• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Ketika Tidak Ada Yang Berubah, Tetapi Semua Terlihat Berbeda

June 23, 2022 by Cindy Angela

Sejak Pertemuan Delegasi Khusus Mennonite Church USA di Kansas City pada akhir Mei, Konferensi Mosaik telah menyelenggarakan Sesi Mendengarkan bagi delegasi Pertemuan Mosaik untuk berbagi dan mendengarkan satu sama lain. Hampir 100 delegasi berpartisipasi dalam sesi mendengarkan ini yang terjadi secara langsung dan online. (Ada satu sesi mendengarkan terakhir minggu ini dengan para pemimpin dan pendeta berbahasa Indonesia dari seluruh Konferensi kami.)  Keputusan-keputusan yang dibuat di Pertemuan MC USA telah menciptakan beberapa ketidakpastian dalam Konferensi kita sewaktu kita mempertimbangkan keterkaitan kita satu sama lain, pengalaman kita, pemahaman kita tentang teks-teks Alkitab dan iman Kristen kita.

Sebuah permintaan yang jelas muncul dari Sesi Mendengarkan untuk mengklarifikasi posisi Konferensi Mosaik mengenai Resolusi untuk Pertobatan dan Transformasi yang disahkan secara sempit di Pertemuan Delegasi Khusus Kansas City. (Delegasi memberikan suara 267-212 untuk mendukung resolusi tersebut.)   

Kita sekarang hidup dalam realitas perasaan tentang dan tanggapan terhadap pemungutan suara tersebut. Saya berkomitmen secara pribadi untuk aktif dalam hal ini secara terbuka, tanpa cemas, dan dengan kejelasan sebanyak yang dapat saya tawarkan sebagai Pemimpin Eksekutif.

Pada kenyataannya, tidak ada yang berubah untuk Konferensi Mosaik. Resolusi denominasi tidak mengikat untuk konferensi area. Resolusi denominasi menetapkan lintasan untuk kebijakan MC USA tentang bagaimana waktu staf denominasi dihabiskan dan bagaimana sumber daya denominasi dapat didistribusikan; namun, itu tidak mengesampingkan kebijakan, postur, atau posisi konferensi apa pun. Semua dokumen pembentukan Konferensi kami terus berdiri dan membimbing kami, termasuk Pernyataan Kesatuan Gereja : Mengunjungi yang terkucil, Iman dan Hidup, dan Anugrah dan Kebenaran. Dokumen pembentukan Konferensi kami yang mengikat dan didamaikan bersama-sama tetap berlaku, dokumen ini berakar pada Visi Anabaptis karya Harold S. Bender dan Anabaptist Essentials karya Palmer Becker (berikut adalah ringkasan bermanfaat dari pekerjaan Becker). Kami terus mematuhi Pengakuan Iman dalam Perspektif Mennonite.  Kami juga mengakui hubungan global kami melalui Keyakinan Bersama Konferensi Dunia Mennonite. Pernyataan Visi dan misi konferensi kami tetap sama.

Jadi sementara tidak ada perubahan dalam Konferensi kita, sebagian dari kita, mempertanyakan hubungan kita dengan Mennonite Church USA. Bagi sebagian orang, Resolusi untuk Pertobatan dan Transformasi mewakili penyimpangan yang signifikan dari sejarah dan praktik tradisi Kristen selama 2.000 tahun. Ada seruan dalam Konferensi kami untuk segera menjauhkan diri dari denominasi.  Beberapa jemaat dan pemimpin merasa hubungan itu tidak dapat dipertahankan. Yang lain menginginkan lebih banyak waktu untuk mendengarkan, berefleksi, dan membedakan.

Saya percaya pada pekerjaan Roh yang menyatukan Konferensi Mosaik. Kemungkinan kesaksian bersama kita jauh lebih besar daripada yang telah kita jalani. Kami memiliki sejarah lokal yang kuat dan koneksi global. Kami adalah jaringan para pemimpin, pelayanan, dan jemaat yang berkomitmen. Saya percaya pada kekuatan kita, dan saya berkomitmen untuk menavigasi turbulensi ini bersama-sama. 

Kita perlu bersabar dan memberikan waktu bagi kita semua dalam Konferensi Mosaik untuk dapat memahami dan membedakan. Komitmen misi, formasional, dan antarbudaya kita sebagai Konferensi berarti bahwa kerja sama kearifan kita harus mencakup ruang untuk mendengar keragaman perspektif dan pengalaman dan memperhitungkan perbedaan budaya dan bahasa kita.  Kami juga memiliki hubungan yang kuat dengan gereja global, yang juga menanyakan tentang postur masa depan kami sebagai Konferensi Mosaik dalam kaitannya dengan Mennonite Church USA.

