• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Pentakosta: Awal Persatuan Umat Manusia dalam Roh Kudus 

May 23, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Pentekosta adalah hari dimana Roh Kudus turun atas murid murid yang memberikan sebuah tanda dimana bahasa bukan lagi sebuah kendala dimana semua bangsa bisa saling mengerti dan mengenal satu sama lain.  

Pentekosta adalah sebuah pertanda bahwa pekerjaan Tuhan mempersatukan umat manusia yang terpecah pecah karena dosa sudah dimulai. Kutuk menara babel di dalam Yesus sudah dihancurkan, dan kuasa Roh Kudus datang membawa perdamaian bagi bangsa bangsa.  

Pentekosta adalah sebuah titik awal dimana visi Tuhan dalam kitab wahyu akan tergenapi. Visi dimana segala bangsa, suku, kaum dan bahasa akan berdiri di depan tahta anak domba, sambil menyanyikan: “Keselamatan bagi Allah, yang duduk dan bertahta, Keselamatan bagi Anak domba yaitu Yesus Kristus” 

Dalam kehidupan kita sebagai manusia, kita hidup di dunia yang hancur namun sekaligus indah. Studi ilmiah mengonfirmasi bahwa manusia lebih erat terkait daripada yang kita kira. Susanna Manrubia, seorang ahli biologi evolusi teoretis di Pusat Nasional Bioteknologi Spanyol, mengatakan, “Kita semua membawa gen nenek moyang kita karena kita berbagi nenek moyang yang sama.” 

Mungkin orang lupa bahwa kita adalah satu ras yang disebut kemanusiaan. Kita tersebar di seluruh Bumi, berevolusi secara budaya dan fisik. Mereka yang pergi ke utara memiliki kulit terang. Mereka yang tinggal dekat dengan khatulistiwa memiliki kulit gelap. Mereka yang terpapar lebih banyak sinar matahari mengembangkan bentuk mata yang berbeda. 

Setelah waktu yang lama berlalu, mereka bertemu lagi, tetapi mereka telah lupa bahwa mereka adalah saudara. Selama berabad-abad mereka bertarung dan mencoba mendominasi satu sama lain. Di beberapa tempat, mereka yang berkulit terang menjadi lebih kuat dan memerintah yang lain. Dan inilah yang menjadi kehancuran kita.  

Tetapi Pentekosta membawa harapan yang baru sebuah janji yang akan digenapi, bahwa kelak kita semua akan bersatu dan hidup dalam perdamaian.  

Kehidupan kita sebagai komunitas rohani pun tidak terlepas dari pengaruh kehancuran ini. Rev Dr. Martin Luther King Jr, berkata,” Kita harus menghadapi kenyataan yang menyedihkan bahwa pada pukul sebelas pagi hari Minggu, ketika kita berdiri untuk menyanyikan ‘Dalam Kristus tidak ada Timur atau Barat,’ kita berdiri di jam dimana kita sebagai jemaat paling terpisah di Amerika Serikat.” Terpisah karena bahasa, budaya, warna kulit, bentuk mata dan lain sebagainya.  

Mengapa hal itu bisa terjadi? Dimanakah kuasa Roh Kudus? Tanpa kuasa Roh Kudus upaya mempersatukan budaya dan bahasa yang berbeda beda didalam komunitas gereja akan menjadi sia-sia.  

Kejarlah buah buah Roh (Gal 5:22-23) , karena keinginan daging kita pastinya hanya ingin bergaul dan hidup dengan orang-orang yang memiliki satu bahasa, satu budaya, satu kota, dan lain sebagainya, karena ini akan memberikan rasa nyaman dan aman.  

Mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk mencapai perdamaian dan persatuan adalah hal yang mustahil. Kita tidak bisa membuat strategi dalam satu generasi kita untuk memulihkan luka ratusan generasi kebelakang kita, hanya kuasa Roh Tuhan sajalah yang bisa melakukannya, karena hanya kuasa Tuhan yang bisa bekerja melewati batas ruang dan waktu.  

Apa yang menjadi bagian kita sebagai umat percaya? Ibrani 10:25: berkata hal yang sederhana namun sangat penting bagi kita “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” 

Hadirilah setiap pertemuan ibadah konferensi, pertemuan doa konferensi, pertemuan iman dan hidup (Faith and Life), dan pertemuan-pertemuan lainnya, baik zoom maupun secara langsung, karena ketika kita bertemu, berdoa di dalam nama Tuhan Yesus, hadirat-Nya nyata di dalam Roh Kita bersama sama.  

Beberapa minggu lalu Philadelphia Praise Center menjadi tuan rumah acara tahunan Ibadah Pentakosta jaringan gereja-gereja Anabaptis Mennonite di Kota Philadephia (KBN). Tanpa Roh Kudus acara ini tidak mungkin terlaksana, kita bisa beribadah bersama-sama, Roh Kuduslah menyatukan kita semua.  

Mari dengan semangat Pentakosta kita melangkah dalam iman untuk memperbesar lingkaran pergaulan kita, dengan kerendahan hati kita mau mengampuni kesalahan bangsa dan generasi, dan dengan penuh keberanian kita mau menghampiri tahta kasih karunia Tuhan bersama sama saudara saudari yang sudah dipersatukan oleh darah Yesus. Tuhan memberkati kita.  

