• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Bhinneka Tunggal Ika

May 20, 2021 by Cindy Angela

Berbeda beda tetapi tetap satu, itulah arti kata dari Bhinneka Tunggal Ika. Diambil dari bahasa sansekerta yang terdapat dalam puisi jawa kuno, Kakawin Sutasoma yang ditulis pada jaman Kerajaan Majapahit oleh Mpu Tantular, sekitar abad 14 masehi. Kalimat ini menjadi semboyan negara Indonesia pada tahun 1950, bersamaan dengan ditetapkannya lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. 

Sebagai seorang Anabaptist Mennonite, pemisahan antara gereja dengan pemerintahan adalah awal dari sikap kritis saya terhadap pemerintahan yang ada di seluruh dunia. Dan tentunya pemerintahan manapun di dunia ini pada realitanya memerlukan senjata untuk mempertahankan atau melindungi kepentingannya, dan ini adalah salah satu contoh keberatan atau sikap kritis saya terhadap pemerintahan yang ada. 

Jawab Yesus kepada Pilatus: ”Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” dikutip dari Injil Yohanes 18:36. 

Setiap Kerajaan atau Pemerintahan yang ada di dunia ini pastinya mengedepankan persatuan. Tetapi jika persatuan yang dimaksud adalah dengan cara penaklukan,dominasi dan kekerasan ini sangat bertentangan dengan persatuan yang Tuhan Yesus inginkan terjadi di dunia ini. Tuhan menginginkan persatuan dalam kasih bukan penyeragaman dalam paksaan, Tuhan menginginkan perbedaan yang unik dan bukan perpecahan karena kebencian. 

Dimana ada kemauan disitu ada jalan dan saya percaya dengan secara sengaja kita merangkul dan merayakan perbedaan masing masing adalah sebuah langkah awal yang baik. Kita harus menyadari bahwa budaya dominan memiliki kecenderungan untuk menjadikan minoritas terasimilasi bersama kedalam sebuah “melting pot atau peleburan”, ini perlu kita hindari guna mempertahankan keberagaman kita.  

Sebuah ilustrasi yang tepat adalah “salad bowl” atau semangkuk salad dimana keunikan masing-masing bahan sayur sayuran tetap ada, tetapi sekaligus juga bisa dinikmati sebagai kesatuan. Sebagai minoritas kita perlu mengambil langkah langkah kecil yang nyata. 

Pada awal tahun 2020, sebuah langkah kecil yang nyata terjadi di bagian Selatan kota Philadelphia, dengan dibentuknya persekutuan para youth pastor gereja-gereja Mosaic Mennonite di kota Philadelphia. Grup ini diinisiasi oleh Dan dan Karisa Barlow dari Centro De Alabanza de Filadelfia.

Adanya kebutuhan yang unik dan berbeda dari para youth di kota Philadelphia yang kebanyakan adalah  immigrant adalah salah satu alasan forum ini dibentuk. Dan juga sebelum ini acara acara youth gereja gereja di Philadelphia selalu mengikuti acara acara dari gereja gereja Mennonite yang ada di luar Philadelphia,  dimana secara jarak cukup jauh dari kota Philadelphia. 

Immigrant Youth South Philly Fun Gathering sebelum lockdown karena Pandemi.

Beberapa acara gabungan telah diselenggarakan bersama di kota Philadelphia, dimana kesadaran akan keunikan sebagai imigran yang bukan berasal dari budaya dominan, perlahan lahan ditanamkan sebagai bagian dari merayakan keberagaman dan penghargaan nilai nilai etnik negara asal. Dan juga sebagai pengingat bahwa Tuhan menciptakan kita unik serupa dan segambar dengan-Nya.

Art and Service Project di Centro De Alabanza, Philadelphia PA

Acara youth gabungan berikutnya yang akan kami adakan adalah acara Art and Service Project, dibantu oleh seniman mural dan lukis asal Philadelphia, Donna Backeus. Acara akan diadakan di gereja Philadelphia Praise Center, pada tanggal 5 Juni 2021, semua gereja gereja Mennonite di Philadelphia diundang untuk turut serta. Dalam acara kali ini kami akan menghias perlengkapan dapur yang akan digunakan di kantor Mosaic Mennonite Conference. 

Poster Acara oleh Emmanuel “Chemma” Villatoro.

Ini adalah sebuah langkah yang kecil dan simbolik tetapi perlu dan penting untuk dimulai, khususnya sejak dini ditanamkan untuk generasi yang akan datang. Keberagaman adalah sesuatu yang indah yang perlu dicapai dalam kasih persaudaraan bersama sama, dan bukan dengan tekanan dari budaya dominan. Kita boleh berbeda beda dalam mengekspresikan warna dalam budaya kita masing masing. 