Meskipun tidak ada yang berubah, rasanya semuanya telah berubah. Di masa yang tidak menentu kita harus tetap berpartisipasi dalam pergerakan komunitas yang berada dalam pemeliharaan Tuhan, bagian dari kisah panjang Tuhan tentang penebusan dan rekonsiliasi. Sementara jalan ke depan tidak jelas bagi saya, kesetiaan Tuhan jelas. Tuhan menyertai kita, secara individu dan komunal. Denominasi, Konferensi, komunitas, pelayanan, sejarah, masa kini, dan masa depan kita semuanya adalah milik Tuhan.  Saya mengundang masing-masing kita, sebagai komunitas dan individu, untuk beristirahat dalam apa yang kita ketahui dan dalam hal-hal yang tidak berubah yang tetap jelas bagi kita sebagai komunitas Konferensi. Marilah kita kemudian bersandar untuk saling percaya dan pekerjaan Roh sewaktu kita melihat jalan kita ke depan, berpegang pada hal-hal yang kita tahu bertahan: iman, pengharapan dan kasih (I Korintus 13:13)

Filed Under: Articles Tagged With: Conference News, Steve Kriss

Belajar Berkomunikasi

May 26, 2022 by Cindy Angela

Sepuluh persen konflik terjadi karena perbedaan pendapat dan sembilan puluh persen karena cara penyampaian dan nada bicara. Ini adalah salah satu dari kutipan yang dibagikan dalam pelatihan Kepemimpinan, Komunikasi dan Konflik yang diadakan oleh Konferensi dan dibawakan oleh Rev. Al Fuertes, Phd dari Universitas George Mason.

Pelatihan dimulai dengan perkenalan dimana setiap peserta menceritakan apa hal yang unik dari budaya mereka masing masing.  Pelatihan diadakan melalui zoom, terdiri atas 2 sesi dan dibagi kedalam dua hari yang berbeda. Sesi pertama kemarin dihadiri oleh 17 pelayan-pelayan dari gereja Imigran Mosaik dari California,Florida,New York, Pennsylvania dan New Jersey.

Sebuah kesadaran baru tampaknya mulai timbul ketika kami merasa bahwa latar belakang dimana kami dibesarkan mempengaruhi cara kami berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Salah satu peserta pelatihan berkata, “Ketika kami berada bersama orang orang dari budaya yang sama, miskomunikasi jarang terjadi, namun ketika kami berinteraksi dengan orang dari budaya lain, banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan.”

Dalam pelatihan ini para pemimpin diingatkan bahwa dalam ilmu sosiologi ada dua ekspresi budaya yang berbeda satu sama lain. Dimana dua ekspresi budaya ini dikelompokkan kedalam dua budaya, high context dan low context, dimana high context ini sangat kental dengan budaya imigrant, sedangkan low context sangat kental dengan budaya barat.

Para peserta juga diingatkan bahwa sebagai pemimpin kita harus membangun tim, dan memfasilitasi penyelesaian masalah yang membuat organisasi / gereja tidak produktif, penuh rasa frustasi dan kemarahan. Dan bagaimana jika kita tahu bahwa sebenarnya konflik terjadi karena perbedaan cara berkomunikasi karena latar belakang dan budaya yang berbeda. Tentunya sebagai pemimpin kita perlu menjadi fasilitator dan penengah yang baik supaya kesalah pahaman bisa diluruskan.

Sebuah kutipan bagus dari Anita Roddick. “Kunci menyelesaikan masalah dan konflik dalam sebuah organisasi adalah tetap membuka saluran komunikasi selebar lebarnya.” Terkadang ini yang menjadi sebuah tantangan karena kebanyakan dari kami yang mengalami konflik cenderung menutup diri dan memutuskan saluran komunikasi.

Al Fuertes, juga menegaskan bahwa konflik dalam komunitas adalah wajar, tetapi yang perlu dihindari adalah konflik yang mengakibatkan kekerasan. Bahkan konflik yang sehat membawa kesempatan untuk melakukan perubahan. Mari ikuti sesi kedua hari ini di jam dan zoom link yang sama, dan belajar menjadi fasilitator dan komumikator yang baik. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Kepingan Kampung Halaman

May 26, 2022 by Conference Office

Saat saya pertama kali pindah dari kota Surabaya ke kota Philadelphia, saya sempai cemas kalau saya akan kehilangan ke-Indonesiaan saya. Namun, saya cukup terkejut untuk menemukan kekayaan komunitas Indonesia di Philadelphia. Saya tidak pernah pusing untuk mencari bahan masakan Indonesia, restoran Indonesia, bahkan gereja berbahasa Indonesia.

