• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Harapan untuk Masa Depan

February 9, 2023 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Minggu lalu saya baru menghadiri acara Hope for the Future di Atlanta, Georgia. Acara ini merupakan pertemuan tahunan yang dihadiri oleh para pemimpin kulit berwarna (BIPOC) di MC USA, yang bertujuan untuk memperlengkapi, saling menguatkan dan menjalin hubungan satu sama lain.

Menarik bahwa pertemuan kali ini dihadiri oleh 12 orang pemimpin berdarah Asia, dimana di dunia Mennonite hal ini sangat jarang sekali terjadi. Dan hampir setengahnya berasal dari Konferensi Mennonite Mosaik, dan 4 diantaranya berasal dari Indonesia termasuk saya sendiri.

Pemimpin Pelayanan berlatar belakang Asia di acara Hope for the Future (Harapan untuk Masa Depan)

Saya pernah mendengar cerita dari seseorang yang pernah menjadi Konsulat Jenderal Indonesia untuk Amerika Serikat mengenai Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Ia berkata Indonesia merupakan negara keempat terbesar dari jumlah populasi di seluruh dunia, tetapi mengapa jumlah orang Indonesia yang bekerja di PBB sangat sedikit. Ia berkata secara proporsional harusnya lebih banyak lagi.

Tentunya ada banyak faktor yang mempengaruhi hal ini. Tetapi saya melihat di lingkaran gereja-gereja sudah mulai ada perubahan yang cukup signifikan. Misalnya di Mennonite Mission Network sekarang sudah memperkerjakan dua orang yang memiliki latar belakang dari Indonesia. Mosaik sendiri sekarang memiliki tiga pekerja pelayanan berlatar belakang Indonesia.

Mosaik Board and Staff di acara HFF, Atlanta, GA

Perkembangan ini tentunya tidak terlepas dari batas batas wilayah geografis yang semakin hari semakin pudar. Perpindahan penduduk tidak bisa lagi dibatasi oleh peraturan peraturan yang kaku. Masa depan adalah setiap negara adalah multinasional dan multikultur.

Bersyukur untuk visi dari Konferensi Mosaic adalah Intercultural atau Antar Budaya, dimana meskipun berada di budaya dominan yang berbeda budaya minoritas bisa menjadi garam dan terang ditengah tengah budaya lain. Memberi warna dan rasa ketimbang tertekan dan terasimilasi, inilah sebuah harapan untuk masa depan gereja-gereja di dunia.

Saya percaya konferensi Mennonite Mosaik yang mayoritas berasal dari Budaya Eropa, Swiss Jerman bisa bersama sama membentuk komunitas Intercultural  dimana Identitas masing masing memberi warna Identitas komunal sebagai Tubuh Kristus, dimana Yesus adalah kepala.

Tentunya jalan masih panjang dimana kecenderungan tiap tiap budaya untuk tinggal di dalam gelembung budayanya sendiri masih besar. Terlebih lagi dimana trauma-trauma antar generasi belum pulih betul. Tetapi saya percaya dimana ada keterbukaan disitu ada pemulihan.

Semakin setiap cerita dan kesaksian timbul disitulah hubungan terbangun, dan kesadaran bahwa sebenarnya kita memiliki persamaan yang jauh lebih banyak daripada perbedaan. Meskipun warna kulit dan mata kita berbeda, darah kita sama sama merah dan tulang kita sama sama putih. Meski kita berbeda secara budaya, bahasa, kebiasaan, Tuhan yang kita sembah dan Buku suci yang kita baca sama.

Tuhan Yesus mati buat kita semua, dimana darah-Nya menyatukan kita, yang tadinya jauh menjadi dekat. Sehingga saya percaya visi Tuhan bagi gereja, dalam Wahyu 7:9 sudah mulai terwujud,   Sesudah itu saya melihat lagi, lalu nampak lautan manusia yang luar biasa banyaknya–tidak ada seorang pun yang dapat menghitung jumlahnya. Mereka adalah orang-orang dari setiap bangsa, suku, negara, dan bahasa.” Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Gereja dan Budaya

January 26, 2023 by Cindy Angela

Refleksi dari Pertemuan Indonesian Pastors and Leaders Gathering

Oleh Hendy Matahelemual

Gereja dan Budaya menjadi topik yang akan dibahas dalam pertemuan pastor-pastor dan pemimpin pelayanan berbahasa Indonesia di Konferensi Mosaik. Topik Gereja dan Budaya akan dibahas sepanjang tahun 2023. Pertemuan ini dirancang diadakan satu bulan satu kali melalui zoom.