Rev.Dr Calenthia Dowdy dari Philadelphia Fight memimpin doa makan Acara Pentakosta Kingdom Builders Network Philadelphia. Makan bersama adalah salah satu bagian dari ibadah yang penting.  
Acara ini dihadiri Gereja-gereja Anabaptist Mennonite di kota Philadelphia. 
Gereja Pena De Horeb membawakan lagu pujian di dalam acara Pentakosta Kingdom Builders Network Philadelphia 
Pastor Julie Hoke dari Germantown Mennonite Church menjadi pembawa acara 

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

In Jesus’ Sandals: Bread and Milk

May 16, 2024 by Cindy Angela

Part 1

by Javier Márquez

From April 15 to 17, Mosaic staff members Marco Güete and Noel Santiago and I visited Comunidad Anabautista de Medellín (Anabaptist Community of Medellín), where leaders Carlos Sánchez and Nidia Montoya welcomed us and guided us on a tour to learn about their ministry. 

We have prepared a short report complete with photos so that the Conference and its churches can learn about this wonderful ministry. 

It is called “In Jesus’ Sandals” because our time there was full of tours and visits, allowing us to get to know the immense Colombian city and visit the living rooms of the families that are part of the church—a total of 40 homes. 

Although we did not have time to visit all of them, we managed to meet and talk with many families and have a very special time. 

Ascending by cable car to Las Margaritas, Commune 13, Medellín.
Carlos Sánchez (Anabaptist Community of Medellín), Marco Güete (Mosaic Leadership Minister) and Noel Santiago (Mosaic Leadership Minister) in front of a mural in Las Margaritas.
View of Commune 13 from Las Margaritas. 

First, we took a cable car over the neighborhoods of Medellín’s Commune 13, until we arrived at the Margaritas station in the Robledo sector. There, Carlos asked us to wait while he went to get bread and milk that we would distribute on each of the visits. The agenda noted 14 visits, and the path between the neighborhoods was long and tedious, going up and down stairs, crossing small streams that ran through the mountain, walking through blocks and hills until reaching each of the houses. 

Pastor Carlos carrying bread and milk accompanied by Luz Marina.
Pastor Carlos carrying bread and milk accompanied by Luz Marina.

For each visit, Carlos not only buys bread and milk, but also prepares a biblical reflection that he shares with the families. When he arrives in each sector of the city, he meets with members from the church who live in the area and are community leaders. They help him arrange the visits. 

Whenever we arrived at a house, the residents welcomed us with love and joy. They prepared for the visit by making coffee or fruit juice, and brought out their best chairs, placing them in their small rooms so that we could sit. When there weren’t enough chairs, they improvised seats by placing buckets upside down, so that we could all be seated. 

Each house was very humble, and on each wall were traces of people’s lives: portraits, gifts, souvenirs, paintings and posters, all with meaning. The houses also had display cases with products for sale, sometimes homemade ice cream or clothes for resale. These are families that struggle each day to earn a living. 

At the time of prayer, there are common requests: for someone’s health, a job, for God’s care, and above all, for protection from the gangs and criminal groups. 

Our first visit to the house of one of the members of the Anabapist Community of Medellín.
Our first visit to the house of one of the members of the Anabapist Community of Medellín.
In the house of the local midwife.
In the house of the local midwife.

Carlos’ Biblical reflections are usually deep and full of testimonies. For these visits, Carlos prepared the text of Matthew 5:9: “Blessed are the peacemakers, for they will be called children of God.” 

In each family’s house Carlos has a story, something to remember, and a word of encouragement to share. He knows all the people he visits very well and has known them for a long time, but the community continues to grow because many families invite someone new to participate in the visits. When we leave, Carlos shares the bread and milk with them. 

In this way we went from house to house through the different sectors of the city: from north to south, east to west. Carlos explained to us the context of Medellín, the situation of the city and the specific situations of the families. They are almost always families surrounded by crime, war, hunger, lack of job opportunities, and discrimination. 

A second article will follow, to share more of this incredible experience. 


Javier Márquez

Javier Márquez is an Anabaptist Colombian pacifist and poet and a writer for the MCUSA publication MenoTicias.

Filed Under: Articles Tagged With: Comunidad Anabautista de Medellín, Javier Marquez

Menjangkau Melalui Olahraga

May 9, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Bermain basket bersama jemaat gereja ILC dan teman-teman setiap akhir pekan.
Mengikuti kompetisi sepakbola 6 vs. 6 bersama rekan-rekan sepelayanan di Philadelphia.

Menjangkau melalui olahraga adalah strategi yang efektif dan dapat mencapai banyak orang. Olahraga adalah kebutuhan bagi setiap individu untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Melalui aktivitas olahraga berkelompok, perjuangan untuk konsisten bisa lebih mudah. Meskipun berolahraga sendiri membutuhkan disiplin, namun dengan adanya teman akan membuatnya lebih menyenangkan dan mendorong. 

Penggunaan olahraga sebagai sarana penjangkauan bukanlah hal baru. Banyak gereja dan organisasi rohani yang telah melakukannya sejak lama. Contohnya adalah Young Men’s Christian Association (YMCA) yang didirikan pada abad ke-19 di London. YMCA bertujuan untuk memberikan kegiatan positif yang berlandaskan iman Kristen kepada anak muda. 

