Pada tanggal 18 November 2021, delapan orang pelayan Indonesia dan satu hispanik bergabung dalam acara Pertemuan “bangsa-bangsa dan generasi” yang ketiga. Dari berbagai penjuru Amerika Serikat, baik dari Philadelphia, Allentown, California bahkan dari Dallas, TX kami bertemu melalui Zoom.
Acara ini merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Mosaic Mennonite Conference untuk menjalin solidaritas dan membuat ruang yang aman bagi pemimpin kulit berwarna / mayoritas global / non kulit putih untuk dengan berani saling berbagi cerita dan saling menguatkan satu sama lain.
Pertemuan yang sama juga diadakan dalam grup dan bahasa yang berbeda, bahasa Inggris dan bahasa Spanyol yang diadakan di hari dan jam yang berbeda. Kami melakukan pertemuan ini via zoom dikarenakan alasan kesehatan. Kami sebenarnya rindu untuk bertemu langsung, semoga tahun depan kita bisa melakukannya.
Acara dibuka dengan sambutan dari Ps Aldo Siahaan, dan dilanjutkan oleh pujian penyembahan yang dipimpin oleh Ps Danilo Sanchez, yang membawakan lagu “Rohmu yang hidup”, Ya, Roh Tuhan hidup di dalam kita memberi kita kekuataan. Meskipun kami adalah imigrant dan pendatang yang berada di budaya yang asing, kami percaya Roh Tuhan akan membuat kita bertahan dan menjadi berkat bagi bangsa bangsa.
Ps Hendy, membuka sharing singkat dengan Mengutip dari Pengakuan Iman Mennonite artikel ke 10 : Orang Kristen adalah orang asing dan pendatang dalam semua budaya. Namun gereja sendiri adalah bangsa Tuhan,yang mencakup orang orang yang datang dari setiap suku dan bangsa. Misi gereja adalah untuk mendamaikan kelompokkelompok yang berbeda, menciptakan satu umat manusia baru dan memberikan visi di masa depan bahwa suatu hari semua bangsa akan datang ke gunung Tuhan dan berdamai.
Transformasi dan Rekonsiliasi antar budaya diperlukan karena mengutip kutipan dari Dr. Martin Luther King Jr yang berkata “Kita harus menghadapi kenyataan menyedihkan bahwa pada pukul sebelas pada hari Minggu pagi ketika kita berdiri untuk bernyanyi. Kita berdiri di jam dimana umat Kristen paling terpisah di Amerika.” Setelah sharing singkat, pertanyaan diskusi dibagikan, “Apa harapan kita untuk masa depan gereja dan generasi kita masing masing sebagai pendatang dan minoritas?
Ps Virgo Handojo membagikan hasil penelitiannya, mengenai gereja pendatang. Dalam penelitian beliau mengungkapkan bahwa ada 4 jenis model, yang pertama adalah Gereja Separasi, gereja yang misalnya sangat Indonesia sekali dan tidak mau ikut campur dengan budaya lokal di Amerika, model kedua, adalah model Marginal, dimana sama sekali tidak mau menghargai identitas asli dan juga tidak mau mengikuti budaya Amerika, model ketiga adalah Asimilasi, hanya mau mengikuti budaya Amerika saja, dan yang keempat yang ideal adalah Gereja Integrasi, multikulurtural, dimana tetap menghargai identitas Indonesia tetapi juga sangat involve dan terkait dengan budaya Amerika Serikat.
Menjawab pertanyaan diskusi Ps Budi Hananto berbagi cerita pengalamannya berhadapan dengan pemimpin gereja dan jemaat dari budaya yang berbeda, dan bagaimana beliau menjelaskan bahwa kita ini adalah bagian dari tubuh Kristus yang Tuhan ciptakan unik tetapi harus bersatu.
Tema budaya dan kewarganegaraan pun sempat dibahas, bagaimana seseorang bisa saja sudah menjadi warganegara asing tetapi tetap secara budaya masih sangat Indonesia. Banyak juga pembicaraan dan pertanyaan diajukan mengenai bagaimana menjangkau generasi generasi muda yang secara budaya berada diantara dua budaya yang berbeda.
Pak Hadi Sunarto sempat juga mengatakan bahwa kita sebagai pendatang sudah mengalami apa yang dinamakan mutasi, berubah dan tidak sama lagi dengan orang Indonesia yang masih ada di Indonesia, Ps Beny Krisbianto pun menambahkan dengan sebuah guyonan bahwa, “kita ini sebagai orang Indonesia, Indonesianya sudah lewat tetapi Amerikanya belum sampai,” menggambarkan transisi antara dua identitas budaya.
Pertemuan berlangsung sangat hidup, menarik dan saya percaya kami semua yang hadir merasa terbekali dan mendapatkan dukungan dan inspirasi dari cerita-cerita yang dibagikan, banyak bahasa baru dan juga sudut pandang yang segar dalam melihat generasi dan bangsa khususnya kami sebagai pendatang di Amerika ini. Pertemuan ditutup oleh doa dari Ps Budi Hananto, dan kami mengakhiri pertemuan ini dengan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi generasi dan bangsa bangsa.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.