Dengan berpikir secara global dan bertindak secara lokal, sebagai murid Kristus kita bisa lebih kritis menyikapi persoalan persoalan dunia. Dan dengan tindakan nyata bersama Roh Kudus kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini tetapi mengalami pembaharuan budi dan membawa kilasan surga di muka bumi ini. Berbeda beda tetapi satu di dalam Kristus.

Filed Under: Articles

Minal Aidin Wal Faizin

May 13, 2021 by Cindy Angela

Perayaan Idul Fitri di FDR Park Philadelphia bersama Masjid Al Falah Philadelphia, 2019.

Sebagai orang Indonesia kalimat Mohon maaf lahir batin, minal aidin wal faizin adalah kalimat yang sudah tidak asing lagi kita didengar khususnya pada Hari Raya Idul Fitri. Menurut kalender hijriah atau kalender Islam hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 12 Mei 2021, dan diikuti dengan hari kedua yaitu Kamis, 13 Mei 2021. Minal aidin wal faizin sendiri memiliki arti “kembali sebagai orang orang yang menang dan diterima amal ibadahnya.” 

Hari raya Lebaran atau Idul Fitri adalah hari raya besar yang dirayakan cukup meriah setiap tahunnya. Dan Sebagai orang Kristen yang hidup sebagai minoritas di Indonesia, hari raya Lebaran merupakan hari raya yang diperingati bersama. Dan tradisi ini pun tetap dibawa ketika pergi ke Amerika Serikat. 

Meski perayaan tahun ini tidak seperti biasanya dikarenakan pandemi tetapi semangat solidaritas dan kerukunan beragama tetap ada dan terjalin erat.  Perayaan Idul Fitri sangat erat juga dengan tradisi makan bersama khususnya makan ketupat. Hal ini menjadi acara rutin setiap tahunnya, termasuk di kota Philadelphia.

Pak Djaja (Dr. Backues) memimpin doa makan di Indonesian Light Church Philadephia.

Dan tradisi makan ketupat ini pun tetap terbawa bahkan di dalam lingkungan gereja sendiri. Indonesian Light Church Philadelphia pada hari minggu ini akan memulai kembali kegiatan makan bersama yang terhenti karena pandemi. Menimbang karena semua anggota sudah divaksin maka kami akan memulai kembali kegiatan ini, dan makan ketupat bersama terasa sangat pas sekali.

Hari Raya Idul Fitri tahun ini juga secara penanggalan diperingati bersamaan dengan Hari Kenaikan Isa Al Masih. Ada hal yang menarik saya rasa perlu sedikit dibahas disini khususnya mengenai kata kemenangan dalam dua hari raya ini. Kedua agama besar ini mengartikan kemenangan secara berbeda, tetapi saya percaya kita tetap bisa mengambil sebuah pelajaran berdasarkan iman kita pegang.

Bagi umat Islam kemenangan disini berarti kemenangan dalam menjalankan ibadah puasa (saum) selama 40 hari, dan juga kemenangan secara nyata di dunia ini. Bagi umat Kristen arti kemenangan adalah ketika Yesus mau mati berkorban (kalah) menundukkan dirinya di kayu salib, dimana pada akhirnya Ia bangkit pada hari ketiga dan naik ke surga. Memang terdapat perbedaan tetapi bukan berarti kita tidak bisa hidup saling mengasihi. 

Dr. Backues atau lebih akrab dipanggil Pak Djaja memberikan tanggapannya sebagai penutup,  “Baik bagi umat Kristen maupun bagi umat Islam, setiap hari harus selalu hidup baik dan rukun sama seperti ketika merayakan baik Idul Fitri maupun Idul Adha bersama. Dengan kita tidak lupa untuk bersujud kepada Yang Maha Esa setiap hari (bukan sekadar dua hari setahun), kita bisa belajar untuk berkorban demi kepentingan sesama kita (mengingat arti sebenarnya Idul Adha dan Hari Paskah) dan kita bisa belajar untuk kembali ke fitra (mengingat arti sebenarnya Idul Fitri dan Hari Natal)”

Filed Under: Articles

Sukacita dari Surga

April 29, 2021 by Cindy Angela

Sukacita dalam pertemuan langsung pertama di tahun ini. Foto oleh Hendy Matahelemual.

Hari Rabu kemarin (4/28) Staff dari Mosaic Mennonite Conference mengadakan rapat kerja pertama kali secara tatap muka setelah lebih dari setahun rapat diadakan secara online. Tepat selang satu hari setelah CDC mengeluarkan panduan baru yang memperbolehkan melepas masker di tempat terbuka bagi yang sudah divaksin.  