Ketika saya pertama kali datang ke Amerika Serikat, saya merindukan kesempatan untuk bermain basket dan sepak bola. Namun, saya harus menunggu lama, terutama dengan adanya pandemi. Akhirnya, kesempatan itu datang dan saya aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan olahraga seperti basket, sepak bola, dan badminton bersama komunitas gereja dan teman-teman. 

Partisipasi dalam olahraga tidak hanya memberikan manfaat kesehatan fisik, tetapi juga menjadi wadah untuk berkomunikasi, membangun hubungan, dan peluang pemuridan. Saya juga menyaksikan Pastor Buddy Hannanto dari International Worship Church, Los Angeles, California, yang memiliki hobi hiking. Beliau sering mengajak jemaat untuk hiking, yang tidak hanya mempererat hubungan tetapi juga menjadi kesempatan untuk penjangkauan. 

Ada pepatah yang mengatakan, “Sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.” Berolahraga bersama tidak hanya membuat tubuh sehat tetapi juga mempererat hubungan dengan sesama. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya berkumpul untuk makan bersama, tetapi juga untuk berolahraga bersama. 

Dengan memiliki badan yang sehat dan hubungan yang erat melalui aktivitas olahraga bersama, kita bisa mengalami berkat Tuhan Yesus. Mari kita terus menjaga tubuh dan semangat kita melalui olahraga dan hubungan yang erat dengan sesama. 

Hiking bersama Ps Buddy dan jemaat IWC di Los Angeles, CA

Sekali mendayung dua tiga pulau terlewati. Badan sehat karena berolahraga ditambah dengan hubungan dengan sesama semakin erat dan dekat. 

Kita sudah seringkali mendengar bahwa jamuan makan membuat kita dekat, saya ingin menambahkan bahwa olahraga bersama pun bisa menjadi penyeimbang yang baik. Sehingga tidak hanya makan bersama, tetapi juga berolahraga bersama.  

Mari kita memiliki badan yang sehat dan juga hubungan yang erat dengan aktifitas berolahraga bersama. Tuhan Yesus memberkati.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Karya Seni di Kantor Konferensi Mosaik 

May 2, 2024 by Cindy Angela

Oleh Staf Konferensi Mosaik

Mereka yang mengunjungi Kantor Konferensi Mosaik, yang terletak di kampus Dock Mennonite Academy di Lansdale, disambut dengan sambutan hangat, minuman panas dan camilan, serta keindahan karya seni yang unik. 

Artist Phill Hunsberger (Vincent [Spring City, PA]), Ivan Derstine, and Mosaic Director of Finance Conrad Martin hang the Psalm 23 Tile Art. “The Lord’s Shepherd”

Ada hampir 30 karya seni di kantor ini, yang berasal dari tempat yang jauh seperti Indonesia, Kenya, Kolombia, dan Meksiko, dan ada yang juga dibuat oleh seniman dari dalam jemaat Konferensi Mosaik. 

Antara 2020 dan 2022, Emily Ralph Servant, yang kini menjadi Pelayan Kepemimpinan untuk Prioritas Strategis, memimpin tim staf yang mengumpulkan karya seni untuk Kantor Konferensi Mosaik. 

“Saat kami merancang ruang kantor baru kami, kami ingin berhati-hati tentang setiap pilihan yang kami buat untuk memupuk rasa komunitas, kolaborasi, dan kreativitas,” ungkap Emily Ralph Servant. “Kami memiliki begitu banyak seniman berbakat dalam konferensi kami dalam berbagai media. Pada saat yang sama, kami menemukan bahwa anggota konferensi kami tidak selalu mengetahui tentang seniman di antara kami. Membagikan keberagaman seni Mosaik di dinding kantor kami terasa masuk akal – inilah siapa kami!” 

Madonna by Maria Gant

Kantor kami menampilkan lukisan asli oleh wanita Mosaik: gambar Madonna oleh Maria Gant yang berasal dari Brasil (Ambler [PA]); sebuah karya abstrak oleh Donna Backues (Philadelphia Praise Center); sebuah pemandangan pastoral oleh Lois Kulp (Boyertown [PA]); sebuah air terjun di Ministry Terkait Konferensi Danau Spruce, dilukis oleh Berdine Leinbach (Souderton [PA]). 

Dinding lainnya dihiasi dengan gambar pena dan tinta, termasuk sebuah mandala oleh anggota staf Franconia Gay Brunt Miller (Spring Mount [PA]) dan dua Fraktur, yang mengakar Mosaik dalam akarnya Pennsylvania Dutch sebagai Konferensi Franconia dan Distrik Timur. Fraktur adalah seni rakyat tradisional yang berhias dengan tinta dan cat air yang biasanya menawarkan berkat atau teks kitab suci. 

