalju, beberapa pendeta dari Konferensi Mennonite Mosaic dan Konferensi Allegheny, yang berasal dari berbagai latar belakang, menghadiri program pelatihan Intentional Interim Minister di Princeton, New Jersey. 

Beth Kenneth, Koordinator Konsultasi dan Pelayanan Coaching untuk Center of Congregational Health, memimpin sesi tentang Workplace Big 5 Assessment.

Pelatihan ini diselenggarakan melalui kolaborasi antara Eastern Mennonite University dan Center for Congregational Health serta berlangsung di Erdman Center, Princeton University. Pelatihan selama empat hari ini diadakan pada tanggal 10 hingga 13 Februari, hanya satu hari setelah Super Bowl. Pelatihan ini dapat terlaksana berkat dukungan dari Lily Grant. 

Sebelum mengikuti pelatihan, para peserta diminta untuk mengisi kuesioner Workplace Big 5 Assessment guna mengidentifikasi tipe kepribadian mereka. Penilaian ini terbukti sangat bermanfaat dalam membantu para pendeta memahami kepribadian, kekuatan, dan tantangan mereka, sehingga dapat melayani dengan lebih efektif. Beberapa dari kami bahkan terkejut dengan hasil yang muncul, yang memberikan wawasan baru tentang diri kami sendiri dan pendekatan kami dalam pelayanan. 

Pembicara utama dalam pelatihan ini adalah Rev. Dr. Marvin L. Morgan, yang memiliki pengalaman luas sebagai pendeta dan intentional interim minister. Latar belakang akademisnya serta pengalamannya yang kaya dalam pelayanan sangat berharga bagi kami semua. 

Sejujurnya, ketika pertama kali mengikuti pelatihan ini, saya belum terlalu familiar dengan konsep pelayanan interim. Namun, melalui pengalaman ini, saya menyadari betapa pentingnya setiap pemimpin untuk siap memimpin dalam masa transisi. Pelayanan interim dapat menjadi jembatan penting yang membantu gereja menemukan pemimpin yang tepat untuk masa depan mereka. Saya sendiri menjadi pendeta di gereja saya saat ini berkat keberhasilan beberapa pendeta interim sebelumnya. Mereka membantu jemaat merangkul dan menghargai warisan mereka sekaligus menatap masa depan dengan harapan. 

Rev. Dr. Marvin L. Morgan, left, leads one of the sessions. Photo by Jaye Lindo.

Amy Yoder McGloughlin, executive minister untuk Konferensi Allegheny, menyatakan, “Pelatihan ini membantu saya untuk berpikir tentang apa yang dibutuhkan jemaat dan organisasi di masa transisi—bagaimana kita membantu jemaat merayakan masa lalu mereka dan menatap masa depan dengan sukacita.” 

Charlene Smalls, ketua Faith and Life Committee serta pendeta di Ripple Church, berbagi, “Saya benar-benar terinspirasi oleh betapa komprehensifnya kelas ini, yang mencakup baik aspek manusia maupun administrasi dalam pelayanan sebagai pendeta interim. Saya juga terinspirasi oleh rekan-rekan yang hadir—kelompok yang beragam, namun bersatu dalam komitmen mereka yang mendalam terhadap panggilan pelayanan pastoral.” 

Banyak dari kami juga merasa dikuatkan oleh pemahaman bahwa pelayanan interim bukan hanya peran bagi mereka yang sedang melayani sebagai pemimpin saat ini, tetapi juga kesempatan bagi pendeta yang sudah berpengalaman untuk memberikan kembali dalam cara yang baru. 

Dari kiri ke kanan: Hendy Matahelemual, Jaye Lindo, Ben Wideman, Amy Yoder McGlaughlin, Jason Kuniholm, Jenifer Eriksen Morales, Christina Manero, Jacob Cook, Charlene Smalls, Pavel Gailans, Marvin L. Morgan

Jaye Lindo, pendeta 7 Ways Church Fellowship sekaligus staf Mosaic, merefleksikan, “Yang paling menginspirasi bagi saya adalah bahwa pelayanan interim yang disengaja bisa menjadi cara yang bermakna bagi para pendeta yang akan pensiun untuk tetap melayani. Setelah dilatih melalui Intentional Interim Minister Training, mereka dapat menggunakan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk membimbing gereja melalui proses pencarian pendeta baru yang penuh tantangan. Pelatihan ini memberikan jemaat alat-alat praktis untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan apa yang benar-benar mereka yakini.” 