Pujian dan Penyembahan dipimpin oleh Danilo Sanchez dan Hendy Matahelemual dalam 3 Bahasa. Foto oleh Hendy Matahelemual.

Acara dimulai dengan lagu pujian berbahasa spanyol “Incredible” yang dipimpin oleh Danilo Sanchez dan Hendy Matahelemual dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan menu makanan Thailand dan Yunani dari restoran setempat yang sudah dipesan terlebih dahulu. Meski beberapa dari kami harus berkendara satu jam atau bahkan 4 jam lebih untuk menghadiri rapat ini, semuanya terbayar dengan kehangatan bukan saja cuaca tetapi kehangatan yang diberikan satu sama lain. 

Seakan akan sukacita surga mengalir ditengah tengah pertemuan ini, senada dengan lagu pujian berbahasa Indonesia, Inggris dan Spanyol yang dibawakan membuka sesi sharing kami semua. “Ya Allah kami besar, Yesus nama diatas segala nama, dan hati kami selalu memuji kebesaran nama-Mu.” 

Cuaca yang indah menemani cerita-cerita dari staff Konferensi Mosaik. Foto oleh Hendy Matahelemual.

Seperti biasa waktu sharing dilakukan dengan saling mengundang (mutual invitation) dimana kami semua saling berbagi cerita dan pergumulan doa masing masing. Saya pribadi merasakan bahwa setiap cerita dan pergumulan dibagikan menguatkan, menginspirasi sekaligus mengingatkan saya pentingnya sebuah komunitas bersama. Sebagai orang Kristen kita tidak ditakdirkan untuk berjalan sendirian tetapi berjalan bersama sama saudara saudari seiman. 

Ayat perenungan kami diambil dari kitab Yesaya 30:15 “Sebab beginilah Firman Tuhan Allah, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” 

Sesi sharing ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Marta Castillo dan Noel Santiago dimana saat itu kami menerima peneguhan bahwa Tuhan melihat kita dimana kita berada, angin berhembus pada saat itu juga menjadi pertanda bahwa Ia ingin menghembuskan sukacitanya bagi kita semua, sukacita-Nya sanggup menaklukan setiap badai dalam kehidupan kita.  

Setelah beberapa update pekerjaan dari Pelayan Eksekutif kita Stephen Kriss (yang ternyata berulang tahun hari itu juga), kami mengadakan beberapa aktivitas yang menarik, diantaranya permanan “Disk Golf” dipimpin oleh Randy Heacock, prakarya membuat Mosaic dari Keramik dipimpin oleh Emily Ralph Servant dan membuat es teler ala Indonesia dipimpin oleh Cindy Angela. 

Setelah semuanya selesai, kami saling berkoordinasi dan berpisah kembali kerumah kami masing masing tentunya dengan sebuah harapan dan energi yang baru untuk kembali melayani Tuhan dengan sukacita-Nya yang turun dari surga untuk kita semua yang percaya. 

PS: Terima kasih untuk Plains Mennonite Church yang menyediakan pavilion outdoornya untuk pertemuan kami. 

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, Mosaic Staff

Keadilan Lingkungan: Sebuah kesadaran

April 22, 2021 by Cindy Angela

Poster film dokumenter “Before the Flood”

Ada peribahasa yang berkata, “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” yang artinya kehidupan kita harus disesuaikan dengan keadaan atau aturan dimana kita tinggal. Tetapi saya mau mengartikan ini dan mengajak kita semua bagaimana kita sebagai manusia hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. 

Ditengah usaha membawa kedalam terang, aspek kesehatan (vaksin covid19) dan aspek kemanusiaan (kekerasan bersenjata, kebrutalan polisi, keadilan sosial dan rasial),mari kita melihat permasalahan yang sama pentingnya bagi kita semua, yaitu mengenai tempat dimana kita berpijak, keadaan bumi kita, mari kita berbicara mengenai keadilan lingkungan / “climate justice”

Hari ini tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Internasional, Hari dimana kesadaran publik mengenai keadaan planet kita perlu disuarakan agar kesadaran mengenai lingkungan hidup tetap ada dan bumi kita tetap terjaga dan tetap bisa layak untuk dihidupi oleh generasi yang akan datang. 

Adalah sebuah fakta bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh polusi gas rumah kaca dan eksploitasi manusia menyebabkan bumi kita menjadi rusak. “Orang menderita, kehilangan nyawanya, seluruh ekosistem runtuh, bumi sedang menuju kepada kemusnahan masal”, ujar aktivis lingkungan hidup Greta Thunberg dalam pidatonya “How dare you”, dimana Ia mengecam pemimpin pemimpin dunia yang tidak memperhatikan lingkungan hidup. 