Pertemuan bulan ini dihadiri oleh beberapa pemimpin pelayanan yang kompeten sebagai narasumber. Pastor Virgo Handojo,PhD (JKI Anugerah), Pastor Aldo Siahaan (PPC) , Pastor Lindy Backeus (EMU), PhD, Pastor Stephen Zacheus (JKI Anugerah), dan saya sendiri.

Pertemuan dibuka dengan doa dan pembacaan ayat Firman Tuhan yang diambil dari Kitab Roma 12:2 (BIS): “Janganlah ikuti norma-norma dunia ini. Biarkan Allah membuat pribadimu menjadi baru, supaya kalian berubah. Dengan demikian kalian sanggup mengetahui kemauan Allah–yaitu apa yang baik dan yang menyenangkan hati-Nya dan yang sempurna.”

Pastor Lindy membagikan kesaksian singkat, dimana ia melihat Mennonite memiliki tradisi untuk melawan budaya yang ada, menyendiri dan menjaga jarak, tetapi kemudian bertransformasi dimana Gereja ingin membawa dampak dan mengubah budaya dan tidak dirubah oleh budaya sebagaimana diingatkan oleh Roma 12. Dan ini merupakan pergumulan yang dihadapi Gereja-gereja di Konferensi Mosaik saat ini.

Pastor Virgo Handojo, memberikan pandangan dalam kacamata praktis psikologi dimana faktor kasih menjadi hal yang utama dimana orang bisa menjadi kuat menghadapi dan berinteraksi dengan budaya sekitarnya. Khususnya para imigran Indonesia dalam pergumulannya di Amerika Serikat, apakah akan tetap memegang budaya Indonesia, meninggalkan budaya Indonesia dan mengakomodasi budaya dominan atau mengambil nilai-nilai yang baik dan menyesuaikannya dengan budaya Indonesia.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa imigran yang mengambil kearifan budaya asal dengan juga mengambil nilai-nilai yang baik dari budaya lokal dominan ditambah dengan memberi tempat tertinggi dari ajaran gereja mengenai Kasih dan Kebenaran, akan menghasilkan pribadi pribadi dengan resiliensi yang tinggi. Dimana para imigran ini tidak menyendiri tetapi berada ditengah-tengah budaya, menyuarakan kebenaran, menjadi garam dan terang bagi budaya dan masyarakat yang ada disekitarnya.

Tantangan sebagai komunitas orang percaya adalah bagaimana kita membuka Firman, mengartikan budaya sekitar dan mencari Firman Tuhan yang tepat untuk diaplikasikan sesuai dengan konteks masing masing (kontekstualisasi).

Dalam konteks Gereja Imigran khususnya di Philadelphia, Pastor Aldo Siahaan mengemukakan bahwa tantangan Gereja adalah bagaimana menjadi Gembala yang Baik, supaya orang orang percaya tidak meninggalkan Firman Tuhan dan lebih mempercayai budaya dominan, dalam hal ini budaya Amerika.

Sebagai imigran Indonesia kita perlu bangga dengan kearifan budaya lokal kita, masalahnya banyak orang Indonesia khususnya di Amerika tidak bangga dengan budaya Indonesia, ujar Pastor Stephen Zacheus. Hal ini disebabkan mungkin trauma-trauma yang didapati di Indonesia seperti peristiwa 98, dll, tetapi muncul harapan ketika situasi Indonesia menjadi lebih baik, sehingga budaya Indonesia bisa kembali menjadi sorotan.

Mari kita sama-sama berdoa supaya gereja, komunitas orang percaya bisa mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, dan menjalankannya sesuai dengan tempat dimana kita ditempatkan masing-masing oleh Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, Indonesian Pastors and Leaders Gathering

Gereja dan Budaya

January 12, 2023 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Persoalan klasik yang dihadapi gereja adalah bagaimana berinteraksi dengan budaya sekitarnya. Karena Gereja sendiri adalah kumpulan orang-orang percaya yang juga hidup dipengaruhi dan mempengaruhi budaya sekitar dimana mereka berada.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma secara tegas menulis bahwa pengikut Kristus haruslah menjadi orang orang mempengaruhi dunia dan bukan sebaliknya, Ia berkata demikian, “Janganlah ikuti norma-norma dunia ini. Biarkan Allah membuat pribadimu menjadi baru, supaya kalian berubah. (Roma 12:2 BIS)

Pergeseran tatanan sosial budaya di dalam masyarakat yang senantiasa berubah mengikuti perkembangan jaman. Membuat Kekristenan harus senantiasa memposisikan dirinya ditengah tengah masyarakat dan sekaligus juga merespon tantangan budaya yang senantiasa membawa polarisasi dan perbedaan pendapat khususnya di dalam komunitas gereja.