Kantor ini juga menampilkan perpaduan seni dan kerajinan kayu: meja-meja di ruang istirahat dan lobi dirancang dan dibangun oleh anggota dewan Franconia, Merlin Hartman, untuk menggabungkan logo Mosaik; pengrajin tembikar Phill Hunsberger (Vincent [Spring City, PA]) membentuk gambaran grafis Panjang 8 kaki dari Mazmur ke-23, ditampilkan di atas kayu keras yang telah tua; tiga karya seni yang diciptakan oleh pemenang kontes seni remaja yang difasilitasi oleh Garden Chapel (Dover, NJ) selama tahun pertama pandemi COVID-19 telah diukir ke dalam panel kayu. 

Di seberang lorong dari Mazmur ke-23 tergantung sebuah karya tenun oleh peserta dalam program-program Ministry Terkait Konferensi Mosaik Ripple Inc; dinding-dinding di sekitarnya menampilkan tusuk silang yang disumbangkan oleh Methacton (Norristown, PA), dan kain tenun yang diberikan kepada konferensi dari Nations Worship Center ketika mereka diterima sebagai jemaat anggota. 

“Hands of Friendship” quilt

Di ruang konferensi tergantung selimut “Hands of Friendship” yang dibuat dari 25 kain yang mewakili budaya dari 20 negara berbeda dari mana para pemimpin Mosaik berasal. Kain-kain itu dikumpulkan, disusun, dan dijahit oleh individu dari seluruh Konferensi, di bawah kepemimpinan Anna Ralph (Perkiomenville [PA]) dan Lynne Rush (West Swamp [Quakertown, PA]). 

Sebagian besar seni dihibahkan kepada Konferensi dari seniman atau jemaat individu. Sebagian dari itu – seperti lukisan asli oleh Rodrigo Pedroza (anggota konferensi gereja saudara Mosaik di Meksiko) – dipesan sebagai tanggapan atas pertanyaan, “apa artinya menjadi bagian dari gereja Mennonite yang beragam di Meksiko?” Sebagian dari itu mewakili koneksi luas kami dengan komunitas Anabaptis global, seperti Mosaik Perjamuan Terakhir yang diberikan kepada Konferensi Mosaik oleh César García, Sekretaris Jenderal Mennonite World Conference. 

Brooke Martin, Pastor Pembentukan Pemuda dan Komunitas, dan Cindy Angela, Direktur Komunikasi, mengidentifikasi di mana karya seni akan ditempatkan dan membantu mengidentifikasi dan menempel label semua itu. Angela juga mencetak kolase foto yang digantung di dinding di area istirahat, dari berbagai jemaat dan Ministry Terkait Konferensi. 

“Sebagai manusia yang dibuat menurut gambar Allah, kita terinspirasi oleh Roh Allah untuk menciptakan keindahan dari pengalaman kita akan sukacita, penderitaan, kerinduan, dan harapan,” ungkap Emily Ralph Servant. “Kami bersyukur atas karya seni yang muncul ketika anggota Mosaik menyimbolkan kasih rekonsiliasi Yesus dalam dunia kita yang hancur dan indah.” 

Datang dan nikmati secangkir kopi, camilan, dan berjalanlah menyusuri kantor Konferensi Mosaik untuk menikmati karya seni yang indah ini! Kantor kami terletak di Longacre Center di Dock Mennonite Academy, 1000 Forty Foot Rd di Lansdale. Kantor ini buka dari hari Selasa – Kamis, 9 pagi – 2 sore waktu timur; harap hubungi terlebih dahulu untuk konfirmasi (267-932-6050). 

Filed Under: Articles

Perjalanan (ke barat) yang panjang

April 18, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Setiap orang dari Indonesia pasti tidak asing dengan cerita novel dari abad ke-16 Dinasti Ming di Tiongkok yang berjudul “Perjalanan ke Barat” yang memiliki empat tokoh utama: Biksu Tong, Sun Go Kong, Tie Pat Kai, dan Sam Cheng. (diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Arthur Waley pada tahun 1942 dengan judul “Monkey: A Folk-Tale of China”),  

Novel ini mengisahkan perjalanan keempat tokoh tersebut dalam misi mengambil kitab suci di Barat, melalui 14 musim panas dingin, menghadapi 81 gangguan dari siluman dan setan sebelum akhirnya mencapai tujuan dan membawa kembali kitab suci itu ke Tiongkok. 

Namun, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa cerita ini diilhami oleh kisah nyata perjalanan seorang biksu Tiongkok bernama Xuanzang yang pada tahun 629-645 Masehi yang pergi ke India dan berhasil kembali ke Tiongkok membawa 657 teks kitab suci.   

Meski hanya 75 teks saja yang ia berhasil terjemahkan ke Bahasa Mandarin dari 657 teks, namun dari apa yang ia berhasil terjemahkan memiliki makna yang sangat signifikan.  

Dari cerita ini saya ingin merefleksikan perjalanan saya ke barat namun dalam konteks yang berbeda. Sebagai salah satu staff pelayanan untuk gereja-gereja Mosaik Indonesia di California Selatan, perjalanan ke Los Angeles dari Philadelphia cukup sering saya lakukan dan setiap perjalanan memberi arti dan kesan yang berbeda.  

California Selatan, khususnya Los Angeles, merupakan kota dimana paling banyak diaspora dari Indonesia, mungkin dikarenakan cuaca cukup mirip dengan di Indonesia, jika dibandingkan dengan daerah daerah lain di Amerika Serikat.  