Bersyukur Amerika Serikat, pada bulan January 2021, kembali memutuskan untuk meratifikasi Perjanjian Paris mengenai Perubahan iklim, setelah pemerintahan sebelumnya menarik diri seluruhnya dari perjanjian ini. Tetapi langkah simbolik tanpa tindakan nyata bersama sama akan menjadi pepesan kosong saja. 

Baru saja di awal bulan April 2021 terjadi peristiwa banjir bandang di Nusa Tenggara Timur, Indonesia yang menyebabkan puluhan ribu jiwa mengungsi, ratusan rumah hancur dan lebih dari 180 orang meninggal dan puluhan masih hilang tidak dapat ditemukan.  Banjir, kekeringan, gelombang panas, kelangkaan air, kebakaran hutan dan badai diseluruh dunia akan terus meningkat jika tidak ada kesadaran mengenai keadilan terhadap lingkungan. Bagaimana kita sebagai pengikut Yesus mengambil sikap dalam hal ini? 

Saya percaya keselamatan yang Tuhan berikan kepada manusia melalui Yesus Kristus adalah keselamatan holistik yang mencakup segala aspek kehidupan. Lebih dari sekedar kehidupan kekal bersama Bapa disurga, tetapi Tuhan Yesus juga ingin Kerajaan Surga turun di muka bumi ini melalui kita orang orang yang percaya. Hal ini berarti sebagai pengikut Yesus kita harus mengambil bagian dalam pekerjaan rekonsiliasi antara manusia dan alam di muka bumi ini. Kita perlu menjadi pengelola yang baik dari alam ini beserta seluruh isinya. 

“Kita perlu melihat keadilan lingkungan hidup dan iklim sebagai pemuridan spritual’, ujar Sue Park-Hur, pastor interdenominasi MC USA. “Mari merubah cara hidup dengan menanyakan pertanyaan kepada diri kita sendiri: Bagaimana kita hidup sederhana ketika kita dikelilingi oleh kehidupan yang rumit, beracun dan penuh dengan limbah? Bagaimana kita melihat lingkungan kita pada setiap kesempatan yang ada? Bagaimana kita mempengaruhi kebijakan dan bekerja sama dengan organisasi untuk membuat dampak yang besar?” 

Untuk meningkatkan kesadaran kita dan belajar lebih jauh mengenai keadilan lingkungan / climate justice tentunya kita perlu menambah wawasan kita mengenai keadilan lingkungan ini, berikut beberapa sumber yang bisa kita tonton atau pelajari https://www.mennoniteusa.org/tag/climate-justice/

Baru saja saya menonton film dokumenter yang dibuat pada tahun 2016 berjudul “Before the Flood” yang dibawakan oleh Leonardo Di Caprio sebagai duta climate change untuk PBB yang menurut saya sangat menarik, dan masih banyak lagi sumber sumber lain yang bisa kita dapatkan mengenai keadilan lingkungan,mari terus mengedukasi diri kita sendiri dan orang lain mengenai pentingnya aspek lingkungan hidup, dan mari jadikan bumi yang kita pijak tempat yang lebih baik. 

Filed Under: Articles

Menemukan Tempat Saya dalam Permainan Puzzle

April 8, 2021 by Cindy Angela

Baca versi asli dalam Bahasa Inggris yang dimuat oleh Anabaptist World: https://anabaptistworld.org/finding-my-place-in-the-puzzle/

Kedua anak laki-laki saya sangat senang ketika kami menerima puzzle untuk Natal. Ketika kami membuka hadiah, mereka tidak sabar untuk merakitnya. Tetapi saya tahu bahwa menyelesaikan 100 keping puzzle akan terlalu merepotkan untuk anak laki-laki saya yang berusia 3 dan 6 tahun. Saya memutuskan untuk membantu menyelesaikannya sebagai tim, dan kami bersenang-senang.

Dalam perjalanan spiritual saya, terkadang saya merasa seperti anak prasekolah yang menyelesaikan teka-teki Puzzle. Ada banyak hal yang rumit untuk dipikirkan ketika saya mencoba untuk mempraktekkan ajaran Yesus. Beberapa hal dapat saya kerjakan sendiri, tetapi banyak hal lain yang tidak dapat saya pahami tanpa bantuan dari orang lain.

Photo: Dmitry Demidov,Pexels.

Sebuah puisi yang indah, yang ditulis oleh John Godfrey Saxe pada tahun 1872, menggambarkan masalah berpikir bahwa kita dapat memikirkan semuanya sendiri. Anda mungkin pernah mendengarnya: “Orang Buta dan Gajah”.