Saya selalu tahu bahwa saya ingin menjadi bagian dari sebuah komunitas, dan saya mencari sebuah gereja untuk bertumbuh dan berkembang. Philadelphia Praise Center (PPC) adalah gereja pertama yang saya hadiri ketika saya pertama kali ada di Philadelphia, dan saya sudah menetap di gereja ini selama hampir satu decade. Melalui gereja ini, saya diperkenalkan akan menjadi seorang Mennonite dan dengan nilai-nilai anabaptisme. Saya dibaptis di ruang bawah tanah gereja di tahun 2016.

Foto disediakan oleh Cindy Angela

PPC adalah salah satu dari beberapa gereja Indonesia yang menjadi bagian dari Konferensi Mosaik. Selain PPC, ada 2 gereja Indonesia lain di Philadelphia Selatan, serta beberapa gereja lain di negara bagian New York dan California. Hanya setelah saya bekerja untuk Konferensi Mosaik-lah baru saya sadar bahwa ternyata banyak juga orang Mennonite di Indonesia, dan saya bersukacita saat mendengar pertemuan raya tahun 2022 Mennonite World Conference akan diadakan di kota Semarang, Indonesia.

Walaupun saya telah diubahkan dan mengalami transformasi setelah keputusan saya untuk mengikut Kristus, saya tidak pernah merasa bahwa saya harus menanggalkan kebudayaan Indonesia saya untuk membuat identitas baru. Namun, saya merasa diundang dan diterima untuk membawa sejarah saya, latar belakang saya dan budaya saya untuk turut serta dalam perjalanan saya dengan Kristus. Dan sekarang, saya ingin membagikan beberapa hal yang saya hargai tentang kebudayaan Indonesia yang masih saya bawa setiap hari.

“Bhinekka Tunggal Ika” 

Motto Indonesia adalah Bhinekka Tunggal Ika. Artinya adalah “berbeda-beda namun satu jua” dalam Bahasa Kawi.

Orang yang kurang familier dengan kebudayaan Indonesia selalu terkejut saat mereka mendengar bahwa: “Saya dan suami saya berasal dari Indonesia, tapi saya bisa berbicara dengan Bahasa yang sangat berbeda dari dia, bahkan dia tidak akan mengerti ucapan saya.”

Walaupun Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Indonesia, masih ada lebih dari 300 bahasa daerah di Indonesia. Saya lahir dan dibesarkan di Surabaya, Jawa Timur, artinya saya juga bisa berbahasa Jawa. Banyak orang Indonesia yang bisa berbicara fasih dalam dua atau lebih bahasa.

Lebih dari bahasa, kita bisa melihat betapa beraneka ragamnya Indonesia terefleksikan dari makanan, kebiasaan, tradisi dan bahkan dari seni batik dari daerah-daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini dilihat menjadi sebuah keindahan. Perbedaan inilah yang mempersatukan kita. Saya diingatkan oleh firman Tuhan dari Roma yang berbicara tentang hal ini:

“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.” (Roma 12:4-5, TB)

“Gotong Royong” 

Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat komunal. Dimulai dari bagaimana kita mengambil keputusan, sampai bagaimana kita melakukan sesuatu. Dalam Bahasa Indonesia, adalah sebuah istilah yang sering dipakai yaitu gotong royong. Kata gotong artinya adalah “untuk membawa” sementara royong artinya “bersama / dengan orang banyak”.

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2, TB)

Gotong royong mengajarkan saya bahwa kita butuh satu sama lain untuk hidup, dan saya pikir bergotong royong bisa menjadi salah satu cara mejuwudkan kasih Kristus kepada orang-orang disekitar kita.

“Buah Tangan” 

Sejak saya masih kecil, Mama saya selalu mengingatkan saya: “jangan datang dengan tangan kosong.” Ada kebudayaan di Indonesia untuk selalu membawakan oleh-oleh atau buah tangan saat kita mengunjungi seseorang.

Itu bisa menjadi magnet kulkas, atau itu bisa dalam bentuk makanan. Oleh-oleh / buah tangan menunjukkan bahwa kita ingat dengan seseorang, dan kita ingin membagikan pengalaman kita kepada mereka.

Seperti buah Roh, kita bisa menanamkan kasih, sukacita, damai dan kebaikan kepada orang lain melalui “buah” tangan kita.

Photo by Cindy Angela

Hal-hal ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak dahulu kala, dan saya bersyukur bahwa saya diberikan kesempatan untuk membagikan kepingan-kepingan dari kampung halaman saya kepada Anda semua. Bukanlah sebuah kebetulah bahwa Tuhan menciptakan dunia ini untuk ditenun sebegitu rupa dengan beragamnya budaya dan bahasa, dan saya menantikan bagaimana Tuhan akan terus bekerja untuk mentransformasi dan menyatukan kita semua melalui perbedaan kita.


Artikel ini pertama kali muncul di kolom blog MC USA dan dicetak ulang dengan izin.