Di luar aspek teknis dan strategis pelayanan interim, banyak dari kami merasa sangat tersentuh oleh dimensi spiritual dari panggilan ini. Pendeta interim melangkah masuk ke dalam jemaat di saat-saat yang krusial, memberikan pelayanan pastoral, penegasan, dan bimbingan saat komunitas menghadapi perubahan. 

Pavel Gailans, pendeta interim di Homestead Mennonite Church di Florida, menambahkan, “Tubuh Kristus memiliki banyak kebutuhan. Pendeta interim yang disengaja dipanggil untuk menjadi gembala-penjaga yang menemani umat Tuhan di saat krisis. Ini adalah waktu untuk mendengarkan, berdoa, mencari bimbingan dari Roh Kudus, dan kemudian memimpin orang lain dengan kasih dan belas kasihan. Pelatihan ini membantu saya menyelami lebih dalam hati Tuhan bagi umat-Nya.” 

Pelatihan ini mengingatkan kami bahwa transisi adalah bagian penting dari pekerjaan Tuhan dalam Gereja. Kisah Musa dan Yosua menggambarkan ini dengan baik—Musa memimpin orang Israel melalui padang gurun, tetapi Yosua membawa mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Tuhan meyakinkan Yosua, “Seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yosua 1:5). Saat kami kembali ke pelayanan kami, kami melakukannya dengan kepercayaan bahwa Tuhan hadir dalam setiap transisi, membimbing kami dengan hikmat dan kasih karunia-Nya. 


Hendy Matahelemual

Hendy Matahelemual is the Associate Minister for Community Engagement for Mosaic Conference. Hendy Matahelemual was born and grew up in the city of Bandung, Indonesia. Hendy lives in Philadelphia with his wife Marina and their three boys, Judah, Levi and Asher.

Filed Under: Articles

Daftarkan Diri Anda untuk Pertemuan Musim Semi 2025 Konferensi Mosaik 

February 13, 2025 by Cindy Angela

Di tahun 2025, Konferensi Mosaic akan mengadakan Pertemuan Musim Semi (Spring Assembly) yang tersebar, bersama dengan Pertemuan Musim Gugur (Fall Assembly) yang biasa kita lakukan. Format baru Spring Assembly ini akan menyerupai pertemuan persiapan delegasi tahun 2024, dengan berbagai pertemuan regional yang diadakan dalam berbagai bahasa. 

Pertemuan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan untuk lebih banyaknya percakapan langsung dan membangun hubungan di seluruh Konferensi. 

“Spring Assembly adalah kesempatan kita untuk bekerja menuju pilar-pilar rencana strategis kami, yaitu membangun hubungan, pengembangan kepemimpinan, serta kejelasan dan identitas,” kata Moderator Konferensi Angela Moyer Walter. “Ini adalah kesempatan untuk terlibat dalam percakapan bermakna tentang apa artinya menjadi bagian dari Mosaic dan bermitra dengan pekerjaan Tuhan di antara kita.” 

Assembly ini diperuntukkan bagi delegasi Konferensi tahun 2024 dan 2025, serta siapa pun dari dalam Konferensi Mosaic yang ingin berpartisipasi dalam kesempatan pembekalan ini. 

Peserta akan dibekali dengan konsep model gereja centered-set serta panduan prioritas inti yang sedang dikembangkan sebagai bagian dari fokus rencana strategis pada kejelasan dan identitas. Tidak akan ada pengambilan keputusan dalam Spring Assembly ini. 

“Kami sangat senang dapat menawarkan berbagai tanggal dan lokasi untuk Spring Assembly, sehingga sebanyak mungkin delegasi saat ini dan di masa depan dapat berpartisipasi,” ujar Kepala Pelayanan untuk Administrasi, Brooke Martin. “Jadwalnya akan mengikuti format yang sama dengan pertemuan persiapan delegasi, yang sukses dilangsungkan di waktu lalu. Kami berharap dapat menggunakannya kembali untuk acara ini.” 