Setiap orang menyentuh bagian gajah yang berbeda dan menarik kesimpulan berdasarkan pengetahuannya yang terbatas. Orang yang menyentuh gading yakin bahwa gajah itu “sangat mirip tombak”. Yang lain, merasakan belalainya, percaya itu seperti ular. Ada lagi, menyentuh lutut gajah, mengatakan itu seperti pohon.

Saxe mengamati bahwa “masing-masing sebagian benar, dan semua salah”. Dia menyimpulkan:

Jadi, sering kali dalam perang teologis, 
para pihak yang berselisih, saya rasa, mencerca 
ketidaktahuan sama sekali 
tentang apa arti satu sama lain, 
dan mengoceh tentang gajah, yang 
belum pernah dilihat oleh satu pun dari mereka!

Saxe secara khusus menarik kesimpulan tentang agama – “perang teologis” – dari perumpamaannya. 

Bekerja dan belajar bersama dengan orang-orang yang tidak memiliki pandangan dunia yang sama dengan kita akan membuat kita melihat perspektif yang berbeda.

Saya dulu berpikir Kekristenan Barat adalah jawaban untuk semua masalah dunia. Karena saya dibesarkan sebagai seorang Kristen di Indonesia, di mana 87% populasinya beragama Islam, saya dulu berpikir budaya Barat lebih unggul dari budaya negara saya. Ini membuat saya rendah diri dan sangat menginginkan penyelamat Barat berkulit putih.

Tetapi kemudian, melalui transformasi pribadi, saya menyadari bahwa Kekristenan dan Susunan Kristen Barat jauh dari jawaban untuk semua masalah dunia. Jawabannya adalah Yesus, dan dia bukan dari Barat – atau kulit putih, atau Kristen.

Melihat Yesus sebagai orang yang terpinggirkan, marginal dalam budaya non-dominan membantu saya menyadari betapa dekat Yesus dengan penderitaan saya sebagai minoritas. Ternyata saya tidak membutuhkan penyelamat kulit putih. Saya hanya membutuhkan Yesus.

Tuhan menciptakan kita masing-masing menurut gambar-Nya. Dan Tuhan menciptakan kita masing-masing unik. Kombinasi kesamaan dan perbedaan ini membawa kekuatan pada tubuh Kristus. Berasal dari bangsa, suku dan budaya yang berbeda, terkadang kita melihat hal yang sama, terkadang berbeda.

Tapi tidak satupun dari kita bisa melihat semuanya. Untuk melihat gambaran besar Tuhan, kita perlu bekerja sama. Kita perlu melakukan percakapan yang lebih dalam dengan orang percaya yang memiliki pandangan dunia yang berbeda dari kita sendiri. 

Kita perlu menghormati dan merayakan perbedaan ini saat kita melakukan perjalanan bersama. Kita perlu beribadah, makan bersama dan membaca Kitab Suci bersama.

Dalam salah membaca tulisan suci dengan Mata Barat, Randolph Richard dan Brandon O’Brien menulis: “Kami salah membaca karena kami membaca sendiri. Kami hanya mendengar interpretasi orang memiliki latar belakang budaya yang sama seperti kami.” 

Mereka melanjutkan:

Jika kita ingin tahu kapan kita membaca diri kita sendiri ke dalam Alkitab, daripada membiarkan Alkitab berbicara dengan istilahnya sendiri, kita perlu berkomitmen untuk membaca bersama.

Gereja di seluruh dunia perlu belajar mempelajari Kitab Suci bersama sebagai komunitas global.

Memperhatikan saudara-saudari kita di luar negeri dapat membuka ruang dan memungkinkan suara-suara baru masuk.

Saya bersyukur atas kesempatan untuk belajar dan dibentuk bersama dengan saudara dan saudari saya di dalam Kristus yang telah Tuhan tempatkan di sekitar saya. Saya tahu ini akan menjadi perjalanan yang panjang. Tapi, seperti kata pepatah Afrika, “Kalau mau cepat, pergilah sendiri. Jika Anda ingin pergi jauh, pergilah bersama. ” 

Sekarang saya akhirnya bisa berhenti berusaha terlalu keras untuk berasimilasi menjadi orang Amerika dan menerima kenyataan bahwa saya, dan semua orang Kristen, adalah orang asing dan pendatang dalam semua budaya.

Kita semua mencoba menemukan tempat kita dalam teka-teki: rekonsiliasi, menciptakan satu umat manusia baru, bekerja menuju perdamaian dan menyelesaikan gambaran besar Tuhan, kerajaan Tuhan, di bumi seperti di surga.