Dalam Pertemuan tahunan Konferensi Mennonite Mosaik pada bulan November tahun lalu menjadi saksi bahwa perbedaan pandangan khususnya mengenai seksualitas membuat gereja sebagai komunitas percaya harus kembali merespon dan memposisikan dirinya sekali lagi.

Sebagai komunitas rohani yang percaya akan tuntuntan Roh Kudus dan kepemimpinan Yesus di dalam komunitas orang percaya, Konferensi Mosaik percaya bahwa gereja melalui kesepakatan dan pergumulan bersama mampu memberikan jawaban bukan saja isu seksualitas melainkan isu-isu kontroversial lain yang ada di dalam budaya.

Oleh sebab itu Perkumpulan Pendeta dan pemimpin kredensial berbahasa Indonesia dalam Konferensi Mosaik bersepakat membahas dan membicarakan peran Gereja dalam Budaya di dalam pertemuan bulanan sepanjang tahun 2023 ini.

Pertemuan bulanan ini biasanya jatuh pada hari Kamis setiap Minggu ketiga. Dihadiri oleh setiap pemimpin kredensial Konferensi Mosaik dan juga terbuka bagi para pelayan dan para hamba Tuhan lainnya. Pertemuan ini diselenggarakan dan diadakan melalui pertemuan zoom dan menggunakan bahasa Indonesia.

Pastor Virgo Handojo dari JKI Anugerah, Sierra Madre, California, Pastor Aldo Siahaan dari Phialdelphia Praise, bersama dengan para pendeta pendeta lainnya yang tergabung dalam Konferensi Mosaik akan bersama sama menjadi nara sumber dalam acara ini,

Diperlukan kerendahan hati, kasih dan keterbukaan dan kepekaan akan tuntunan Roh Kudus agar kita semua bisa meresponi budaya dengan respon yang baik sebagaimana Tuhan Yesus sendiri telah menjadi panutan kita semua dalam pelayanannya di muka bumi ini 2000 tahun silam.

Dan saya percaya setiap isu-isu kontroversial yang memiliki potensi untuk memecah belah tubuh Kristus perlu disikapi dan diresponi dengan baik. Mari kita ikuti apa yang Rasul Paulus tulis kepada jemaat di Korintus, “Mari kita hilangkan segala perasaan sakit hati, dendam dan marah. Jangan lagi ada perasaan benci atau perasaan lain semacam itu. Sebaliknya, hendaklah kalian baik hati dan berbelaskasihan seorang terhadap yang lain, dan saling mengampuni sama seperti Allah pun mengampuni kalian melalui Kristus. – (Efesus 4:31-32 BIS) Salam Damai di dalam Kristus.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Dorongan Wirausaha Roh Kudus

January 11, 2023 by Conference Office

Oleh Stephen Kriss

Minggu ini saya menghadiri pemakaman David G Landis di Gereja Mennonite Blooming Glen (PA). David membantu mengelola sebuah pasar lokal kecil di Telford, PA untuk menjadi jaringan supermarket regional milik keluarga, yang pada dasarnya menjalankan bisnis berdasarkan Aturan Emas (Mat 7:12). Gedung pertemuan yang dipakai sebagai rumah duka penuh sesak. Semangat kewirausahaan David dan kemampuannya untuk melakukan bisnis yang baik sambil tetap berkomitmen dan terlibat dengan gereja, dan membangun keluarga dengan komitmen yang sama, sepatutnya kami rayakan bersama sama. Dave dan istrinya, Carolyn, menyambut saya sebagai “penyelundup” dari Pennsylvania Barat, dengan penghargaan, tantangan, dan kasih di komunitas Mennonite di Pennsylvania Tenggara.