Tanggal dan lokasi sebagian besar telah dikonfirmasi, dan pendaftaran kini dibuka. Harap tandai kalender Anda dan sebarkan informasi ini: 

  • Blooming Glen Mennonite Church, Blooming Glen, PA – Kamis, 3 April 2025, pukul 9:30 AM (ET) 
  • Kantor Mosaic Conference, Lansdale, PA – Sabtu, 5 April 2025, pukul 9:30 AM (ET) 
  • Pertemuan Zoom dalam Bahasa Inggris & Indonesia – Selasa, 8 April 2025, pukul 7 PM (ET) / 4 PM (PT) 
  • Pertemuan Zoom dalam Bahasa Inggris & Spanyol – Minggu, 13 April 2025, pukul 7 PM (ET) / 4 PM (PT) 
  • JKI Anugerah, Sierra Madre, CA – Sabtu, 26 April 2025, pukul 10 AM (PT) – Pertemuan dalam Bahasa Inggris & Indonesia 
  • Nations Worship Center, Philadelphia, PA – Rabu, 30 April 2025, pukul 6:30 PM (ET) – Pertemuan dalam Bahasa Inggris, Spanyol & Indonesia, dimulai dengan makan malam 
  • Pertemuan langsung di Florida (lokasi & waktu akan ditentukan segera) – Sabtu, 3 Mei 2025 

Daftarkan diri Anda di: https://mosaicmennonites.org/assembly/spring/ 

Filed Under: Articles Tagged With: Conference Assembly, Spring Assembly 2025

Komunitas yang Terkasih (Beloved Community)

January 23, 2025 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Kingdom Builders Network Philadelphia (Jaringan Gereja-gereja Anabaptist di Philadelphia) bersama dengan Mennonite Central Committee East Coast mengadakan acara Hari Pelayanan (Service Day) pada hari Senin, 20 Januari 2025 untuk memperingati Hari Martin Luther King Jr., dengan tema Mengembalikan Harapan dan Martabat. 

Dinginnya udara di Philadelphia, ditambah salju yang menggunung, tidak mengurangi antusiasme para relawan yang datang dari setiap penjuru kota dan suburban Philadelphia, untuk berpartisipasi dalam acara ini. Mereka Acara dimulai pada pagi hari pukul 09.00, dengan kehadiran kurang lebih 100 orang. 

Para relawan menggambar lukisan Mosaik dari Dr Martin Luther King Jr secara bergantian., dengan arahan dari Artis Mural, John Lewis.

Salah satu tradisi yang dilakukan dalam Hari Pelayanan ini adalah mempersiapkan 500 bingkisan yang berisi kebutuhan perawatan tubuh sehari-hari, seperti sabun, sampo, handuk, dan sebagainya, untuk dikirimkan ke penjara-penjara bagi para tahanan. 

Martin Luther King Jr, memiliki visi tentang Komunitas yang Terkasih (Beloved Community), bagaimana sebagai pengikut Yesus kita menjalankan visi ini lebih dari sekedar retorika saja. Oleh sebab itu dalam acara ini juga diadakan diskusi panel yang mengundang berbagai nara sumber yang secara khusus bekerja di dalam komunitas immigran untuk berusaha menginspirasi dan mencari solusi bersama bagaimana Komunitas terkasih ini bisa terlaksana.  

Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS ke-47, yang bertepatan dengan Hari Martin Luther King Jr., menjadi sebuah ironi yang mencolok. Dr. King dikenal memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan inklusi, sedangkan kebijakan Trump, seperti deportasi massal dan pembatasan imigrasi, sering dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut.  

Di tengah ancaman deportasi, kehidupan sehari-hari terus berjalan, dan ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa “Komunitas Terkasih” dimulai dari kepedulian kita terhadap sesama, terutama mereka yang membutuhkan bantuan. Populasi imigran yang semakin berkembang di Philadelphia telah memperkaya kota ini, namun juga mengungkapkan ketegangan dan kesalahpahaman yang ada.  

Diskusi panel bersama nara sumber, (kiri-kanan, Ps Hendy Matahelemual (moderator), Hani White (board Indonesia Diaspora Philadelphia), Thoai Nguyen (CEO SEAMAAC), Blanca Pacheco (New Sanctuary Movement Philadelphia).

Menanggapi tantangan ini, Thoai Nguyen, CEO SEAMAAC (South East Asian Mutual Assistance Association Coalition), menyatakan bahwa jika kita semua mau lebih mengenal asal-usul atau nenek moyang kita, kita akan lebih peka terhadap perbedaan dengan orang lain. Hal ini menjadi awal dari saling pengertian yang dapat menciptakan komunitas yang penuh kasih.  

Blanca Pacheco, wakil direktur dari Sanctuary Movement of Philadelphia, dalam diskusi panel juga mengajak untuk memberikan tekanan politik melalui “rally” atau “demo damai” guna memastikan pemerintah kota Philadelphia menjaga statusnya sebagai kota suaka atau “sanctuary city.” 

