oleh Hendy Matahelemual
Kingdom Builders Network Philadelphia (Jaringan Gereja-gereja Anabaptist di Philadelphia) bersama dengan Mennonite Central Committee East Coast mengadakan acara Hari Pelayanan (Service Day) pada hari Senin, 20 Januari 2025 untuk memperingati Hari Martin Luther King Jr., dengan tema Mengembalikan Harapan dan Martabat.
Dinginnya udara di Philadelphia, ditambah salju yang menggunung, tidak mengurangi antusiasme para relawan yang datang dari setiap penjuru kota dan suburban Philadelphia, untuk berpartisipasi dalam acara ini. Mereka Acara dimulai pada pagi hari pukul 09.00, dengan kehadiran kurang lebih 100 orang.
Salah satu tradisi yang dilakukan dalam Hari Pelayanan ini adalah mempersiapkan 500 bingkisan yang berisi kebutuhan perawatan tubuh sehari-hari, seperti sabun, sampo, handuk, dan sebagainya, untuk dikirimkan ke penjara-penjara bagi para tahanan.
Martin Luther King Jr, memiliki visi tentang Komunitas yang Terkasih (Beloved Community), bagaimana sebagai pengikut Yesus kita menjalankan visi ini lebih dari sekedar retorika saja. Oleh sebab itu dalam acara ini juga diadakan diskusi panel yang mengundang berbagai nara sumber yang secara khusus bekerja di dalam komunitas immigran untuk berusaha menginspirasi dan mencari solusi bersama bagaimana Komunitas terkasih ini bisa terlaksana.
Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS ke-47, yang bertepatan dengan Hari Martin Luther King Jr., menjadi sebuah ironi yang mencolok. Dr. King dikenal memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan inklusi, sedangkan kebijakan Trump, seperti deportasi massal dan pembatasan imigrasi, sering dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut.
Di tengah ancaman deportasi, kehidupan sehari-hari terus berjalan, dan ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa “Komunitas Terkasih” dimulai dari kepedulian kita terhadap sesama, terutama mereka yang membutuhkan bantuan. Populasi imigran yang semakin berkembang di Philadelphia telah memperkaya kota ini, namun juga mengungkapkan ketegangan dan kesalahpahaman yang ada.
Menanggapi tantangan ini, Thoai Nguyen, CEO SEAMAAC (South East Asian Mutual Assistance Association Coalition), menyatakan bahwa jika kita semua mau lebih mengenal asal-usul atau nenek moyang kita, kita akan lebih peka terhadap perbedaan dengan orang lain. Hal ini menjadi awal dari saling pengertian yang dapat menciptakan komunitas yang penuh kasih.
Blanca Pacheco, wakil direktur dari Sanctuary Movement of Philadelphia, dalam diskusi panel juga mengajak untuk memberikan tekanan politik melalui “rally” atau “demo damai” guna memastikan pemerintah kota Philadelphia menjaga statusnya sebagai kota suaka atau “sanctuary city.”
Ajakan untuk mendukung usaha-usaha lokal yang dimiliki oleh para imigran juga merupakan cara yang baik untuk mendukung mereka. “Daripada membeli jajanan pencuci mulut di Walmart atau Costco, saya lebih memilih membeli dari penjual lokal di Philadelphia. Memang sedikit repot, tetapi sangat bermanfaat untuk mendukung usaha kecil milik imigran,” ujar Hani White, anggota dewan dari Diaspora Indonesia di Philadelphia, dalam diskusi panel.
“Demikianlah kamu, hendaklah saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 13:34), mengingatkan kita bahwa kasih kepada sesama adalah dasar dari komunitas yang seharusnya kita bangun bersama.
Ketika cuaca di pantai timur sangat dingin, sebaliknya bara hutan dan puing puing rumah di utara kota Los Angeles masih hangat. Solidaritas kita haruslah melintasi batas-batas wilayah yang ada, dan harus menembus batas batas lapisan masyarakat, mulai dari imigran yang tidak memiliki surat sampai dengan konglomerat dan orang orang kaya, biarlah keadilan sosial bisa terwujud di dalam Komunitas yang terkasih ini.
Ketika retorika Exceptionalist Amerika terjadi maka sebagai komunitas terkasih kita dengan sengaja peka terhadap apa yang terjadi di belahan dunia lain. Salah satu caranya adalah dengan mencari tau, dengan membaca, dengan pergi ke belahan dunia lain dan belajar. Hanya dengan inilah kita tidak terjebak hanya mementingkan diri sendiri, dan mulai bertindak lokal namun berpikir secara global.
Semoga mimpi dari Dr. Martin Luther King Jr, mewujudkan Komunitas terkasih, bisa terwujud dalam tahun tahun kedepan, Ini adalah tanggung jawab kita semua sebagai pengikut Yesus. Damai sejahtera Tuhan beserta kita semua.