Duduk di beberapa bangku di depan saya, Cory Longacre, bendahara Konferensi kami. Ayah Cory, Henry Longacre, meninggal musim panas lalu. Saya juga menghadiri pemakamannya di Gereja Swamp Mennonite di Quakertown, PA. Henry telah melayani di komite properti Konferensi kami sampai kematiannya. Kehidupan Henry juga sangat dibentuk oleh gereja dan kapasitas kewirausahaannya sendiri. Henry, juga, memasukkan saya dengan cara yang tidak pernah saya duga dengan rasa hormat, perhatian, dan tantangan. Saya berterima kasih atas pertanyaan, bimbingan, dan warisan keluarganya.

Pada tahun 1980-an, kedua pria tersebut membantu membentuk bagian penting dari Konferensi kami dengan gagasan untuk membeli properti komersial di Souderton, PA yang dapat membantu mempertahankan dan memperluas pelayanan kami. Bersama dengan Wayne Clemens (jemaat Perkasie), Henry Rosenberger (jemaat Plains), dan Bryan Hunsberger (jemaat Souderton), orang-orang ini memimpikan suatu waktu dan tempat ketika kita mungkin membutuhkan kapasitas pendapatan tambahan untuk memperluas apa yang disebut sejarawan John Ruth sebagai “ persekutuan yang benar.”

Sebagai hasil dari pandangan ke depan mereka, properti komersial sekarang membantu mencocokkan setiap dolar donor yang diterima Konferensi Mosaic. Ini juga membantu mendukung Dana Hibah Operasional Misi kami yang mendukung inisiatif baru. Dan, itu menyediakan ruang bagi pelayanan Care and Share Shoppes yang berkembang pesat, sebuah Pelayanan Terkait Konferensi yang menghasilkan hampir satu juta dolar setiap tahun untuk pekerjaan Komite Pusat Mennonite. Itu juga merupakan rumah bagi cabang toko Ten Thousand Villages dan praktik medis.

Kami telah diberkati oleh para pebisnis yang memadukan kecintaan mereka yang mendalam kepada gereja dengan pengambilan risiko dan keterampilan keuangan mereka untuk membantu mempertahankan pelayanan kami dalam jangka panjang. Kolaborasi dan karisma mereka berarti bahwa kami adalah komunitas Anabaptis yang berbeda. Saya berkomitmen untuk menghormati warisan mereka melalui pekerjaan dan pelayanan kita. Injil berarti memperlakukan sesama kita dengan baik tidak peduli siapa mereka atau seberapa dekat mereka tinggal dengan kita. Saya melihat semangat kewirausahaan ini berkembang baik di komunitas Mosaic kami yang tradisional maupun komunitas yang baru muncul.

Saat kita melihat tahun 2023, kita tidak bertanggung jawab jika tidak mengakui tantangan di depan kita, tetapi kita juga perlu mengakui iman kita kepada Yesus dan warisan dari para pendeta dan pemimpin yang telah mendahului kita. Kita dipanggil untuk menjadi setia dan juga berwirausaha, pastoral dan apostolik.

Saya memulai tahun ini dengan komitmen baru untuk pekerjaan kita, membangun di atas fondasi setia kita dan kapasitas dunia kerja, pasar dan pelayanan kita. Kita tahu bahwa Yesus adalah Tuhan atas semuanya itu. Meskipun menantang, penting juga untuk membawa iman ini ke masa depan bersama-sama, dari penanaman gereja terbaru kita yang terbentang dari Tijuana, Meksiko hingga Baltimore, upaya misi kita di masa lalu yang berakar di Vermont dan North Jersey, komunitas Mosaic terbaru kita di Florida, dan komunitas kami dengan kuburan para saksi di awan yang berusia 300 tahun seperti West Swamp dan Towamencin. Kemantapan dan dorongan kewirausahaan dari Roh tidak hanya akan menopang kita tetapi juga membawa kita ke tempat-tempat yang bahkan belum pernah kita bayangkan.

Semoga tahun baru penuh dengan kemungkinan dan harapan. Semoga kita bekerja dengan iman dan kasih yang teguh. Terpujilah nama Tuhan.

Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita

EFESUS 3:20 (TB)

Stephen Kriss

Stephen Kriss adalah Pemimpin Pelayan Eksekutif dari Konferensi Mosaic.

Filed Under: Articles Tagged With: Steve Kriss

Persiapan Natal

December 22, 2022 by Cindy Angela

Oleh Hendy Matahelemual

Hari Natal natal adalah sesuatu yang sangat dinanti nantikan oleh umat Kristen. Hari kelahiran sang Juru Selamat manusia, Yesus Kristus, Imanuel, Allah beserta kita. Gereja gereja sibuk mempersiapkan kebaktian natal spesial mereka yang unik dan meriah.