Ajakan untuk mendukung usaha-usaha lokal yang dimiliki oleh para imigran juga merupakan cara yang baik untuk mendukung mereka. “Daripada membeli jajanan pencuci mulut di Walmart atau Costco, saya lebih memilih membeli dari penjual lokal di Philadelphia. Memang sedikit repot, tetapi sangat bermanfaat untuk mendukung usaha kecil milik imigran,” ujar Hani White, anggota dewan dari Diaspora Indonesia di Philadelphia, dalam diskusi panel.  

“Demikianlah kamu, hendaklah saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 13:34), mengingatkan kita bahwa kasih kepada sesama adalah dasar dari komunitas yang seharusnya kita bangun bersama.  

Ketika cuaca di pantai timur sangat dingin, sebaliknya bara hutan dan puing puing rumah di utara kota Los Angeles masih hangat. Solidaritas kita haruslah melintasi batas-batas wilayah yang ada, dan harus menembus batas batas lapisan masyarakat, mulai dari imigran yang tidak memiliki surat sampai dengan konglomerat dan orang orang kaya, biarlah keadilan sosial bisa terwujud di dalam Komunitas yang terkasih ini.  

Ketika retorika Exceptionalist Amerika terjadi maka sebagai komunitas terkasih kita dengan sengaja peka terhadap apa yang terjadi di belahan dunia lain.  Salah satu caranya adalah dengan mencari tau, dengan membaca, dengan pergi ke belahan dunia lain dan belajar. Hanya dengan inilah kita tidak terjebak hanya mementingkan diri sendiri, dan mulai bertindak lokal namun berpikir secara global.  

Semoga mimpi dari Dr. Martin Luther King Jr, mewujudkan Komunitas terkasih, bisa terwujud dalam tahun tahun kedepan, Ini adalah tanggung jawab kita semua sebagai pengikut Yesus.  Damai sejahtera Tuhan beserta kita semua.  


Hendy Matahelemual

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, MCC East Coast, MLK Day, MLK Service Day

Dukungan Konferensi Mosaic Mennonite untuk Gereja Indonesia di Tengah Ancaman Deportasi

December 5, 2024 by Cindy Angela

Oleh Hendy Matahelemual

Pada momen-momen genting dalam sejarah, komunitas iman sering menjadi tempat berlindung bagi mereka yang merasa terancam dan terpinggirkan. Begitu pula yang terjadi sehari setelah pengumuman kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, ketika ketegangan dan kekhawatiran menyelimuti komunitas immigrant, termasuk warga gereja Indonesia di South Philadelphia. Pernyataan Trump dalam kampanyenya mengenai deportasi massal dan rencana untuk mencanangkan keadaan darurat nasional imigran ilegal menimbulkan keresahan yang nyata di tengah komunitas yang rentan. 

Ps Danilo Sanchez, menyampaikan dukungan dan doa kepada komunitas imigran Indonesia, di Indonesian Light Church Philadelphia.  

Di tengah situasi tersebut, Mosaic Mennonite Conference menunjukkan komitmennya terhadap prinsip kasih, keadilan, dan solidaritas melalui kunjungan Pastor Danilo Sanchez ke tiga gereja Indonesia di South Philadelphia: Gereja ILC, PPC, dan NWC. Kehadiran ini bukan hanya sebuah formalitas, melainkan sebuah simbol nyata dari dukungan moral, spiritual, dan emosional terhadap komunitas yang sedang menghadapi tekanan besar. 

Kekuatan dari Kehadiran: Pastor Danilo Sanchez Membawa Pesan Pengharapan 

Dalam kunjungannya, Pastor Danilo Sanchez menyampaikan pesan yang penuh pengharapan dan kekuatan, mengingatkan umat tentang pentingnya bersandar pada Tuhan dalam situasi sulit. Ia mengutip Mazmur 46:1-2, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan yang sangat terbukti.” Firman ini menjadi landasan untuk mengingatkan komunitas bahwa meskipun ancaman datang dari dunia luar, Tuhan tetap setia menjaga dan melindungi umat-Nya. 

Pesan ini penting tidak hanya secara spiritual tetapi juga secara psikologis. Ketika ketakutan akan deportasi menjadi nyata bagi banyak anggota komunitas, memiliki pemimpin iman yang hadir secara langsung dan menyuarakan dukungan bisa memberikan rasa aman yang sangat dibutuhkan. Pastor Danilo juga mengajak komunitas untuk tetap bersatu, mengandalkan kekuatan doa, dan berani berdiri teguh dalam menghadapi ketidakpastian. 