Ada tiga konggregasi Mosaik Indonesia di greater Los Angeles, antara lain; Imanuel International Fellowship di Colton, JKI Anugerah di Pasadena dan International Worship Church di San Gabriel, dan ada satu rekan pelayanan kami Konggregasi Ark of Christ di Anaheim yang sedang mempertimbangkan keanggotaan bersama dengan Mosaik.  

Saya pribadi sangat menyukai California Selatan, ada kesan yang berbeda yang saya rasakan dengan iklim padang gurun disana. Selain Pohon pohon palem, padang gurun, gunung-gunung batu, Kunjungan dengan komunitas-komunitas Mosaic di California pun membuat setiap perjalanan dalam rangka pekerjaan serasa berkunjung kerumah keluarga sendiri.  

Selain menjalin tali silaturahmi, setiap kunjungan membawa sebuah pemahaman baru mengenai pelayanan yang memperkaya pemahamaan kita bersama. Perjalanan kita masih panjang dan masih banyak yang harus kita pelajari bersama-sama karena Transformasi bersama adalah salah satu tujuan kita hidup berkomunitas.  

Sebagai konferensi yang memiliki latar belakang budaya Swiss-German yang begitu panjang dan proses asimilasi ke dalam Budaya Barat Eropa-Amerika yang begitu lama, kehadiran budaya-budaya baru seperti budaya Hispanik, Afrika dan tata krama dari Timur merupakan sebuah tantangan tersendiri dalam konferensi ini. 

Namun, komitmen kita bersama yang memusatkan iman kepada Yesus, kehidupan kepada komunitas, dan upaya perdamaian pasti akan membuat perjalanan kita semakin indah seiring berjalannya waktu. 

“Jika mau berjalan cepat berjalanlah sendiri, namun Jika mau berjalan jauh berjalanlah bersama” 

Saya diingatkan tentang cerita kedua murid Yesus yang sedang dalam perjalanan ke Emaus. Mereka berjalan dari Yerusalem ke Emaus, menempuh jarak 7 mil, ketika mereka bercakap-cakap dan bertukar pikiran, Yesus mendekati mereka dan berjalan bersama mereka. 

Namun, mereka tidak menyadari bahwa Yesus bersama-sama mereka, sampai pada saat mereka makan bersama, dan Yesus mengambil roti, mengucapkan berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. (Lukas 24:13-35) 

Ayat ini mengingatkan saya tentang dua hal, pertama adalah terkadang kita terlalu fokus pada tujuan kita sehingga kita lupa menikmati perjalanan yang ada sehingga kita melewatkan kehadiran Tuhan dalam setiap proses kehidupan kita. 

Dan kedua adalah bagaimana makan bersama adalah bagian penting dari membangun sebuah hubungan, bahkan ketika kita makan bersama pewahyuan Ilahi dapat terjadi. Ini terjadi kepada dua murid Yesus. 

Dalam perjalanan saya di kota Los Angeles, California, pergi dari satu tempat ke tempat yang lain membutuhkan waktu yang cukup panjang. Namun, dalam perjalanan saya, saya diperkenalkan dengan sebuah lagu himne dari Afrika Selatan yang berjudul, Hamba nathi yang berarti “Marilah berjalan bersama-Ku”. 

Pada kesempatan ini ijinkan saya untuk berbagi lagu tersebut:  

Berikut terjemahan dari liriknya:  

Datang, dan berjalanlah bersama, karena perjalanannya jauh 
Bagikan bebanmu dan bernyailah bersama  
Datang, dan angkatlah, berikanlah hidup baru.  
Berikan kami damai, ketika perjalanan selesai . 
Reff: Perjalanan, perjalanan, perjalanan yang jauh  

Dalam perjalan rohani kita yang sangat jauh ini, berjalanlah bersama sama saudara-saudari seiman kita dan nikmatilah setiap proses yang ada bersama dengan Tuhan. Karena Dia tidak pernah sekalipun membiarkan kita dan meninggalkan kita. Tuhan Yesus memberkati.  


Hendy Matahelemual

Hendy Matahelemual is the Associate Minister for Community Engagement for Mosaic Conference. Hendy Matahelemual was born and grew up in the city of Bandung, Indonesia. Hendy lives in Philadelphia with his wife Marina and their three boys, Judah, Levi and Asher.

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Hendy Matahelemual

Tiga Kemungkinan Pilihan Jalan untuk Masa Depan Kita sebagai Mosaic

April 4, 2024 by Cindy Angela

oleh Stephen Kriss

Pada November 2022, badan delegasi Mosaic bertemu untuk pertama kalinya secara langsung. Dan pertama kalinya kita mengalami krisis identitas bersama.  Sidang khusus delegasi Musim Panas 2022 Mennonite Church USA (MC USA) di Kansas City, membatalkan pedoman keanggotaan denominasi dan mengesahkan resolusi Pertobatan dan Transformasi, hal ini menciptakan gelombang emosi bagi banyak orang di Mosaic.