Tim Musik ILC memimpin pujian dalam Perayaan Natal ILC pada 18 Desember 2023.

Tetapi tahun ini ada sebuah persiapan  yang melebihi dari persiapan acara Natal saja yang beberapa Gereja Imigran Indonesia lakukan. Persiapan hati dan rohani.

Pada akhir November beberapa Gereja Indonesia di Konferensi Mosaik melakukan retreat gabungan thanksgiving bersama sama. Gereja Nations Worship Center dan Gereja Bethany New York melakukan retreat gabungan di Maryland, sedangkan Gereja Indonesian Light mengadakan retreat gabungan bersama sama dengan Gereja Philadelphia Praise di Lancaster, PA.

Retreat gabungan gereja-gereja adalah sesuatu yang sudah biasa kita lakukan bersama sama, karena banyak sekali keuntungan yang didapat khususnya harga yang murah jika ingin memesan tempat penginapan. Dan juga dengan bergabung lebih banyak sumber daya yang bisa mengerjakannya lebih dari jika hanya mengadakan acara sendiri.

Retreat Thanksgiving NWC dan BECC New York
Retreat gabungan PPC dan ILC dari Konferensi Mennonite Mosaik

Dan setelah retreat selesai banyak kesaksian perubahan dan pemulihan yang terjadi. Baptisan juga seringkali diadakan ketika retreat berlangsung. Dimana ada kesatuan disitulah Roh Tuhan bekerja dengan luar biasa dahsyat.

Masa Advent dan Natal kali ini juga begitu unik karena berlangsung bersamaan dengan acara Piala Dunia Sepakbola 2022 yang diikuti dan dirayakan secara meriah di seluruh dunia. Hal ini mengingatkan kita akan perayaan Natal hari Kelahiran Tuhan Yesus yang tentunya jauh lebih berarti dan layak untuk kita peringati bersama sama. Selamat Natal dan Tahun baru 2023, Tuhan Yesus beserta kita.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Mosaik memutuskan untuk mengevaluasi ikatan MC USA

December 13, 2022 by Cindy Angela

Oleh Tim Huber, Anabaptist World

Versi terjemahan dari artikel “Mosaic decides to evaluate MC USA ties” yang di terbitkan oleh Anabaptist World.

Konferensi Mennonite Mosaik dari Gereja Mennonite USA memulai proses perencanaan strategis dua tahun untuk “menjelaskan” hubungannya dengan MC USA dan komunitas Anabaptis lainnya.

Delegasi di pertemuan tahunan Mosaik menyetujui rencana tersebut dengan dukungan 81,5% pada 5 November di Gereja Souderton Mennonite di Pennsylvania.

Persatuan dari bekas konferensi Franconia dan Distrik Timur, Mosaic adalah salah satu badan terbesar MC USA, dengan lebih dari 8.000 anggota (dari 56.000 MC USA) di hampir 100 jemaat dan pelayanan di seluruh AS.

Pada bulan Juli, dewan konferensi Mosaik membentuk gugus tugas untuk memimpin proses mendengarkan dan meninjau hubungan. Banyak jemaat, pendeta, dan pemimpin Mosaik mendesak tindakan karena ketidakpuasan dengan proses dan hasil sesi delegasi MC USA di bulan Mei. Pada pertemuan itu, para delegasi membatalkan Pedoman Keanggotaan denominasi, yang telah melarang pendeta meresmikan pernikahan sesama jenis, dan menyetujui resolusi “Pertobatan dan Transformasi” yang menegaskan LGBTQ.

“Kebanyakan orang mengatakan bahwa ketegangan bukanlah hal baru, tetapi ketegangan telah meningkat sejak sesi delegasi khusus,” kata Stephen Kriss, menteri eksekutif Mosaik. Dia mengatakan setidaknya seperempat dari jemaat Mosaic meminta Mosaik untuk mundur dari MC USA setelah sesi delegasi.

“Banyak ketegangan yang kita lihat di Mosaik tidak unik bagi kita,” kata Kriss. “namun terjadi di seluruh denominasi.

Sebuah dokumen yang disiapkan untuk pertemuan Mosaic mencatat bahwa resolusi “Pertobatan dan Transformasi” tidak mengikat, bahwa tidak ada perubahan yang diperlukan untuk konferensi atau jemaat, bahwa keputusan kredensial tetap berada di tingkat konferensi dan bahwa tidak ada rencana untuk mengubah Pengakuan Iman dalam Perspektif Mennonite.

