Baca versi original artikel ini dalam Bahasa Inggris: Stepping Out in Faith… Into God’s Perfect Way
Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Cindy Angela
Saya dilahirkan di Indonesia di tengah keluarga yang sangat “pastoral”. Kakek, ayah, dan tante-tante saya semuanya adalah pendeta. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara. Saya bersyukur bahwa orang tua saya mengenalkan saya kepada kekristenan dari usia dini.
Rumah kami terletak disebelah gedung gereja pada saat saya tumbuh besar. Karena itu, saya jarang melewarkan aktifitas gereja. Dimulai dari kelas tujuh, saya sudah terlibat dalam pelayanan Sekolah Minggu. Kemudian saya menjadi aktif dalam pelayanan musik.
Walaupun saya tidak pernah dilatih secara formal dalam musik, namun saya menemukan panggilan saya didalamnya. Saya mengajarkan diri saya sendiri untuk bermain instrumen-instrumen musik. Saya mau mengangkat hal yang saya sukai (musik) dan menggunakannya untuk melayani orang lain. Selulusnya saya dari SMA, saya memutuskan untuk mengambil jurusan musik gereja di sebuah universitas Kristen di Yogyakarta.
Setelah lulus kuliah ditahun 1997, saya melayani sebuah gereja di Jakarta. Kadang-kadang, saya juga melayani di kampung halaman saya.
Di dalam periode waktu ini, saya bertemu orang Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat. Dia sering melayani di Indonesia dan adalah anggota dari JKI Anugerah di Sierra Madre, CA. Singkat cerita, dia mengundang saya untuk pindah ke Amerika Serikat dan menyeponsori saya untuk sekolah di Calvary Chapel Bible College.
Proses yang panjang harus saya lalui sebelum saya bisa memijakkan kaki di Amerika Serikat. Aplikasi visa saya ditolak tiga kali. Akhirnya, di tahun 2000, visa pelajar saya diterima. JKIA adalah gereja pertama yang saya hadiri di AS dan masih menjadi gereja saya sekarang.
Walaupun saya tumbuh dikelilingi banyak pendeta dan pelayan gereja, panggilan saya untuk ordinasi adalah proses gradual dimana Tuhan menunjukkan kesabaran-Nya kepada saya untuk menjawab kasih karunia-Nya.
Pada 12 Januari 2003, saya mendapatkan kredensial di Pacific Southwest Mennonite Conference di JKIA dan melayani dalam departemen musik. Tanggung jawab utama saya adalah memimpin tim musik dan kelompok persekutuan (small groups). Walaupun saya bersukacita dalam melayani Tuhan, saya tidak yakin apakah saya mau mengambil langkah maju dalam ordinasi.
Satu hal yang saya tahu melalui setiap musim hidup saya, adalah bahwa saya bisa percaya dan berlindung dalam naungan Tuhan. Dia selalu setia kepada saya. Dia menunjukkan kasih-Nya dengan memimpin saya setiap kali saya ditengah situasi yang menantang. Melalui kasih-Nya, Dia memanggil saya terus menerus sehingga saya beriman untuk mengikuti panggilan-Nya. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1, TB).
Akhirnya saya mendapatkan keyakinan dalam diri saya bahwa kita semua dipanggil Tuhan untuk melayani Dia semampu kita. Menjadi hamba Tuhan adalah respon kita terhadap kasih Tuhan. Cara terbaik untuk saya meresponi kasih Tuhan adalah untuk melayani Dia dengan semua talenta yang Dia telah percayakan kepada saya. Selama ini Dia telah bersabat, menunggu saya untuk mempersiapkan diri.
Pada 25 Oktober 2020, saya di ordinasi oleh Konferensi Mosaic. Ini adalah bab baru dalam pelayanan saya. Karena Tuhan begitu setia selama ini, saya percaya bahwa Dia akan tetap memimpin saya dalam perjalanan iman ini. Pekerjaan Tuhan belum selesai dalam hidup saya.
“Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.” (Ibrani 11:40, TB). Sebagai umat manusia, seringkali rasa ragu atau ketakutan menghantui kita, namun seperti perkataan Tuhan mengingatkan kita semua, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (1 Yohanes 4:18, TB).
Kasih Tuhan memimpin saya dalam melangkah keluar dengan iman menuju jalan-Nya yang sempurna.