Dukungan dari Mosaic Mennonite Conference: Solidaritas Melampaui Batas 

Mosaic Mennonite Conference memahami bahwa iman tidak hanya berbicara tentang hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama. Dalam kunjungannya, konferensi ini menegaskan komitmen mereka untuk mendukung gereja-gereja Indonesia di South Philadelphia, yang menjadi bagian penting dari komunitas imigran. Dengan latar belakang Mennonite yang kaya akan sejarah perdamaian dan keadilan sosial, dukungan ini mencerminkan nilai-nilai utama konferensi tersebut: mengasihi tetangga, melindungi yang lemah, dan memperjuangkan keadilan. 

Selain pesan spiritual, Mosaic Mennonite Conference juga memberikan dukungan praktis, seperti informasi tentang hak-hak imigran dan akses ke bantuan hukum jika diperlukan. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana iman dapat diterjemahkan menjadi tindakan konkret yang membantu individu dan komunitas bertahan di masa sulit. 

Ps Danilo Sanchez, Bersama Youth Group di gereja Nations Worship Center

Mengandalkan Tuhan dan Tetap Teguh 

Komunitas iman memiliki peran penting dalam memberikan kekuatan dan pengharapan, terutama di tengah ancaman yang dirasakan seperti yang dihadapi oleh gereja-gereja Indonesia ini. Dalam situasi ini, umat diajak untuk mengingat janji Tuhan dalam Yesaya 41:10, “Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, jangan bimbang, sebab Aku ini Allahmu.” Pesan ini menjadi peneguhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan umat-Nya, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun. 

Melalui kunjungan Pastor Danilo Sanchez dan dukungan Mosaic Mennonite Conference, komunitas gereja di South Philadelphia diingatkan bahwa mereka tidak sendiri. Solidaritas, doa, dan kasih menjadi kekuatan utama untuk melangkah maju, tetap teguh, dan berani menghadapi apa pun yang akan datang. Dalam kasih Tuhan, mereka menemukan kekuatan untuk tetap berharap, bersatu, dan terus menjadi terang bagi dunia. 

Filed Under: Articles Tagged With: Danilo Sanchez, Hendy Matahelemual, Indonesian Light Church, Nations Worship Center

Rekomendasi Pathway Menerima 71% Dukungan pada Majelis Mosaic 2024 

November 7, 2024 by Cindy Angela

oleh Jennifer Svetlik

Hampir 350 orang berkumpul untuk Pertemuan Tahunan Konferensi Mennonite Mosaic pada 2 November di rumah pertemuan Gereja Mennonite Souderton (PA). Mengusung tema “Berjalan dengan rendah hati bersama Tuhan,” dan teks Mikah 6:8, hari itu dimulai dengan ibadah dan kesempatan untuk bersekutu serta membangun hubungan (laporan mengenai semua kegiatan Majelis dapat ditemukan di sini). 

Pada sesi pagi, 170 delegasi dari jemaat dan Pelayanan Terkait Konferensi (CRM) terlibat dalam percakapan dan berbagi perjamuan kudus. Mereka menyambut dan berdoa untuk tiga jemaat anggota baru Mosaic (Ark of Christ [Westminster, CA], Bethel Worship and Teaching Center [Levittown, PA], dan Resplandece Mennonite [Pembroke Pines, FL dan Baranquilla, Kolombia]) serta satu Pelayanan Terkait Konferensi (The Worm Project). Pada sesi sore, para delegasi memberikan suara pada pemungutan suara yang berfokus pada hubungan Mosaic dengan Gereja Mennonite AS (MC USA). 

Di antara tamu yang hadir adalah Jon Carlson, Moderator untuk MC USA; Glen Guyton, Direktur Eksekutif MC USA; Michael Danner, Direktur Eksekutif Asosiasi untuk Vitalitas Gereja di MC USA; Camille Dager, Kepala Komunikasi MC USA; Wil LaVeist, Eksekutif Senior Pengembangan di Mennonite Mission Network; Amy Gingrich, Direktur Eksekutif MennoMedia, dan Leonard Dow, Wakil Presiden Pengembangan Komunitas dan Gereja di Everence. Terdapat tamu dan delegasi dari 12 negara bagian AS, Meksiko, dan Kolombia. 

Pada sesi delegasi sore, Marta Castillo, Pelayan Eksekutif Asosiasi Konferensi Mosaic, dan Danilo Sanchez, Pelayan Kepemimpinan untuk Transformasi Interkultural, mempresentasikan Rencana Strategis Mosaic untuk 2025-2027, yang merupakan hasil utama dari proses perencanaan strategis dua tahun yang dipimpin oleh Tim Pengarah Jalur Mosaic, serta Program Mosaic yang Dinamis. Delegasi memberikan tanggapan verbal dan tertulis terhadap rencana tersebut dalam kelompok meja mereka. 