Menanggapi hal ini, dalam pertemuan tahunan langsung pertama kita, para delegasi Mosaic mengafirmasikan Jalan Kedepan (Pathway Forward) yang mencakup perencanaan strategis (yang diperlukan pada titik ini dalam cerita kita bersama), opsi bagi jemaat untuk melepaskan diri dari MC USA, dan pemahaman yang dijanjikan tentang hubungan kita dengan MC USA sebagai komunitas Konferensi. Ini merupakan permasalahan yang cukup besar untuk pertemuan tahunan secara langsung pertama kita.

Sebagai komunitas baru tentunya ini merupakan hal besar pertama kita hadapi. Namun, kita sama-sama berakar dalam dan baru tumbuh. Dengan kasih dan kebaikan Tuhan (chesed), kita terus berkembang dengan pertumbuhan dan penyediaan yang mengesankan dalam periode dua tahun ini. Dewan kita telah memimpin dengan ketegasan, dan gereja-gereja anggota kita saling terlibat dan saling bergantung  dalam pekerjaan berprioritas misi (missional), pembentukkan (formational), dan lintas budaya (intercultural) dalam upaya kita mewujudkan kasih persatuan Yesus di dunia kita yang hancur dan indah ini.

Dalam dua tahun ini, Tim Penuntun Jalan (Pathway Steering Team), yang mewakili keragaman karunia dan sudut pandang di Konferensi kita, telah bekerja dengan tekun dalam perencanaan strategis dan semakin mendekati pemahaman pada jalan yang direkomendasikan untuk afiliasi Mosaic kita.

Sementara itu, staf dan dewan Mosaic telah memastikan pekerjaan Konferensi berlanjut. Bagi saya, sebagai Pelayan Eksekutif (Executive Minister), ini berarti memahami hubungan dan tanggung jawab kita dengan MC USA beserta implikasinya saat kita menetap di denominasi atau menemukan jalur alternatif.

Bulan lalu, saya membagikan dengan Tim Pengarah Jalan bahwa ada tiga kemungkinan jalan untuk masa depan kita sebagai Mosaic:

Jalan Otonomi

Sebagai seseorang keturunan Slavia, saya menyadari bahwa otonomi dapat menawarkan kemungkinan dan tantangan baru. Franconia Conference telah menjadi konferensi otonom di masa lalu. Komunitas kita memiliki kapasitas, dalam sumber daya manusia dan keuangan, untuk beroperasi secara otonom. Kita masih akan menjadi orang-orang Mennonite. Kita akan menemukan cara baru untuk berhubungan dengan komunitas Anabaptis lainnya. Kita akan mencari keanggotaan dalam Mennonite World Conference. Saya telah menjelajahi kemungkinan afiliasi di luar MC USA, dan dari sudut pandang saya, tidak ada yang cocok dengan siapa kita, terutama dalam memberi  dukungan dan ruang untuk mewujudkan visi dan misi kita.

Jalan Komitmen Berlanjut

Ketika Mosaic terbentuk, kita mengasumsikan keanggotaan berlanjut di MC USA. Kita memiliki hubungan yang dalam secara luas di seluruh denominasi dan keterlibatan kita yang berkelanjutan akan menawarkan kekuatan, keragaman, dan sudut pandang sebagai kelompok Mennonite terbesar di Amerika Serikat. Keanggotaan kita di MC USA memberikan akses ke sumber daya yang penting dalam proses pengkredensialan kita dan dalam mendukung beberapa komunitas rentan dan baru dengan bantuan untuk pelayanan, kesempatan pendidikan, dan dukungan keuangan untuk pembelian rumah ibadah baru. Keanggotaan berlanjut akan mempertahankan koneksi program dan hubungan tersebut di seluruh negeri. Tantangannya bagi sebagian dari kita adalah bahwa afiliasi ini telah menjadi beban daripada kekuatan yang memungkinkan kita untuk hidup lebih sepenuhnya dalam visi dan misi kita.

Jalan Kolaborasi atau Kemitraan

Pada pertemuan terakhir MC USA, Mennonite Health Services dan Everence mengubah hubungan mereka dengan MC USA. Kita telah memulai beberapa percakapan awal dengan pemimpin-pemimpin MC USA tentang hubungan yang berbeda terlihat seperti apa, di mana kita dapat berkolaborasi dalam area-area kepentingan bersama namun tetap mempertahankan kebijakan dan pedoman keanggotaan kita sendiri sebagai Mosaic. Ini akan memerlukan sesuatu yang baru bagi MC USA (tepat waktu, mengingat bahwa kita baru saja membahas reformasi denominasi pada pertemuan tahunan Majelis Kepemimpinan Konstituensi [CLC] kita). Ini juga akan memerlukan sesuatu dari kita di Mosaic. Apakah mungkin Mosaic lebih baik menjadi sebuah mitra (partner) MC USA daripada anggota penuh? Apakah ini akan memungkinkan kita untuk hidup lebih sepenuhnya kedalam visi dan misi kita?

Saya berkomitmen pada rasa tidak acuh yang suci sebagai Pelayan Eksekutif Mosaic. Saya dapat melihat kekuatan dan kerentanan dari setiap jalur-jalur ini. Dan mungkin Tim Penuntun Jalan akan menawarkan rekomendasi alternatif.