Filed Under: Articles

Respon Konferensi terhadap Dugaan Pelanggaran yang terjadi di Akademi Dock

March 25, 2021 by Cindy Angela

Kepemimpinan Konferensi Mosaik telah diinformasikan tentang adanya dugaan tindakan tidak senonoh yang dilakukan oleh Martin Wiens, kepala sekolah SMA Akademi Mennonite Dock di Lansdale, PA. Wiens dimasukkan dalam cuti administratif dan Dock telah mengontrak D. Stafford & Associates untuk menjalankan investigasi administratif.

Sebagai kepemimpinan Konferensi, kami telah mengadakan pembicaraan dengan Akademi Dock dan Agensi Edukasi Mennonite untuk membahas bagaimana kami dapat memberikan dukungan dan akuntabilitas terhadap Dock selagi mereka menjalankan proses ini. Martin Wiens tidak memegang kredensial kepemimpinan di Konferensi Mosaik. Kami akan menelaah langkah-langkah berikutnya dalam minggu-minggu kedepan saat informasi baru tersedia. Selain itu, Konferensi kami sedang bekerja dengan Dove’s Nest untuk memberikan sumber daya untuk individual, grup pemuda dan kongregasi-kongregasi.

Konferensi Mosaic tetap sadar dan memperhatikan hubungan yang berlalu lintas di dalam kongregasi Konferensi kami, Pelayanan-pelayanan yang berhubungan dengan Konferensi, para pastor dan berbagai komunitas.

Mungkin ada alumni dari Akademi Dock yang sedang mempertanyakan pengalaman mereka masing-masing dan merasa sangat bingung akan bagaimana mereka harus merespon. Untuk anda sekalian yang membagikan cerita dan keprihatinan anda, kami peduli akan luka anda dan kami mempercayai anda.

Keluarga dan teman akan murid-murid mungkin mengkhawatirkan anak-anak mereka. Untuk anda sekalian yang marah, bingung atau ketakutan, kami peduli akan luka anda dan kami mendengar anda.

Kami sangat peduli akan murid-murid, staff dan anggota dewan Dock, yang mana banyak diantara mereka adalah anggota-anggota dari kongregasi kami, dan kami peduli terhadap komunitas Dock seluasnya. Kami peduli akan luka anda, dan kami melihatnya. Kami bekerja dengan hati-hati dengan anggota kongregasi kami yang memiliki hubungan langsung untuk memastikan mereka mendapatkan perhatian kami. Kami mengundang anda semua untuk berdoa untuk semua yang terkena dampak oleh kasus ini.

Komite Central Mennonite memiliki sumber yang berguna untuk berbicara dengan anak-anak tentang pengalaman mereka tentang pelecehan, dapat ditemukan disini. Jika anda butuh memproses pikiran anda dan perasaan anda, kami mendukung anda untuk berbicara dengan pendeta remaja anda, pastor anda atau lead minister Konferensi anda. Sebagai tambahan, banyak pekerja profesional yang tersedia untuk konseling virtual di Penn Foundation, sebuah Pelayanan yang berhubungan dengan Konferensi Mosaic.

Konferensi Mosaik memperhatikan dengan serius semua dugaan pelecehaan atau perbuatan tidak senonoh. Jika anda merasa bahwa anda telah mengalami pelecehaan atau tindakan tidak senonoh di Dock atau menyaksikannya terjadi langsung, hubungi Montgomery County District Attorney Detective’s Bureau (Jaksa Wilayah Montgomery Couty Bagian Detektif) untuk melaporkannya (Detective Kate Kelly: 610-278-3582 or kkelly3@montcopa.org). Untuk informasi lebih lanjut tentang peraturan-peraturan perlindungan anak Konferensi Mosaik, tolong hubungi Wakil Pelayan Eksekutif Mary Nitzsche.

Jika anda memiliki informasi tentang kebijakan sekolah dan/atau hukum edukasi federal atau hukum hak sipil yang telah dilanggar, anda bisa menghubungi Stafford & Associates di investigations@dstaffordandassociates.com. Sediakan nama, alamat email, nomor telepon dan alasan untuk laporan anda; para investigator akan menghubungi anda kembali.

Jika anda memiliki informasi tentang kejadian pelecehan anak yang terjadi di dalam konteks pelayanan lainnya, tolong segera menghubungi hotline pelecehan anak di negara bagian anda:

  • CA: daftar nomor telepon per daerah
  • FL: 1-800-962-2873
  • MD: daftar nomor telepon per daerah
  • NJ: 1-877-652-2873
  • NY: 1-800-342-3720
  • PA: 1-800-932-0313
  • VT: 1-800-649-5285

*Terjemahan telah disediakan untuk memberikan komunikasi yang transparan dan jelas untuk keseluruhan konferensi kami yang multibahasa, dan terjemahan ini tidak bisa dianggap menjadi respon resmi kami.