Filed Under: Articles Tagged With: AAPI, Cindy Angela, Philadelphia Praise Center

Perjalanan Menuju Kesatuan Kristus

May 19, 2022 by Cindy Angela

Komunitas Indonesia di Philadelphia Selatan minggu lalu kembali menjadi tuan rumah sebuah acara makan siang bersama yang dihadiri oleh pemimpin kredensial Mosaik di Philadelphia. Tetapi acara makan siang ini bukan acara makan siang bersama karena kita kedatangan seorang tamu istimewa.  

Tamu istimewa itu tidak lain adalah Cesar Garcia yang menjabat sebagai Sekretaris Umum Konferensi Mennonite Sedunia. Beliau terbang dari Toronto, Canada, yang adalah dekat dengan lokasi kantor Pusat Konferensi Mennonite Sedunia. Kunjungan kali ini dalam rangkaian kunjungan kerja di Pantai Timur, AS.  

Foto oleh Cindy Angela

Setelah semua undangan hadir, acara dibuka oleh sambutan Ps Aldo Siahaan disertai sajian es kopi dan lemon tea menyegarkan suasana yang hangat pagi itu. Setelah sambutan Cesar Garcia menyampaikan sharing singkat mengenai kesatuan di dalam Kristus.  

Dalam pembukaan sharingnya Cesar menceritakan konteks bagaimana Pandemi, Perang Ukraina-Rusia, ketegangan antara partai politik, ternyata terjadi juga kurang lebih 100 tahun yang lalu. Tepatnya tahun 1925, dan ditahun yang sama, Pertemuan pertama Konferensi Mennonite Sedunia dilaksanakan di Basel, Swiss, ditengah permasalahan dan perbedaan yang ada selalu ada alasan untuk berkumpul yaitu untuk membantu orang yang memerlukan bantuan.  

Cesar juga menyatakan bahwa meski pertemuan tahunan Konferensi Mennonite Sedunia nanti diadakan di Indonesia bulan July tahun ini, pertemuan Anabaptist sedunia sebenarnya terjadi setiap saat di setiap belahan dunia, bahkan juga terjadi saat ini ditempat ini, karena dimana setiap kita berkumpul disitulah tubuh Kristus berada.  

Foto oleh Cindy Angela

Cesar juga menyatakan bahwa, “Kristus haruslah menjadi alasan yang mempersatukan, bukan bahasa, warna kulit, ras, dan bahkan doktrin, Karena sebenarnya kita semua masih dalam perjalanan menuju kepada kesempurnaan Ilahi.”  

Setelah sharing yang singkat padat dan sangat kontekstual, ruang tanya jawab pun dibuka, satu persatu pertanyaan dijawab dengan tepat sesuai dengan konteks dan kembali kepada Kristus yang adalah pusat. Setelah sesi tanya jawab selesai, Cesar Garcia memberi cinceramata berupa pajangan perjamuan terakhir dimana yang duduk di meja adalah perwakilan dari setiap budaya dan suku bangsa yang berbeda. Cinderamata diterima oleh Marta Castilo, selaku Wakil Pemimpin Eksekutif dari Konferensi Mosaik.  

Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama, dengan sajian Nasi Campur Bali, sajian khas Indonesia dari Pulau Bali, Indonesia lengkap dengan sambal, kerupuk dan minuman teh manis, membawa undangan serasa berada di Bali pada siang hari itu. Acara fellowship dan makan bersama berlangsung hangat, Konferensi juga berterima kasih kepada Marina Setyati yang menyiapkan hidangan yang begitu nikmat.  

Foto oleh Cindy Angela

Kami berdoa mendukung pelayanan Cesar Garcia, dan Konferensi Mennonite Sedunia agar menjadi berkat dan menjadi saksi rekonsiliasi dan perdamaian Kristus di dunia begitu hancur dengan ketidak adilan, perang, dan penderitaan. Semoga damai Kristus memberkati dunia ini dan kita semua boleh menjadi saksi hidup bagi orang lain yang membutuhkan.  

Foto oleh Cindy Angela

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Mencari Suasana Indonesia di Philadelphia Selatan

May 5, 2022 by Cindy Angela

Kiri ke kanan Ps Hendy Matahelemual (ILC), Ps Beth Rauschenberger (Zion), Ps Sonya Kurtz (Zion), Ps Aldo Siahaan (PPC), Ps Jordan Luther (Zion), Ps Beny Krisbianto (NWC) sehabis makan siang di Djakarta Café, Philadelphia 4/5/2022.

Sebuah inisiatif datang dari percakapan antara Pelayan Eksekutif Steve Kriss dan Pemimpin Pelayanan Gereja Zion Mennonite untuk merencanakan kunjungan ke gereja gereja Mosaik Indonesia di Philadelphia. Rencana kunjungan ini diadakan dalam kaitannya dengan Konferensi Mennonite Sedunia di Indonesia tahun 2022. Tanggal yang dipilih adalah 17 July 2022.