Yang saya harapkan adalah bahwa setahun dari sekarang, Mosaic akan menjadi komunitas yang berbeda. Ini mungkin sulit, tapi mungkin juga menyegarkan. Sampai saat ini, Roh Kudus senantiasa hadir. Saya berkomitmen supaya kita hidup kedalam visi dan misi kita untuk bersama-sama mewujudkan kasih persatuan Kristus bahkan dalam keadaan yang sulit. Kita tidak akan selalu benar, tetapi saya ingin tetap fokus pada hidup sesuai dengan panggilan Tuhan di dunia yang hancur dan indah.

Tim Penuntun Jalan mungkin akan memiliki rencana strategis yang siap untuk ditinjau para dewan pada pertemuan di bulan Mei di Bethany Birches Camp di Vermont. Kita berharap akan ada rekomendasi untuk para dewan perihal afiliasi kita pada pertemuan di bulan Agustus. Delegasi Konferensi akan memiliki kesempatan untuk membahas ini dalam persiapan pertemuan tahunan Assembly (Assembly Delegate Preparation Meetings), disaat kita mempersiapkan diri untuk pemahaman lebih lanjut pada pertemuan tahunan (Assembly) pada 2 November 2024, di Souderton (PA) Mennonite Church.

Seiring munculnya jalan keluar, semoga kita memiliki keberanian untuk melakukan apa yang benar dan baik, semoga kita memperluas chesed Tuhan kepada semua orang, dan semoga kita berjalan dengan rendah hati sebagai individu dan sebagai komunitas Mosaic.


Stephen Kriss

Filed Under: Articles Tagged With: Conference News, Stephen Kriss

Menyambut Pekan Suci: Memperkuat Doa Bersama untuk Perdamaian Global” 

March 28, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Menyambut pekan suci ini, mari kita perhatikan situasi di seluruh dunia, di negara, daerah, dan kota di mana perdamaian sangat diperlukan. Mari kita ambil langkah nyata untuk menghindari apatis dan isolasi, dimulai dengan doa bersama kita yang melintasi batas ruang dan waktu. 

Mari kita belajar dan berdoa sesuai dengan doa Santa Teresa, seorang biarawati dari kota Avila, Spanyol. Teresa hidup pada abad ke-16, di mana Kerajaan Spanyol sedang terlibat dalam perang dengan beberapa kerajaan lainnya (Perancis, Ottoman, Belanda).  

Di tengah perang dan krisis yang melanda, di dalam sebuah biara di kota Avila, ia menulis sebuah doa: 

“Biarkan tidak ada yang mengganggumu,
Biarkan tidak ada yang membuatmu takut,
Semua hal akan berlalu: Tuhan tidak pernah berubah.
Kesabaran memperoleh segala hal.
Siapa pun yang memiliki Tuhan tidak akan kekurangan apa pun;  
Hanya Tuhan sendiri, cukup.” 

Kami percaya ada sebuah kuasa dalam doa, ada sebuah kuasa dalam pujian dan penyembahan. Sama seperti pembacaan kitab suci pagi hari ini, Tuhan Yesus berkata:  

”Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” – Markus 11:24 TB 

“Hari ini adalah bukti bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa kami”, ujar Sam Kuttab seorang pemimpin Mennonite keturunan Palestina, dalam sebuah aksi doa dan perdamaian di kantor balai kota Philadelphia, Pennsylvania, pada Senin, 25 Maret 2024. 

Karena pada hari yang sama Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata segera di Gaza, sebuah langkah yang diwujudkan setelah Amerika Serikat memutuskan untuk abstain daripada memveto resolusi tersebut. 

Sebanyak 60 orang Mennonite berkumpul di luar Balai Kota Philadelphia untuk mendesak pejabat setempat untuk mendukung gencatan senjata permanen di Gaza. (3/25/2024) Photo courtesy of Mennonite Action.

Setiap doa dan usaha kita dalam membela keadilan, tidak akan pernah kembali sia-sia.  

Mari bersama-sama kita memberikan dukungan doa kepada saudara-saudari kita yang paling rentan, yang paling terpinggirkan, dan yang tidak mampu membantu diri mereka sendiri, baik di Gaza maupun di kota-kota lain di seluruh dunia.  

Mari kita melihat Yesus dalam diri mereka, dan berdoa agar perdamaian, keadilan dan kecukupan dari Tuhan Yesus menyertai mereka. Selamat merayakan pekan suci. Tuhan Yesus memberkati kita.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Memperbaiki Diri di Balik Citra: Menyikapi Tantangan Kepemimpinan dalam Era Media Sosial

March 21, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” 

1 Samuel 16:7

Dalam “the State of Pastors 2024 Summit” yang diadakan oleh Barna Group, Pastor Gabriel Salguero dari Orlando, FL mengatakan, “Salah satu hal penting yang perlu dipisahkan adalah antara citra dan karakter. Terkadang, tanpa disadari, kita mengajarkan orang untuk membangun citra.”  

Beliau menambahkan, “Banyak orang lebih terampil dalam membangun citra dan membuat konten daripada fokus pada pembentukan karakter serta memberikan makanan rohani dan moral kepada jiwa.” 

Perkembangan teknologi membuat semua orang bisa mengakses internet. Baik menjadi konsumen maupun menjadi pembuat konten. Dalam bidang pelayanan, fenomena ini membuat lebih banyak lagi orang yang terekspos pelayanannya, dan secara sengaja maupun tidak sengaja membuat orang tersebut menjadi “artis Rohani”. Dan inilah dimana karakter benar-benar menjadi sangat diuji.  