“Tidak ada yang berubah di Kansas City khususnya untuk Mosaik, tetapi itu mengubah siapa Mennonite Church USA,” kata Kriss. “Dan jika kami sebagai sebuah konferensi mengatakan bahwa kami bukan hanya bagian dari Mennonite Church USA tetapi kenyataannya kami adalah Mennonite Church USA, hubungan dan akuntabilitas menjadi landasan bagi kami. . . . Untuk beberapa jemaat, itu berarti mereka tidak dapat menjadi bagian dari Mosaik karena mereka tidak dapat tetap berhubungan karena hati nurani mereka.”

Rencana yang disetujui oleh delegasi Mosaik menggerakkan konferensi ke arah menyesuaikan peraturannya untuk memungkinkan komunitas anggota menangguhkan keanggotaan mereka di MC USA sambil tetap menjadi anggota Mosaik. Kriss mengatakan tidak jelas berapa banyak kongregasi yang berminat dengan pengaturan seperti itu.

Anggaran rumah tangga MC USA menetapkan anggota denominasi adalah konferensinya, bukan jemaatnya. Oleh karena itu, jemaat yang memilih untuk keluar dari MC USA tetap memiliki “derived membership” di denominasi tersebut. Namun demikian, beberapa konferensi selama bertahun-tahun telah memungkinkan jemaat untuk menunjuk diri mereka sendiri sebagai memilih keluar dari keanggotaan denominasi.

Direktur eksekutif MC USA Glen Guyton dan moderator terpilih Jon Carlson berpartisipasi dalam pertemuan tahunan Mosaic. Guyton memimpin doa untuk masuk moderator Angela Moyer Walter dan asisten moderator Roy Williams.

“Saya menghargai banyak hubungan luar biasa yang telah saya bangun selama bertahun-tahun dengan para pemimpin dan anggota Konferensi Mennonite Mosaik,” kata Guyton dalam rilis MC USA. “Sebagai bagian dari MC USA, mereka telah sangat terlibat dalam semua aspek kehidupan denominasi kita, dan saya harap itu terus berlanjut.”

Guyton dan Carlson menjawab pertanyaan dari para delegasi tentang keanggotaan di MC USA dan Mennonite World Conference, serta fungsi Dewan Pemimpin Konstituensi.

Mosaic mengantisipasi keterlibatan kelompok konsultan dan tim pengarah untuk mengarahkan proses dua tahun. Dalam daftar rekomendasi kepada dewan Mosaik, satgas mendengarkan mengatakan “kekhawatiran kami” termasuk “kerusakan yang disebabkan oleh model pengambilan keputusan yang buruk dan proses yang buruk” di pertemuan delegasi khusus MC USA, di mana satu-satunya pilihan pemungutan suara adalah “ya” atau “Tidak.”

Pada perakitannya sendiri, Mosaic menggunakan sistem hijau/kuning/merah yang mewakili “menegaskan”, “menegaskan dengan syarat”, dan “menahan penegasan”. Mayoritas dua pertiga diperlukan untuk menyetujui proses perencanaan strategis. Afirmasi tanpa syarat akan gagal dengan sendirinya, dengan 60% dukungan.

Kriss yakin konferensi tersebut akan membutuhkan waktu dua tahun untuk mengklarifikasi hubungannya.

“Karena penyebaran geografis kita, keragaman bahasa kita dan keragaman teologis kita, proses yang cepat tidak memperhitungkan keragaman kita dengan baik,” katanya. “Sementara beberapa dari kita cukup siap untuk keputusan cepat, jemaat lain bahkan tidak menyadari apa yang terjadi di Mennonite Church USA … Jika kami akan mencoba melakukan proses yang melibatkan kami semua, itu akan memakan waktu.”

Filed Under: Articles Tagged With: anabaptist world

Adven ini, Saya akan Melihat ke Seberang Jalan

November 30, 2022 by Conference Office

By Hendy Matahelemual

Dibesarkan di dalam sebuah keluarga Kristen di Indonesia, negara mayoritas Muslim, sangat jarang saya melihat dekorasi Natal di luar rumah kecuali di gereja. Tapi pada waktu itu kami selalu tahu di mana kami bisa menemukan pajangan Natal. Di sebuah dealer mobil di sebuat sudut kota. Pemiliknya pasti orang Kristen. 