Pelayan Eksekutif Stephen Kriss membuka presentasi mengenai rekomendasi Tim Pengarah Jalur untuk membangun kemitraan, daripada menjadi anggota MC USA. Ia memulai dengan doa dan pengakuan bahwa “ini bukanlah waktu yang mudah” dalam kehidupan Mosaic. 

“Bagi sebagian dari kami, [hubungan dengan MC USA] adalah hubungan yang suci, bagi yang lain ini adalah tantangan. Bagi sebagian kami, hubungan ini baru dan belum terdefinisi… Bagi sebagian, itu mewakili keluarga, generasi, dan hubungan yang melampaui ruang dan waktu ini,” kata Kriss. 

Ketika berbicara kepada para pemimpin MC USA, Kriss mengatakan, “Saya bertobat atas setiap rasa kesombongan dalam percakapan kita bersama,” dan mengenai apa yang mungkin terjadi setelah pemungutan suara, apapun hasilnya, ia mengatakan, “Kami berkomitmen untuk mencoba menyelesaikannya… Kami akan bekerja dengan niat baik dan rasa keterbukaan. Saya akan bekerja dengan rasa kerentanannya.” 

Kriss berkomitmen untuk memberikan transparansi kepada para delegasi, “untuk sejelas mungkin tentang proses ini… Kami ingin Anda tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang benar.” Kriss kemudian memberikan kesempatan kepada Carlson dan Guyton untuk berbicara kepada para delegasi. 

Carlson mengakui bahwa bagi banyak orang, “kadang-kadang, rasanya menjadi Mennonite itu menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk menjelaskan diri kami,” namun kami ingin gereja kami menjadi tempat yang aman di mana kami bisa “berhenti menjelaskan diri kami dan cukup menjadi diri kami… Ketika ada kebutuhan untuk menjelaskan diri kami di dalam gereja, lebih mudah untuk berpisah dan menciptakan ruang baru.” 

Carlson menambahkan, “Perasaan saya adalah bahwa Mosaic telah menghabiskan banyak waktu untuk perlu menjelaskan diri kepada mereka yang berada dalam kepemimpinan denominasi… pendekatan Anda terhadap pelayanan multikultural, rasa sakit pertumbuhan Anda… dan itu melelahkan.” 

Ia melanjutkan, “Saya percaya ada ruang untuk menyambut dan memberi tempat bagi setiap bagian dari Mosaic di dalam MC USA jika itu yang Anda inginkan… Saya terbuka untuk melakukan pekerjaan mencari tahu apa saja struktur yang memberi kami kehidupan, apa saja area gesekan dan ketidaksepakatan, dan di mana struktur yang ada saat ini tidak lagi melayani kami dengan baik, bagaimana kita bisa memperbarui dan memodifikasi itu.” 

Guyton berbagi beberapa perjalanan hidupnya untuk menjadi seorang Mennonite. “Jika saya bisa diterima dalam institusi ini selama 31 tahun, saya tahu bahwa ada tempat bagi siapa saja. Tuhan telah memanggil saya ke tempat ini, dan saya berdoa agar Anda menemukan tempat yang Tuhan panggil untuk Anda.” 

Para delegasi kemudian berdiskusi dalam kelompok meja mengenai kesedihan atau tantangan yang mereka alami secara pribadi, jemaat mereka atau CRM mereka dalam hubungan yang didefinisikan ulang dengan MC USA, serta tanda-tanda harapan dan kehidupan saat mereka memandang masa depan Mosaic. 

Delegasi kemudian diminta untuk memberikan suara pada pemungutan suara, yang berbunyi: “Untuk menguatkan, dengan rasa syukur, pekerjaan dan rekomendasi dari Tim Pengarah Jalur untuk membangun kemitraan yang kuat dengan Gereja Mennonite AS, dan untuk membawa amandemen anggaran dasar yang direkomendasikan untuk pertimbangan delegasi pada Majelis Konferensi Mosaic 2025.” 

Item pemungutan suara ini merupakan permintaan dari delegasi kepada dewan Mosaic, yang perlu dilaksanakan dengan MC USA dalam tahun depan. Proses pemungutan suara menggunakan sistem hijau-kuning-merah untuk mendengarkan perbedaan pendapat dengan lebih efektif. 

Hasil suara menunjukkan penguatan sebesar 71%, yang berarti bahwa kepemimpinan Konferensi Mosaic akan bekerja untuk mendefinisikan hubungan kemitraan dengan MC USA. 