Filed Under: Articles

Hal sulit di masa yang sulit

March 4, 2021 by Cindy Angela

Saya rasa kita boleh sepakat bahwa dampak Pandemi Covid-19 bukan saja menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi saja, tetapi juga krisis keadilan dan kemanusiaan.  Masih segar dalam ingatan kita bagaimana kebrutalan polisi dan kekerasan bersenjata terhadap George Floyd, Breona Taylor, Ahmaud Arbery memicu kesadaran kita bahwa perjalanan pekerjaan restitusi, restorasi dan rekonsiliasi terhadap orang kulit hitam masih panjang. 

Pandemi seakan akan membuat luka luka dan penyakit lama yang belum pulih terbuka kembali. Dan beberapa waktu ini kejahatan kebencian, dan rasisme kembali mengalami peningkatan, kali ini yang mengalami dampak adalah komunitas Asia di Amerika Serikat. Kejahatan kebencian terhadap komunitas Asia mengalami peningkatan cukup signifikan ditahun 2020. 

Mungkin puncak kekerasan ini terjadi pada bulan January, 2021, Vichar Ratanapakdee berusia 84 tahun didorong sehingga tersungkur, dan beliau akhirnya kehilangan nyawanya di rumah sakit di San Francisco, California. Sejak February tercatat 3000 kasus kejahatan bermotif kebencian terhadap orang Asia di Amerika Serikat dan semakin hari semakin meningkat. Toko-toko Asia dijarah, bahkan rumah ibadah pun dirusak. 

Peningkatan ini dipicu oleh retorik rasisme dan xenophobia seputar Covid19. Meski memorandum mengencam rasisme, xenophobia, dan intoleransi terhadap orang Asia dan Kepuluan Pasifik di Amerika Serikat telah dikeluarkan pemerintah, perkerjaan rumah kita sebagai konferensi masih banyak dan perjalanan menuju keadilan rasial masih panjang. 

Isu kemanusiaan dan keadilan rasial terhadap orang Asia di Amerika Serikat bukanlah hal yang baru. Undang-undang pengecualian China (1882) dan Interniran Jepang Amerika (1942) adalah beberapa contoh dari banyaknya perlakuan diskriminatif terhadap orang Asia Amerika. Sebagai kaum minoritas, banyak orang Asia mengalami perlakuan diskriminatif setiap harinya. Pandemi hanya membukakan penyakit dalam masyarakat yang sebenarnya sudah ada sejak semula, penyakit rasisme. 

Rasisme dalam komunitas Asia sebenarnya adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, ketika kejahatan yang dipicu oleh kebencian terjadi, besar kemungkinan orang Asia yang mengalami kekerasan tidak melaporkannya kepada kepolisian. Hal ini antara lain disebabkan ketidakfasihan dalam berbahasa Inggris dan tidak ingin mendapatkan masalah yang lebih besar lagi, sehingga banyak yang memilih untuk diam. 

Apakah diam adalah sesuatu yang baik? Ada sebuah pepatah yang berkata, berbicara adalah perak dan diam adalah emas. Setelah saya renungkan, saya percaya untuk menyingkapkan kejahatan, berbicara adalah berlian, Rasisme adalah kejahatan, dan Tuhan Yesus menjauhi kebencian.

Tetapi jika ditanya hari ini langkah apa yang perlu untuk dilakukan? Menurut saya  hal ini adalah hal yang sulit dimasa sulit, sehingga saya memilih untuk berdoa meminta hikmat, damai dan ketenangan,berdoa supaya Tuhan berikan ketenangan di hati ini,  sama seperti halnya air tenang tetapi menghanyutkan segala kejahatan. 

Baru kemarin saya antri di kasir di supermarket setelah membeli beberapa bahan makanan. Dan saya melihat seorang pria Asia tua mengalami kesulitan membayar di kasir, Dia tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik atau mungkin tidak sama sekali. Kasir dibuat frustrasi oleh pria ini, dan segera salah satu pelanggan melakukan tindakan yang tidak pantas dengan mencoba mengambil uangnya dan menyelesaikannya dengan cara yang kasar yang sebenarnya tidak perlu. Setelah lelaki tua itu pergi, baik kasir maupun pelanggan itu menyeringai. Sekali lagi hal semacam ini bukanlah sesuatu yang baru dan hati saya gelisah.

