“Tujuh belas Agustus tahun empat lima itulah hari kemerdekaan kita, Hari Merdeka Nusa dan Bangsa hari lahirnya bangsa Indonesia, Mer-de-ka…”, kutipan lagu Tujuh belas Agustus karya H.Mutahar, yang kemudian dibawakan lagi dengan sentuhan rock oleh band asal kota Bandung, Cokelat. Ya, beberapa hari lalu bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke 76 tahun.
Sebagai seorang Anabaptis-Mennonite, yang percaya bahwa cinta akan Tuhan tidak akan pernah bisa disejajarkan dengan kecintaan terhadap negara, perayaan dan patriotisme yang berlebihan akan memiliki resiko menjadikan nasionalisme sebagai berhala tersendiri. Dan saya percaya kita sebagai anak-anak Allah tidak terbatas oleh batas geografis dan kewarganegaraan yang cenderung membatasi dan eksepsional (menganggap negaranya lebih baik dari negara lain).
Kasih persaudaraanlah yang harus menjadi perwujudan dari iman kita kepada Tuhan Yesus, bukan perlombaan pengaruh, ekonomi, dan persenjataan. Jembatan harus mulai dibangun dan pintu pintu tertutup harus mulai dibuka. Dan tentunya hal ini memerlukan pemulihan dari trauma-trauma yang terjadi di masa lalu. Tanpa pemulihan luka, perdamaian dunia tidak akan mungkin tercapai, dan jalan kekerasan selalu akan menimbulkan luka yang sulit pulih dalam satu generasi.
Dalam Pengakuan Iman Mennonite tahun 1995 pasal 10 disebutkan bahwa: “Misi gereja tidak memerlukan perlindungan dari suatu bangsa atau suatu pemerintahan. Orang-orang Kristen adalah orang-orang asing dan pendatang-pendatang dalam semua budaya. Namun gereja itu sendiri adalah bangsaNya Allah, meliputi orang-orang yang datang dari setiap suku dan bangsa. Memang, misinya adalah untuk mendamaikan kelompok-kelompok yang berbeda, menciptakan manusia yang baru”
Gereja memiliki misi untuk menjadi pendamai ditengah tengah konflik, biarlah perlombaan yang ada adalah perlombaan untuk mencapai kesatuan dan persaudaraan, dan bukan perpecahan. Kesadaran mengenai gerakan perdamaian tanpa senjata dan tanpa kekerasan perlu menjadi sesuatu kesadaran baru.
Tidak semua yang dianggap asing adalah jelek, dan tidak semua yang berasal dari lokal itu tidak perlu mengalami perubahan. Kita menjadi baik bukan karena kita memperburuk keadaan orang lain, kita menjadi manusia yang baik dengan cara bekerja sama dan bukan menjatuhkan sesama kita. Terlebih di dalam Kristus kita semua bersaudara. Tidak ada dominasi, intimidasi dan manupulasi di dalam Kerajaan Tuhan.
Mari terus berdoa buat setiap bangsa dan negara di seluruh dunia, semoga Damai Tuhan boleh melingkupi seluruh dunia. Mari terus mengusahakan kesejahteraan kota dimana Tuhan tempatkan kita, dengan juga memperhatikan orang orang yang terpinggirkan, mari mencari Kerajaan Allah dan Kebenaran Tuhan disetiap kesempatan yang ada, mari bangun kesadaran akan anti kekerasan dan saya percaya Kemerdekaan yang sejati dari Tuhan akan kita miliki dimanapun Tuhan tempatkan kita.