MC USA sebelumnya telah menyatakan bahwa “percakapan terkait kemitraan masih berlangsung dan kemungkinan memerlukan persetujuan delegasi MC USA.” 

“Dialog berkelanjutan dengan kepemimpinan MC USA sangat penting, agar kita tidak hanya saling berpecah dan memutuskan hubungan,” kata Moderator-Elect Roy Williams, merenung setelah Majelis. “Kami terbuat dari banyak bagian – itu ada dalam nama kami – dan bagaimana kami bergerak maju dalam mengeksplorasi kemitraan akan membentuk kami sebagai sebuah Konferensi ke depan. Tantangan saya untuk MC USA dan Mosaic adalah bagaimana kita dapat memperbaiki hubungan yang kita miliki.” 

Materi Konferensi Mosaic untuk delegasi memberikan informasi mengenai konsep kemitraan dengan MC USA: “Kami mengidentifikasi diri sebagai Mennonite dan menginginkan hubungan yang berkelanjutan dengan MC USA untuk membantu kami berakar dalam cerita Anabaptis. Pada saat yang sama, mengurangi waktu yang dihabiskan untuk berjuang dengan struktur dan kebijakan MC USA akan memungkinkan pemimpin Mosaic untuk fokus pada rencana strategis kami, prioritas konferensi, dan pekerjaan identitas. Kami mengakui bahwa perubahan ini tidak akan menyelesaikan perbedaan-perbedaan di jemaat kami terkait seksualitas manusia dan kami berkomitmen untuk membedakan postur konferensi kami sebagai langkah awal dalam pelaksanaan rencana strategis kami.” 

Terdapat 69 delegasi (40%) yang memilih “Saya menguatkan,” 52 (31%) yang memilih “Saya menguatkan dengan reservasi,” 34 (20%) yang memilih “Saya tidak menguatkan,” dan 15 (8%) yang abstain (menurut anggaran dasar Konferensi Mosaic, abstain dihitung sebagai suara “tidak”). 

Mengakui keberagaman perspektif di antara delegasi, Moderator Konferensi Mosaic Angela Moyer Walter mengatakan, “Beberapa dari kami merasa senang, beberapa bingung, sedih, atau marah, dan Tuhan bersama kami dalam perjalanan ini.” 

“Terjadi rasa kepercayaan dan dukungan yang jelas dari delegasi terhadap kebijaksanaan dan rekomendasi Tim Pengarah Jalur,” kata Moyer Walter, merenung setelah Majelis. “Namun, seperti yang telah kami lihat sepanjang proses Jalur, ada beragam perspektif dan pengalaman di dalam Mosaic. Kami akan membawa semua umpan balik yang didengar sepanjang Majelis ini ke pertemuan dewan akhir bulan ini dan itu akan membentuk langkah kami selanjutnya.” 


Jennifer Svetlik

Filed Under: Articles Tagged With: Conference Assembly 2024

Dewan Mosaic Membuka Jalan Menuju Pertemuan Majelis Tahunan dan Masa Depan

October 3, 2024 by Cindy Angela

oleh Jennifer Svetlik

Pada tanggal 30 September 2024, agenda Dewan Mosaic berfokus pada tindakan untuk Pertemuan Majelis Tahunan yang akan digelar pada 2 November dan masa depan Mosaic. Dewan memulai pertemuan dengan doa mingguan dari kitab Ibrani 13:1-3, serta merenungkan apa arti untuk terus saling mengasihi sebagai saudara di momen ini. 

Dewan dengan suara bulat menyetujui keanggotaan Bethel Worship & Teaching Center (Levittown, PA), Ark of Christ (Orange County, CA), Resplandece Mennonite (Miami, FL dan Barranquilla, Kolombia) sebagai jemaat dari Mosaic, dan The Worm Project sebagai Kementerian Terkait Konferensi. Profil dari keempat komunitas ini akan dirilis pada bulan Oktober di Mosaic News agar dapat diperkenalkan sebelum disambut pada Sidang Tahunan. 

“Keempat pelayanan ini mewakili beragam bahasa, budaya, dan konteks Mosaic dengan dampak lokal dan global,” kata Pemimpin Eksekutif Stephen Kriss. “Kami bersyukur atas kesempatan untuk merangkul dan mengakui masing-masing sebagai anggota baru dengan karunia dan potensi unik mereka.” 