Mungkin banyak dari orang keturunan Asia di Amerika termasuk saya tidak mengalami kekerasan fisik, tetapi kita semua pernah mengalami jenis kekerasan lain, kekerasan verbal, agresi mikro, stereotip dan intoleransi. Saya percaya bahwa keterbukaan adalah awal dari pemulihan dan saya percaya bahwa dari setiap krisis dan konflik ada peluang untuk perdamaian dan rekonsiliasi.

Sebagai penutup saya diingatkan oleh ayat ini: 

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.

Yohanes 16:33

Kami melihat ketahanan, keindahan, dan kekuatan dalam komunitas Asia. Konferensi berdiri bersama melawan semua kebencian dan rasisme. Mari terus berjuang untuk perdamaian, keadilan dan non-kekerasan, dan marilah kita menyembuhkan dan berdamai bersama di dalam Yesus.

Filed Under: Articles

Hidup untuk Melayani

February 26, 2021 by Cindy Angela

Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. – Galatia 1:10 

Ayat ini menjadi pembahasan dalam pertemuan bulanan para hamba Tuhan dalam Mosaic Conference minggu lalu. Sharing Firman Tuhan dibawakan oleh Ps Buddy Hannanto (IWC) dan dibuka oleh pujian penyembahan oleh Ps Aldo Siahaan (PPC). Pertemuan dihadiri oleh Ps Makmur Halim (ICCF), Ps Beny Krisbianto (NWC), Ps Virgo Handojo (JKIA) dan saya sendiri. 

Perbedaan budaya dan konteks pelayanan di Indonesia dan di Amerika Serikat tentunya memiliki perbedaan. Perbedaan ini meliputi banyak hal selain konteks dan tantangan, peran hamba Tuhan juga memiliki perbedaan. 

Dalam budaya gereja Indonesia pada umumnya, dan khususnya gereja yang kami layani, peran hamba Tuhan sangatlah utama dan sentral dalam kehidupan jemaat. Hamba Tuhan dan jemaat adalah sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga merupakan suatu hal yang umum bagi hamba Tuhan hidup dari pelayanan yang ia kerjakan. 

Namun pada kenyataan dan konteks di Amerika Serikat, pelayanan seorang hamba Tuhan tidaklah terbatas hanya melayani jemaat, melainkan pelayanan lebih luas daripada itu. Adalah sebuah hal yang umum jika Seorang hamba Tuhan di Amerika Serikat memiliki profesi lain selain sebagai gembala di jemaat lokal,  terutama bagi hamba Tuhan yang baru merintis jemaat. 

“Bahkan Paulus dalam melayani Tuhan, Tuhan izinkan Dia untuk membuat dan menjual tenda untuk mendukung pelayanan beliau”, ucap Ps Makmur Halim dalam pembahasan kami mengenai profesi dan panggilan. 

Paulus bersama sama dengan Aquila dan Priscilla membuat tenda untuk mendukung pelayanan (Kisah Para Rasul 18:2-3) 

Perbedaan kultur dan budaya tentunya berperan besar dalam mengartikan profesi dan panggilan. Dalam pertemuan ini kami sepakat bahwa peran panggilan adalah penting, dimana hal ini adalah unik dan berbeda beda antara setiap hamba Tuhan. Dan setiap hamba Tuhan masing-masing bertanggung jawab langsung kepada Tuhan dalam profesi dan panggilannya. 

Dalam pertemuan ini kami juga sepakat bahwa perbedaan budaya dan konteks  ini adalah sebuah kekayaan dan kesempatan bagi kita semua untuk belajar dan juga memperdalam arti panggilan dalam melayani Tuhan. Tuhan juga memberikan para hamba Tuhan hikmat dalam mengatur strategi dan langkah yang diperlukan untuk menopang panggilan pelayanan kita, mari melihat panggilan dan pelayanan dalam ruang lingkup yang lebih luas, ucap Ps Virgo Handojo

Doa penutup dipimpin oleh Ps Beny Krisbianto (NWC) dengan mendoakan keluarga, pelayanan, bangsa dan negara Indonesia dan Amerika Serikat. Kelancaran distribusi vaksin dan juga kesehatan para hamba Tuhan. 

Mari bergabung dalam pertemuan hamba Tuhan berbahasa Indonesia kami untuk saling berbagi, membahas Firman Tuhan, dan mendukung satu sama lain dalam pelayanan. Pertemuan diadakan setiap Hari Kamis minggu ketiga setiap bulannya, dimulai pukul 9 PM (New York Time) / 6 PM (Pacific Time) terbuka bagi setiap hamba Tuhan / pelayan di Mosaic Mennonite Conference. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.

Filed Under: Articles

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 12
  • Go to page 13
  • Go to page 14
  • Go to page 15
  • Go to page 16
  • Go to page 17
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use