“Kita tidak bisa semua pergi ke Konferensi Mennonite Sedunia tetapi kita bisa melakukan perjalanan singkat dan beribadah bersama sama sekaligus belajar dan berbagi pengalaman dan kehidupan berjemaat,” ujar Ps Sonya Kurtz Lead pastor dari Gereja Zion Mennonite.

Setelah saling bertukar pesan melalui email dan sms, akhirnya kami sepakat bertemu di Philadelphia untuk bertemu langsung tatap muka sambil makan bersama, dan juga merencanakan lebih detail lagi apa saja yang perlu dipersiapkan guna melancarkan ibadah bersama kami.

Philadelphia Praise Center, Indonesian Light Church dan Nations Worship Center akan menjadi tuan rumah di gereja masing masing yang akan membuka pintunya bagi jemaat Mosaic dari suburb untuk beribadah dan beramah tamah bersama sama. Dan pastinya setiap ibadah akan ditutup dengan makan siang bersama sama, dimana menu utamanya adalah masakan Indonesia.

Philadelphia selatan terkenal dengan julukan “Kampung Indonesia” dikarenakan ada cukup banyak orang Indonesia yang tinggal disini, dan juga lokasi perumahannya yang saling berdekatan ditambah  dengan banyaknya warung/toko toko kecil yang menjual makanan Indonesia, sehingga nama kampung terkesan lebih cocok dibandingkan dengan kota besar.

Menurut data KJRI tahun 2017 ada sebanyak 5600 orang Indonesia yang tinggal di kota Philadelphia. Tidaklah berlebihan jika ada ide untuk berkunjung ke Philadelphia untuk merasakan suasana Indonesia, karena apa yang ada di Indonesia hampir semuanya tersedia di kota Philadelphia.

Pertemuan perencanaan kami siang kemarin berlangsung sangat akrab, kami percaya bahwa Tuhan Yesus menyatukan apa yang tadinya jauh menjadi dekat, dan juga hubungan personal membuka banyak pintu yang tadinya tertutup. Ketika kami berbagi cerita pengalaman kami dalam melayani bersama ternyata meskipun kami berbeda budaya, bahasa, dan warna kulit ada rasa akrab yang mendalam dan saya percaya ini adalah kerja dari Roh Kudus di dalam gereja gereja Mosaik.

Saya percaya dimulai dari langkah sederhana, hubungan yang dalam dan luas bisa mulai terbangun, jurang pemisah budaya dan bahasa bisa dijembatani dengan solidaritas dan semangat kekeluargaan. Kami semua bersemangat untuk menantikan waktu di mana kami bisa beribadah bersama sama dengan saudara saudari dalam keluarga besar Mosaik Mennonite. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Filed Under: Articles

Sebuah Doa di Masa Kekerasan (A Prayer in a Time of Violence)

April 7, 2022 by Cindy Angela

Kekerasan adalah ekspresi tragis dari kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kekerasan juga sangatlah berlawanan dengan hukum cinta kasih yang Tuhan Yesus ajarkan. “Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain” – Lukas 6:29  

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kekerasan banyak terjadi disekitar kita, Oleh sebab itu sebagai alternatif dari kekerasan yang terjadi di seluruh dunia ini kami sebagai Anabaptist Mennonite percaya bahwa perdamaian, keadilan dan anti kekerasan adalah bagian penting dari apa yang kami percayai dalam mengikut Tuhan Yesus. Berikut penjabaran dari artikel 22, Pengakuan iman dalam sudut pandang Mennonite.  

people inside room

“Kami percaya bahwa perdamaian adalah kehendak Allah. Allah menciptakan dunia dalam damai, dan kedamaian Allah paling lengkap diwahyukan dalam Yesus Kristus, yang adalah kedamaian kita dan kedamaian seluruh dunia. Dipimpin oleh Roh Kudus, kita mengikuti Kristus di jalan damai, melakukan keadilan, membawa rekonsiliasi, dan dan tidak melakukan perlawanan bahkan dalam menghadapi kekerasan dan peperangan. “ 

“Meskipun Allah menciptakan dunia yang damai, umat manusia memilih jalan yang tidak benar dan kekerasan.  Semangat balas dendam meningkat, dan kekerasan berlipat ganda, namun visi semula akan kedamaian dan keadilan yang tidak padam. Para nabi dan utusan-utusan Allah lainnya terus tertuju kepada orang Israel mempercayai Allah daripada senjata dan kekuatan militer.” 