Setiap tahun pada akhir November, saya dan keluarga saya sangat bersemangat untuk mengetahui pameran Natal seperti apa yang akan dipasang oleh pemilik dealer tersebut: Sinterklas dan kereta luncurnya, manusia salju, kandang Natal. Setiap tahun pasti berbeda. 

Mereka juga memasang lampu warna-warni, jadi pada malam hari sangat indah untuk dilihat – dekorasi Natal yang sakral dan sekuler, termasuk simbol musim dingin dan salju, di iklim tropis. Tidak pernah turun salju di Indonesia! 

Seiring berlalunya waktu, dealer mobil tersebut pun pindah dan tidak ada lagi pameran Natal di sudut itu. Tetapi lampu warna-warni dan manusia salju akan bertahan selamanya dalam kenangan masa kecil Natal saya. 

Kurang puas dengan gambaran mental dari ingatan, saya membuka Google Maps untuk melihat seperti apa sudut Bandung itu sekarang. Ketika saya menggulir sekeliling, sesuatu muncul. Saya menyadari bahwa tepat di seberang jalan berdiri salah satu Masjid Agung di kota itu. 

Sebagai seorang anak, saya tidak pernah memperhatikan bahwa ada sebuah masjid disitu. Tidak pernah menjadi suatu yang berarti. Tetapi sekarang berbeda, hal tersebut menjadi berarti.  

Sebagai pengikut Yesus, kita perlu mengubah sikap kita terhadap orang yang berbeda keyakinan. 

Dalam pelayanannya, Yesus berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang: orang Romawi yang percaya pada banyak tuhan, orang Kanaan yang menyembah Baal, orang Samaria yang menyembah Yahweh di Gunung Gerizim daripada di Kuil di Yerusalem. 

Yesus tidak berusaha meyakinkan orang untuk bergabung dengan agamanya. Dia menyembuhkan orang sakit, membebaskan orang yang ditindas setan, mengatakan kepada orang-orang untuk memberi tahu orang lain apa yang telah Tuhan lakukan bagi mereka, memuji orang-orang karena iman mereka dan mengumumkan bahwa mereka akan berpesta di surga bersama para nabi. 

Yesus hanya mengasihi mereka, memuji kebaikan dalam diri mereka dan menjawab pertanyaan yang mereka ajukan — terkadang dengan mengarahkan mereka untuk menemukan jawaban bagi diri mereka sendiri. 

Mesach Krisetya, seorang pemimpin Mennonite Indonesia yang meninggal awal tahun ini, mengatakan misionaris Kristen di Indonesia sering melakukan strategi penaklukan. Adalah umum bagi orang Kristen untuk merasa terancam oleh Islam dan bagi orang Muslim untuk merasa tersinggung oleh kekuatan kolonial, politik dan arogansi budaya sebelumnya. Krisetya mendesak kepekaan pluralis, sadar bahwa baik Muslim maupun Kristen tidak kehilangan identitas melalui pertukaran yang hati-hati. 

Baru-baru ini kami mengundang seorang rabi Yahudi untuk berbicara di rapat staf Konferensi Mosaic Mennonite kami. Jemaatnya hanya berjarak dua blok dari jemaat saya di Philadelphia Selatan. 

Kami mengundangnya untuk membagikan pengetahuannya tentang chesed, kata Ibrani yang berarti kasih setia Tuhan. Itu adalah tema pertemuan konferensi kami tahun ini. Chesed setara dengan agape Yunani. 

Saat dia menjelaskan tentang kasih Tuhan dan praktik chesed, saya kagum dengan wawasannya tentang Perjanjian Lama. Dia mengundang kami ke makan malam Shabbat mereka, yang sangat ingin saya alami. 

Selama Adven tahun ini, saya akan mencoba untuk menyadari lingkungan saya. Saya akan berusaha menemukan Tuhan dalam diri orang lain dan dalam setiap sudut hidup saya. Aku akan mencoba untuk mencintai bahkan ketika itu menyakitkan. Saya akan mencoba memberikan rahmat kepada semua orang, terlepas dari tindakan, keyakinan, status, politik, atau kebangsaan mereka. 

Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! (Mazmur 117) 

Saya percaya satu hal yang mempersatukan kita sebagai -manusia: kasih Allah yang tetap, teguh, dan setia. 

Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah pengikut Yesus bukan dengan berapa banyak dekorasi Natal yang kita pasang tetapi dengan seberapa besar kita mencintai orang asing maupun teman. 

Editor’s note: This article originally appeared in Anabaptist World on Nov. 18 and is used here by permission. To read the original article, please click here.  


Hendy Matahelemual

Hendy Matahelemual is the Associate Minister for Community Engagement for Mosaic Conference. Hendy Matahelemual was born and grew up in the city of Bandung, Indonesia. Hendy lives in Philadelphia with his wife Marina and their three boys, Judah, Levi and Asher.

Filed Under: Articles Tagged With: Advent, anabaptist world

Sebuah Renungan

November 17, 2022 by Cindy Angela

Oleh Hendy Matahelemual

Sebuah gambar dapat melukiskan ribuan kata kata. Kesan inilah yang saya dapatkan ketika melihat foto foto dari Pertemuan Tahunan Konferensi Mosaik beberapa waktu lalu di Souderton, Namun baru kali ini pertemuan tahunan Mosaik terasa berbeda dari pertemuan biasanya. Sejak pertemuan delegasi khusus musim panas MC USA di Kansas City yang meratifkasi Resolusi Pertobatan dan Transformasi yang mendukung kaum LGBTQIA+, kami gereja-gereja imigran di Konferensi Mosaik mengungkapkan rasa kekecewaan kami terhadap denominasi.

Meskipun resolusi ini tidak mengingat terhadap anggota denominasi, kami sebagai gereja imigran di Mosaik berpendapat bahwa resolusi ini bukanlah jalan yang baik. Isi resolusi juga bertentangan dengan nilai budaya dan pandangan teologi kami. Sebagai gereja imigran Indonesia kami berpegang pada Pernyataan Bersama Gereja-gereja di Konferensi Mosaik mengenai Anugerah dan Kebenaran.

Tetapi tentu segala upaya, diskusi, maupun argumentasi sangat diperlukan dalam hal ini, meskipun sulit dimana budaya pasif-agresif masih sangat kental dalam Konferensi kami.

Kita semua diingatkan dari tema “Chesed” bahwa Kasih Tuhan yang teguh, konstan dan tidak berkesudahan inilah yang menyatukan kita semua. Mari kita menyuarakan kebenaran dengan kasih dan bukan dengan penghakiman, seperti ada tertulis dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.

Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Efesus 4:15

Phil Bergey dalam seminar mengenai konflik resolusi yang dihadiri pemimpin kredensial Mosaik di Perkasie, menawarkan tiga model penyelesaian masalah. Model pertama menyelesaikan konflik dengan secepat mungkin dan sesegera mungkin dengan segala sumber daya dan keterbatasan yang kita miliki. Model kedua adalah mempelajari terlebih dahulu dengan seksama sebelum mengambil langkah langkah. Model ketiga adalah menyadari bahwa ada beberapa ketegangan dan konflik ada bukan untuk dicari penyelesaiannya,tetapi untuk dihidupi bersama.

Saya mengakui bahwa pembicaraan mengenai isu gender dan seksualitas seringkali dihindari dalam banyak pertemuan pertemuan, karena kerap menimbulkan suasana yang tidak nyaman. Saya percaya bahwa setiap luka yang ada bisa pulih jika luka tersebut dibuka dan bukan ditutup tutupi sedemikian rupa.

Konferensi Mosaik membentuk Komite Iman dan Kehidupan pada tahun 2015 untuk secara khusus membahas mengenai isu gender dan seksualitas, melalui Pernyataan Bersama Gereja gerja mengenai Iman dan Kehidupan. Dan saya memiliki keyakinan bahwa komite ini bisa membawa perubahan dan kesatuan di dalam konferensi kami khususnya menyikapi pandangan mengenai LGBTQIA+

Dan terakhir mari kita berdoa supaya hasil keputusan Konferensi Mosaik untuk meninjau hubungan dengan MC USA berjalan dengan baik. Sehingga apapun yang kita putuskan selama dua tahun kedepan ini bisa sejalan dengan apa yang Tuhan kehendaki. Mari berdoa supaya kesatuan dalam kasih bisa terus mewarnai dan menyatukan mosaik mosaik kehidupan kita sebagai murid murid Yesus dari berbagai macam bangsa, budaya dan bahasa, Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 6
  • Go to page 7
  • Go to page 8
  • Go to page 9
  • Go to page 10
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 17
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use