Tidak sedikit “artis Rohani” mengalami burnout dan akhirnya kehilangan dirinya dalam pelayanannya. Karena ada fokus yang bergeser, dari menyenangkan Tuhan menjadi menyenangkan massa.  

Tetapi marilah kita semua menjadi pemimpin yang berfokus membangun karakter, bukan citra. Karena integritas, kebaikan, dan ketangguhan kita dalam menghadapi pencobaan dan tantangan inilah yang akan membentuk diri kita jauh daripada tampilan luar kita.  

Demikian juga kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

MATIUS 23:28

Sebagai seorang pelayan Tuhan, saya menyadari perangkap tampilan luar ini, kita harus terus memperbaiki, memperhatikan dan memperbarui apa yang ada di dalam hati sama dengan kita memperbarui social media kita.  

Dalam buku, “Strengthening the Soul of Your Leadership”, Ruth Haley Barton, mengambil cerita model kepemimpinan Musa dimana Musa mengambil keputusan untuk pergi melarikan diri, menyendiri dan mendapatkan ketenangan.  

Setelah pergi meninggalkan Mesir, ia ditemukan ada di tepi sumur (Kel 2:15).  Sumur sudah lama dikenal sebagai metafora jiwa manusia. Tidak heran banyak orang merasa sedikit takut jika melihat sumur. Mungkin ada bagian dari diri kita yang berusaha untuk ditutupi sebisa mungkin. Namun dalam cerita Musa, Ia tidak lagi bisa lari dari dirinya sendiri, Ia memilih untuk berdamai,  berdamai dengan trauma-trauma masa lalunya. Musa belajar menerima dirinya sebagaimana dia adanya.   

Musa tidak menambahkan citra-citra lain, tetapi  melucuti segala “identitas” yang bukan miliknya, ia adalah seorang Ibrani. Ia berdamai dengan identitas dirinya.   

Menemukan ketenangan sejati dimulai dengan mengakui kerentanan dan sisi gelap kita. Itulah cara kita membuka diri untuk membiarkan kasih Yesus menyembuhkan kita dari dalam.  

Sebagai seorang pelayan Tuhan yang pernah bergumul dengan depresi, saya menyadari bahwa ekspektasi dunia membuat kita mudah lelah, ketika standar pelayanan mulai berfokus pada performa dan citra.  

Firman Tuhan begitu jelas berkata, “Apa untungnya bagi seseorang, kalau seluruh dunia ini menjadi miliknya tetapi ia kehilangan hidupnya? – Matius 16:26”  

Saya menyadari bahwa untuk pulih saya harus berdamai dengan diri saya sendiri, menjadi diri saya apa adanya, tidak perlu harus menjaga citra dan berusaha untuk menyenangkan semua orang.  

Menjadi pribadi yang tertanam di dalam komunitas gereja yang mau menerima kita apa adanya, tertanam dalam Firman Tuhan adalah jalan menuju perubahan dan harapan.   

Ada sebuah lagu yang saya rasa bisa juga menjadi sebuah renungan dan doa bagi kita:  

Selidiki aku lihat hatiku Apakah ku sungguh mengasihi-Mu Yesus  
Kau yang maha tau Dan menilai hidupku Tak ada yang tersembunyi bagi-Mu  
Telah kulihat kebaikanMuYang tak pernah habis dihidupku 
Ku berjuang sampai akhirnyaKau dapati aku tetap setia

JPCC WORSHIP

Ini menjadi perenungan dan koreksi pribadi saya, bahwa dalam melayani menyenangkan Tuhan adalah hal yang pertama dan utama daripada menyenangkan dan memenuhi ekspektasi orang dan pelayanan, yang terkadang tidak realistis.  

Menyadari bahwa diri kita memiliki kemampuan yang terbatas, membuat kita menyadari kasih karunia Tuhan dan kuasa-Nya yang tanpa batas. Inilah yang membuat kita semakin tertanam didalam Tuhan.  

Daripada kawatir akan produktivitas, marilah belajar seperti Maria yang duduk diam di kaki Yesus, dimana dia  telah memilih bagian yang terbaik dalam pelayanan. Berdiam di kaki Yesus.  

Kapan terakhir kali dalam kesibukan pelayanan dan pekerjaan kita sehari hari kita berdiam di kaki Yesus, tenang dan tidak melakukan apapun selain mensyukuri dan merenungkan kebaikkan Tuhan.  

Di masa prapaskah ini mari mengambil waktu yang biasa kita  gunakan untuk bermain social media, handphone, membaca berita dan lain sebagainya dan menggantinya dengan mengambil saat teduh dan merenungkan Firman Tuhan.  

Saya percaya bahwa dalam saat teduh kita, Tuhan akan menyegarkan kita dengan Firman dan Roh-Nya, yang akan melucuti gambaran palsu yang membebani kita semua, sehingga kita bisa beroleh istirahat yang sejati di dalam-Nya. Tuhan Yesus memberkati.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Go to page 2
  • Go to page 3
  • Go to page 4
  • Go to page 5
  • Go to page 6
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 17
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use
Aligned with