“Kedamaian Allah itu bermaksud untuk manusia dan ciptaan terungkap paling sepenuhnya di dalam Yesus Kristus. Suatu pujian yang riang gembira tentang damai sejahtera memberitakan kelahiran Yesus. Yesus mengajarkan mengasihi musuh, mengampuni kesalahan-kesalahan, dan segera berdamai serta mempunyai hubungan yang benar. Ketika terancam, dia memilih untuk tidak melawan, tetapi menyerahkan hidupnya dengan sukarela. Oleh kematian dan kebangkitanNya, Ia telah menggalahkan kuasa maut dan memberi kita perdamaian dengan Allah. Dengan demikian Ia telah mendamaikan kita dengan Allah dan telah mempercayakan kepada kita pelayanan perdamaian.” 

“Sebagai pengikut-pengikut Yesus, kita berpartisipasi dalam pelayananNya mengenai perdamaian dan keadilan. Dia memanggil kita untuk mendapatkan berkat kita dalam membuat damai dan mencari keadilan. Kami melakukannya dengan semangat kelemah-lembutan, bersedia dianiaya karena kebenaran. Sebagai murid-murid Kristus, kami tidak mempersiapkan diri untuk perang, atau berpartisipasi dalam perang atau militer. Roh yang sama yang memberi kuasa atas Yesus juga berkuasa atas kita untuk mengasihi musuh, untuk mengampuni daripada untuk membalas dendam, untuk membina perdamaian,untuk bergantung pada komunitas orang-orang percaya untuk menyelesaikan perselisihan, dan untuk mengalahkan kejahatan tanpa kekerasan.” 

“Dengan pimpinan Roh Kudus, dan permulaan dalam gereja, kami menyaksikan kepada semua umat bahwa kekerasan bukanlah kehendak Allah. Kami bersaksi menentang segala bentuk kekerasan, termasuk perang antar bangsa, permusuhan antara ras dan kelas, pelecehan pada anak dan perempuan, kekerasan antara laki-laki dan perempuan, pengguguran bayi, dan hukuman mati. Kami memberikan loyalitas kami yang utama kepada Allah, sumber kasih karunia dan damai sejahtera, yang memimpin gereja setiap hari dalam menggalahkan kejahatan dengan kebaikan, yang memampukankan kita untuk melakukan keadilan, dan yang membantu kita di dalam pengharapan mulia dari pemerintahan Allah yang damai. “ 

silhouette of kneeling man

Mari kita bersama membawa dalam doa untuk setiap konflik kekerasan yang terjadi saat ini, agar perdamaian, keadilan dan semangat anti kekerasan bisa terwujud, berdoa untuk konflik- konflik yang terjadi hari ini:  

  • Perang Russia dan Ukraina 
  • Perang saudara di Afghanistan, Myanmar, Yemen, Syria 
  • Perang obat terlarang di Mexico dan Colombia 
  • Perang antar etnik di Sudan Selatan 
  • Perang melawan terorisme di negara-negara Afrika 
  • Perang melawan kekerasan bersenjata di Papua Barat, Indonesia 
  • Kejahatan kebencian dan kekerasan bersenjata di kota kota di Amerika Serikat 

Dan tentunya masih banyak lagi kekerasan yang terjadi diluar dari yang bisa disebutkan di atas. Mari kita menjadi pembawa damai, di dunia yang haus akan perdamaian. Doa dan bantuan kita sangat berarti, mari mendukung perdamaian dan anti kekerasan. Mari berdoa:  

Bagi mereka yang terluka oleh kekerasan: keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai dan mereka yang mengalami luka fisik, Tuhan yang Maha pengasih, berikan mereka kenyamanan yang penuh, jadilah bagi mereka sumber penyembuhan dan tempat peristirahatan yang aman. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami   

Bagi mereka yang berusaha menyakiti orang lain, Tuhan yang Maha pengasih, lembutkan hati mereka dan tenangkan pikiran mereka. Semoga kebencian diganti dengan kasih, kekerasan dengan kedamaian dan kegelapan dengan cahaya-Mu. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami   

Bagi kami yang membaca doa ini, jadikan kami saksi perdamaian dalam interaksi kami sehari-hari dan mengadvokasi perdamaian di dunia. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami   

Bagi mereka yang telah meninggal karena kekerasan, semoga mereka disambut dengan paduan suara malaikat dan mengalami kedamaian dan sukacita kekal-Mu. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami 

 Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.

silhouette of man

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Kuning, hitam dan putih

March 31, 2022 by Cindy Angela

Di alam sekitar kita, kuning adalah warna bunga bakung dan bunga matahari, menandakan munculnya musim semi, membawa harapan, optimisme dan pencerahan. Namun di Amerika Serikat, warna kuning dipersenjatai menjadi warna kebencian bagi orang orang Asia.