Dewan juga meninjau umpan balik dari tujuh sesi persiapan delegasi yang berlangsung sepanjang bulan September. Sesi-sesi ini memberikan kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang rencana strategis Mosaic, program Vibrant Mosaic, dan rekomendasi Tim Pengarah Pathway (PST) mengenai afiliasi dengan Gereja Mennonite USA (MC USA), serta untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan. Para delegasi sangat terlibat dalam pertemuan ini. Banyak delegasi menyatakan kepercayaan pada proses pertimbangan yang dilakukan oleh PST selama dua tahun terakhir, serta menginginkan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana kemitraan, bukan keanggotaan, dengan MC USA dapat dijalankan. 

“Ada banyak rasa syukur atas pekerjaan PST, atas pekerjaan yang Tuhan lakukan di tengah-tengah kita, dan atas berbagai peluang yang melimpah di hadapan kita,” kata Moderator Konferensi Angela Moyer Walter. “Banyak delegasi juga membutuhkan waktu untuk merenung dan mencerna apa yang telah dipertimbangkan oleh PST selama dua tahun.” 

Menanggapi umpan balik delegasi, Dewan membentuk sebuah resolusi yang memberikan ruang dan jadwal untuk rencana yang lebih lengkap mengenai kemitraan dengan MC USA. 

Tertulis, “Untuk menegaskan, dengan rasa syukur, kerja dan rekomendasi dari Tim Pengarah Pathway untuk membangun kemitraan yang kuat dengan Gereja Mennonite USA, dan untuk membawa amandemen anggaran dasar yang direkomendasikan untuk pertimbangan delegasi pada Sidang Konferensi Mosaic tahun 2025.” 

Pada 2 Oktober, para delegasi menerima Docket untuk Assembly, yang mencakup resolusi ini dan dokumen tambahan yang memberikan informasi lebih lanjut tentang alasan dan implikasi dari resolusi dewan. Resolusi ini tidak termasuk perubahan anggaran dasar pada Sidang tahun ini. 

“Dewan memutuskan bahwa resolusi ini adalah langkah terbaik berikutnya bagi Konferensi Mosaic untuk maju bersama dan mewujudkan visi serta prioritas Konferensi. Kemitraan memungkinkan kita untuk melakukannya dengan cara terbaik; ini tidak berarti penarikan dari MC USA, juga tidak berarti status quo,” jelas Kiron Mateti, anggota Dewan dan anggota PST (Plains [Hatfield, PA]). 

“Banyak yang berubah dalam sebulan terakhir dalam hal komunikasi publik yang membentuk jenis kemitraan yang mungkin tersedia. Resolusi ini memberikan lebih banyak ruang untuk diskusi yang jelas dan sehat antara staf Mosaic dan MC USA serta kesempatan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas kepada semua pihak tentang kerja keras yang dibutuhkan dalam kemitraan ini,” lanjut Mateti. 

“Terkadang rasanya seperti peluang yang dimiliki Mosaic dalam rencana strategis baru kita untuk lebih mendalami misi dan visi kita telah tertutupi oleh pertanyaan tentang afiliasi dengan MC USA, sebuah pertanyaan yang memengaruhi beberapa komunitas lebih dari yang lain,” tambah Moyer Walter. “Ada jemaat yang memiliki hubungan jangka panjang dengan MC USA, dan yang lainnya yang memiliki hubungan yang jauh lebih sedikit dengan MC USA.” 

Menanggapi teks resolusi tersebut, Direktur Eksekutif MC USA, Glen Guyton, membagikan, “Konferensi Mennonite Mosaic adalah bagian yang sangat dicintai dari MC USA. Kami menghargai hubungan yang kami miliki dan akan terus kami miliki dengan orang-orang yang membentuk Mosaic. Dewan Eksekutif dan Staf menyambut dialog dan kolaborasi yang berkelanjutan dengan kepemimpinan Mosaic saat kita mempertimbangkan bersama.” 

Sidang Tahunan Konferensi Mosaic, pertemuan tatap muka ketiga dari badan delegasi, akan menampilkan Rev. Dr. Dennis Edwards yang berbagi dengan kelompok pemimpin pada hari Jumat, dan berkhotbah tentang kerendahan hati dalam Alkitab selama ibadah Sidang. 

“Tuhan telah membawa kita sejauh ini dan akan terus menyertai kita. Saya sangat bersemangat dengan peluang-peluang di depan kita, dan apa yang akan dilakukan Roh Kudus di tengah-tengah kita,” kata Moyer Walter memberi semangat. 


Jennifer Svetlik

Filed Under: Articles, Articles Tagged With: Assembly 2024, Conference Assembly 2024, Pathway, Vibrant Mosaic

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Go to page 2
  • Go to page 3
  • Go to page 4
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 18
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use
Aligned with