oleh Hendy Matahelemual
Pada hari Jumat 24 February 2023, seluruh staff Mosaic Mennonite Conference mengikuti Webinar yang berjudul, “The Centered-Set Church: Menemukan model gereja yang berpusat pada Yesus di tengah dunia yang terus berubah”. Webinar ini yang dibawakan oleh Mark Baker, professor di bidang teologi dan misi di Fresno Pasific Biblical Seminary, dimana beliau menulis buku dengan judul yang sama. Webinar ini diadakan oleh Gereja Mennonite British Colombia, Kanada.
Banyak hal menarik yang saya dapatkan dalam seminar ini, khususnya bagaimana pendekatan legalistik dan penentuan garis batas yang kaku tidak banyak membantu dalam kehidupan bergereja. Mark Baker, menawarkan sebuah pandangan alternatif , kelompok yang berpusat pada Yesus (Centered Group).
Komunitas yang berpusat pada Yesus (Centered Group) akan lebih baik dan memiliki keterbukaan kepada orang luar daripada yang berpusat pada aturan, budaya, tradisi, dan tata cara yang kaku (Bounded Group) dan juga lebih baik daripada Kelompok yang tidak memiliki prinsip yang jelas, terlalu banyak toleransi dan semua diperbolehkan (Fuzzy Group).
Setiap komunitas gereja pastinya memiliki dinamika dan perjalanan formasi yang berbeda beda. Sebagai Pastor salah satu gereja imigran Indonesia, saya menemukan bahwa pandangan pandangan teologi, pendapat, pemikiran pemikiran tidak begitu memiliki andil besar dibandingkan dengan hubungan dan fungsi saling tolong menolong (gotong royong) di dalam komunitas.
Mungkin istilah yang mendekati menggambarkan hal ini adalah ungkapan dalam bahasa Inggris, “People don’t care how much you know until they know how much you care”. Arti care disini adalah bagaimana sebagai seorang pelayan menjawab kebutuhan sehari-hari lebih dari pemikiran pemikiran teologis. Pendekatan “Menara Gading” tidak relevan menghadapi masalah di “Akar rumput”.
Hal ini berbicara bagaimana hubungan personal dan hubungan di dalam komunitas antar pribadi begitu penting daripada peraturan-peraturan atau tradisi-tradisi yang ada. Karena semua peraturan, tradisi, dan pendekatan akan dengan sendirinya dikompromikan dalam penyesuaiannya ketika hubungan pribadi antar pribadi terjadi.
Praktek apa yang boleh, apa yang tidak boleh, siapa yang boleh melayani siapa yang tidak boleh, siapa yang boleh dinikahkan siapa yang tidak boleh dinikahkan, semua akan diuji dalam hubungan pribadi bersama dengan Tuhan dan bersama sama di dalam komunitas. Menetapkan sebuah standar yang kaku yang dipaksakan untuk semua individu yang memiliki perjalalan dan proses yang berbeda beda dan unik, bagi saya tidaklah bijaksana.
Profesor Mark, memberikan ilustrasi yang menarik mengenai permainan sepak bola (soccer), sebuah klub sepak bola yang dibatasi (bounded group) akan mencari pemain yang memiliki skill, kriteria fisik dan statistik tertentu. Pemain yang tidak memiliki kriteria tidak akan lolos seleksi. Di sisi yang lain ada sebuah klub sepak bola yang memperbolehkan siapa saja untuk bergabung dan tidak ada seleksi khusus, tetapi sepakat untuk tunduk dalam peraturan sepak bola yang sudah berlaku (Centered Group)- contohnya, yang boleh memegang bola sepak hanyalah penjaga gawang di wilayah yang sudah ditentukan, dan lain sebagainya.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, dengan jelas menunjukkan kekesalannya dengan perpecahan dan peraturan-peraturan yang tidak semestinya diterapkan dalam gereja di Galatia. Peraturan-peraturan yang membuat pengikut Yesus menjadi terpecah belah. Rasul Paulus geram bahwa injil kabar baik berusaha diputar balikkan demi kepentingan kelompok yang ingin memiliki derajat lebih tinggi dari kelompok yang lain.
Paulus berusaha membawa jemaat Galatia kembali berpusat pada Injil Yesus, dan bukan pada peraturan, tradisi, dan pembatasan yang kaku. Karena di dalam Yesus kita semua dibenarkan karena iman bukan karena usaha kita (Gal 3:11). Sebagai orang-orang merdeka, kita dipanggil bukan untuk hidup dalam dosa melainkan hidup melayani seseorang akan yang lain oleh kasih (Gal 5:13)
Ada sebuah cerita yang menarik yang dibagikan oleh pembicara tentang bagaimana cara beternak di Australia. Dikarenakan begitu luasnya ladang disana, membangun dan merawat pagar akan menghabiskan banyak uang dan tenaga. Oleh sebab itu, para peternak di Australia tidak memiliki pagar sama sekali. Melainkan mereka membangun sumur, karena ternak tidak akan pergi jauh dari sumur air.
Saya percaya bahwa alternatif gereja yang berpusat pada Yesus adalah gereja yang memiliki fokus memuji dan menyembah Tuhan, meninggikan dan membesarkan nama-Nya dan ajaran-ajaran-Nya. Identitas kita adalah di dalam Yesus, dan identitas di dalam Yesus bukanlah sebuah keseragaman, melainkan sebuah ajakan untuk menerima kasih karunia dari Tuhan. Komunitas orang percaya dipanggil untuk menjadi sumur dimana Yesus bisa tinggal dan memberikan kesegaran bagi yang haus akan hadirat-Nya.
Hari ini gereja menghadapi banyak tantangan dan permasalahan seperti gereja di Galatia. Injil Yesus bukan lagi menjadi pusat melainkan isu-isu kontroversial. Istilah demi istilah, label demi label, dan resolusi demi resolusi dibuat dan ditulis untuk membatasi bukan untuk menyatukan, dan memberikan harapan.
Saya mau mengajak kita semua untuk kembali kepada Injil Yesus, sama seperti anak yang hilang yang kembali kerumah Bapak-Nya dan atau sebagai anak sulung yang harus belajar rendah hati dan merayakan kepulangan sang adik kerumah Bapak-Nya.
Sebagai Mosaik kita adalah anak-anak Tuhan yang hancur karena dosa, namun disatukan dan dipulihkan oleh kuasa Darah Yesus, identitas kita yang baru adalah di dalam Yesus, mari tinggalkan manusia lama kita dan bersatu bersama saudara saudari seiman didalam kesatuan roh. Hanya darah-Nya yang menyatukan mendekatkan kita dan memulihkan.
Hanya Kristus Harapanku, Dia terang dan Kuatku, Batu penjuru yang teguh di kala badai menderu. Kasih dan damainya besar kalahkan takut dan gentar. Penghiburku naunganku dalam kasih-Nya ku teduh
KUTIPAN LIRIK LAGU In Christ Alone (OLEH by Keith & Kristine Getty)
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.