Sampai dengan saat ini kekerasan terhadap orang Asia di Amerika masih terus terjadi. Hampir setiap hari ada saja cerita dan berita mengenai pemukulan, penusukkan, dan penembakkan yang mentargetkan orang Asia. Dan sayangnya kasus yang terjadi di lapangan lebih banyak daripada yang bisa dilaporkan.

Sunflower, Blossom, Bloom, Flower, Yellow, Emotions

Rasisme terhadap orang Asia di Amerika bukanlah hal yang baru ini sudah terjadi sepanjang sejarah menulis. Tetapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi kenaikkan yang cukup signifikan beberapa tahun kebelakang ini. Bagaimana gereja menyikapi hal ini? Apa pesan yang disampaikan kepada jemaat? Bagaimana sebagai komunitas Asia kita bisa melewati pencobaan ini?

Sebagai gereja Imigrant Asia di Amerika Serikat, Ibadah minggu adalah sebuah tempat dimana kita jemaat dikuatkan, dan diperlengkapi agar siap untuk menghadapi tantangan sehari hari. Firman Tuhan dan Persaudaraan antara saudara-saudari seiman adalah satu satunya yang bisa menopang kehidupan pribadi.

Surat Paulus terhadap jemaat di Roma, menjadi salah satu pegangan kita bahwa ditengah tengah kesengsaraan ada sebuah ujian yang menghasilkan ketekunan, dimana ketekunan menghasilkan kekuatan dan pengharapan. (Roma 5: 3-4). Sebagai komunitas immigrant, berita baik dalam Alkitab menjadi sumber kekuatan yang tidak ada habis habisnya.

Hands, Team, United, Together, People, Unity, Teamwork

Yesus menjadi model nyata bagaimana hidup sebagai minoritas di dalam budaya mayoritas yang tidak adil dan penuh kekerasan dan diskriminasi. Iman pribadi kami sebagai bagian dari komunitas imigran teruji. Tentunya selain iman, langkah pencegahan, pemulihan dan perbaikan perlu dilakukan.

Beberapa waktu lalu Philadelphia Praise Center menjadi tuan rumah pembagian peluit kuning. Peluit kuning adalah simbol perlindungan diri dan solidaritas dalam perjuangan bersama melawan diskriminasi historis dan kekerasan anti-Asia. Peluit ini adalah alat sederhana dengan tujuan universal, memberi sinyal bahaya dan meminta bantuan untuk semua orang yang tinggal di Amerika.

Secara struktural rekonsiliasi antar setiap lapisan masyarakat perlu terjadi agar hal ini tidak terulang kembali di masa depan. Tetapi bukan mengecilkan setiap usaha usaha yang ada namun Firman Tuhan jelas berkata, bahwa pemulihan dan rekonsiliasi yang sejati hanya akan terjadi di dalam Yesus.

Hanya dengan perdamaian oleh darah salib Kristuslah, Ia datang mendamaikan kita semua (Kolose 1:20). Oleh sebab itu peran gereja adalah menjadi pintu sekaligus jembatan antara budaya, ras, suku, golongan, untuk bisa saling menjalin hubungan yang otentik diluar hubungan transaksional dan organisasional semata mata

Dosa supremasi kulit putih perlu diakui, karena inilah yang mengakibatkan hierarki ras dimana minoritas berlomba lomba ingin menjadi “putih”. Oleh sebab itu kita mengenal istilah model minoritas, dimana standard sukses sudah ditetapkan dan perlombaan pun dimulai, sayangnya dalam perlombaan ini tidak ada yang menjadi pemenang, karena sebenarnya kita ini semua adalah satu ras: manusia.

Iblis begitu pandai memanipulasi keadaan ini, perbedaan yang seharusnya memperkaya malah menjadi pemecah. Oleh sebab itu doa dan tindakan nyata perlu dilakukan lebih dari simbolisme semata mata. Perlu menjadi pertanyaan yang perlu dijawab oleh setiap gereja gereja imigrant Asia, kulit putih,kulit hitam, dan hispanik langkah konkrit apa yang bisa kita lakukan dalam mempersatukan setiap budaya dan warna kulit yang beragam ini?

Safwat Marzouk, dalam bukunya “Gereja Interkultural: Visi Alkitab di Era Migrasi” menawarkan visi Alkitabiah tentang apa artinya menjadi gereja antarbudaya, yang menumbuhkan keragaman yang adil, mengintegrasikan artikulasi budaya iman dan ibadah yang berbeda, dan mewujudkan alternatif untuk politik asimilasi dan segregasi.

Visi Alkitabiah ini memandang perbedaan budaya, bahasa, ras, dan etnis sebagai karunia dari Tuhan yang dapat memperkaya ibadah gereja, memperdalam rasa persekutuan di gereja, dan memperluas kesaksian gereja terhadap misi rekonsiliasi Tuhan di dunia. (Ikuti webinarnya secara langsung di halaman Facebook Mosaic Mennonite Conference, 21 April 2022, jam 7.00 PM)

Mari kembalikan warna kuning menjadi warna harapan, hitam menjadi warna keberanian, dan putih menjadi warna perdamaian. Mari kita terus mendoakan khususnya setiap korban kekerasan, berdoa untuk perdamaian dan rekonsiliasi, berdoa setiap roh-roh xenophobia boleh dipatahkan di dalam nama Yesus. Dan biarlah kuasa darah Yesus tercurah atas setiap kita, sehingga dengan kuasa Roh Kudus kita sebagai pengikut Yesus bisa menjadi agen agen perdamaian dan rekonsiliasi antar warna kulit, budaya, dan kelompok. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Pengakuan Tanah

March 23, 2022 by Cindy Angela

Selalu akan ada hal baru yang kita pelajari ketika kita mengambil bagian dalam pekerjaan rekonsiliasi yang Tuhan Yesus kerjakan. Salah satu hal yang baru saya pelajari yang erat kaitanya dengan rekonsiliasi adalah adalah Praktek Pengakuan tanah, atau “Land Acknowledgment”.

Pengakuan Tanah atau Land Acknoledgment adalah sebuah praktek memberikan pernyataan formal yang mengakui dan menghormati penduduk asli yang terlebih dahulu memelihara tanah ditempat dimana kita berada dan juga hubungan yang tetap ada antara penduduk asli dan tanah tersebut.

Panoramic Photography of Green Field

Praktek ini menjadi suatu hal yang dilakukan ketika terjadi kesadaran baru di Amerika Serikat mengenai penindasan sistemik, anti-rasisme, dan supremasi kulit putih terhadap penduduk asli dan orang kulit berwarna. Meski bersifat simbolik tetapi ini sangat membantu kesadaran khususnya mengenai sejarah penindasan dan dominasi yang perlu diingat dan tidak boleh dilupakan agar supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Ketika saya menulis artikel ini, saya sedang berada di kota Philadelphia, PA yang merupakan tanah yang dimiliki dan dipelihara oleh suku Lenni Lenape sebelum pendatang dari Eropa menduduki wilayah ini dan memaksa suku Lenape untuk keluar dari wilayahnya. Suku Lenni Lenape adalah satu dari 574 suku, penduduk asli Amerika, yang menduduki wilayah yang sekarang adalah negara bagian Pennsylvania Timur, New Jersey, Delaware, dan New York.

Black and White Photo of the Benjamin Franklin Bridge

Konflik perebutan tanah antara pendatang dan penduduk asli bukanlah yang baru dan bahkan masih terjadi sampai dengan saat ini di berbagai belahan dunia. Yang memiliki kekuatan lebih besar biasanya akan menyingkirkan yang paling lemah.

Pengakuan tanah penting supaya kita bisa menyadari bahwa konflik dan krisis terkadang tidak terlihat dan tersembunyi dibalik budaya, norma, dan kekuasaan yang sedang berjalan. Dan menyadari bahwa ada “dosa”, “krisis” dan “konflik” yang perlu didamaikan dan diselesaikan secara tuntas, dimana kecenderungan yang ada adalah untuk melupakan dan menutup nutupi. Luka jika belum kering ditutupi akan menjadi borok, dan inilah yang menjadi akar permasalahan yang ada di masa datang.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menulis,” Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (2 Korintus 5:18)

Sebagai agen perdamaian pengakuan akan penderitaan yang seseorang / kelompok / budaya alami adalah sebuah langkah awal dari perjalanan transformasi bersama sama. Pengakuan tanah adalah salah satunya, mengakui bahwa pada suatu masa di dalam sejarah terjadi penindasan, pencurian, dominasi yang terjadi oleh pendatang terhadap penduduk asli.

Tanpa pengakuan “dosa” (baik dosa pribadi, kelompok) pertobatan tidak akan terjadi. Mari menyadari bahwa kita adalah bagian dari sistem dunia yang penuh dengan dosa, dan hanya dengan pengakuan, pertobatan, dan penebusan Yesus dikayu saliblah rekonsiliasi bisa terjadi.

Close-Up Shot of a Butterfly on a Flower

Sebagai bagian dari komunitas pendatang di Amerika Serikat pemahaman mengenai pengakuan ini menjadi suatu cermin bagi kita, bagaimana menjadi agen perdamaian dalam menghadapi konflik dan krisis yang terjadi di tanah ini dimana antar budaya / kelompok saling bergesekan satu sama lain. Berita baiknya adalah, Tuhan ada bersama sama dengan kita, Tuhan panggil kita menjadi pembawa damai, dan Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 8
  • Go to page 9
  • Go to page 10
  • Go to page 11
  • Go to page 12
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 17
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use