• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Kasih Sempurna Melenyapkan Ketakutan

March 3, 2022 by Cindy Angela

Pertemuan iman dan kebenaran (Faith and Life Gathering) yang diadakan minggu lalu yang dihadiri oleh para pemimpin kredensial berakhir dengan sebuah pengertian bersama bahwa kita semua perlu duduk bersama dan melakukan lebih banyak percakapan di dalam konferensi kami terlepas dari perbedaan pandangan yang kami miliki. Dan kami semua percaya bahwa adalah lebih baik menghadapi permasalahan daripada menghindarinya.

Namun tidak dipungkiri sebagai orang Timur, orang Asia Indonesia, isu seksualitas, gender, LGBTQ, bahkan isu rasisme bukan merupakan topik yang terbuka untuk dibahas. Kecenderungan untuk menutupi dan menghindari isu isu ini untuk dibicarakan sangat tinggi. Karena masih banyak yang beranggapan bahwa isu ini adalah tabu dan pembicaraan mengenai hal ini tidak begitu pantas.

Tetapi dengan semangat Intercultural, dimana setiap ekspresi budaya bukan hanya dihormati dan dimengerti tetapi juga hidup bersama dan saling mempengaruhi, tentunya ini bisa menjadi sebuah kesempatan bagi komunitas Mosaic untuk bertumbuh bersama sama, memperkuat karakter masing masing sehingga menyerupai karakter Kristus.

Sebagai orang Timur setiap konflik dihadapi dengan secara tidak langsung, lisan, bahkan seringkali melibatkan pihak ketiga, tetapi kesatuan komunitas tetap terjaga. Tetapi dalam budaya barat konflik dihadapi secara langsung, cenderung dalam bentuk tertulis, dan komunitas terbagi atas kelompok kelompok yang terpolarisasi dalam komunitas yang berbeda.

Menjadi tantangan bagi kita semua yang berada di dalam Mosaic, untuk bisa berkomunikasi dan hidup bersama sebagai satu kesatuan tubuh Kristus yang unik. Sebagai Mosaik, yang hancur retak tetapi indah jika dipersatukan, dan saya percaya bahwa hanya meneledani Yesus dan mengandalkan kuasa Roh Kuduslah, kesatuan yang indah ini bisa terwujud.

Menyikapi isu LGBTQ khususnya mengenai pengajuan resolusi Pertobatan dan Transformasi, Moderator Konferensi Mosaic, Rev Ken Burkholder dan Rev Stephen Kriss selaku Pemimpin Pelayan Eksekutif menyatakan bahwa Konferensi Mennonite Mosaic akan tetap berpegang pada Pernyataan Bersama Gereja gereja tentang Kasih Karunia dan Kebenaran dan tetap terbuka dalam mendengarkan pendapat dan masukkan yang ada.

Saya percaya kita pengikut Yesus harus berani bergerak keluar dari zona nyaman kita masing masing untuk berani berbicara mengenai pemahaman dan perjalanan kita masing masing dalam menyikapi hal ini (LGBTQ, Racial /Criminal Justice), jika komunikasi tidak terjalin kita akan tetap berada di kotak kita masing masing. Kotak yang menghambat komunikasi dan memperbesar asumsi, yang akan mengarah bukan pada persatuan tetapi penghakiman dan perpecahan.

Pastor Charlene Smalls (Ripple) dalam salah satu pertemuan Iman dan Kebenaran, mengutip satu ayat dari Kitab Yesaya 1:18 “Marilah, baiklah kita berperkara! –firman TUHAN–Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”

Dalam bahasa Ibrani kata berperkara adalah yakach, yang artinya mari saling berdiskusi, bertukar pikiran, berargumentasi. Dalam terjemahan New King James Version kata berperkara diterjemahkan menjadi “reason together”. Dalam menyikapi perbedaan dalam mengartikan Firman Tuhan dan juga dalam praktik kehidupan sehari hari, saling berdiskusi dan bertukar pikiran adalah sesuatu yang baik dan praktis. Inilah yang perlu kita praktekkan dalam kehidupan kita bersama-sama.

“Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” – 1 Yohanes 4:18. Seringkali rasa takutlah yang menjadi alasan kita tidak mau “berperkara”, rasa takutlah yang menjadi alasan kita tidak mau duduk bersama, tetapi Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Mari kita sama sama berdoa agar Roh yang hidup itu memberikan kita penghiburan, pemulihan, keberanian dan kasih, sehingga kita bisa hidup bersama di dalam kasih persaudaraan yang nyata. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: faith and life commission, Hendy Matahelemual, intercultural

Berjalan Bersama

February 24, 2022 by Cindy Angela

“Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” ayat dari kitab Amos ini dibagikan oleh Pastor Yakub Limanto dalam pertemuan bulanan pendeta-pendeta Indonesia Mosaic Conference bulan ini. Kesepakatan merupakan hal yang membuat kita bisa berada bersama-sama dalam sebuah komunitas dan organisasi, dan inilah yang membuat kita berjalan bersama sebagai gereja Tuhan.

Namun tidak dipungkiri bahwa untuk mencapai sebuah kesepakatan tidaklah mudah. Diperlukan kerendahan hati dan keberanian untuk meninggalkan ego, ketakutan menuju kepada kasih, harapan dan iman kepada kebenaran. Ada pepatah yang berkata, “Tempat dimana ada kesepakatan disitulah ada kekuatan”. Sudah sering kita mendengar himbauan persatuan dalam sebuah komunitas yang terpecah. Bagaimana kita bersatu sebagai komunitas orang percaya?

Ps Buddy Hannanto, yang juga menjabat sebagai ketua Indonesian Mennonite Association (IMA) pada kesempatan kali ini ingin mengajak para pendeta untuk menyikapi resolusi-resolusi yang ada yang akan dipelajari, dibicarakan dan disahkan pada Pertemuan Delegasi Khusus Gereja Mennonite Amerika Serikat pada bulan Mei mendatang.

Pertemuan Delegasi khusus Gereja Mennonite Amerika Serikat akan diadakan di Kansas City, MO pada tanggal 27-30 Mei 2022. Dan dalam pertemuan ini akan dibahas empat buat resolusi. Satu buah resolusi diperkenalkan untuk dipelajari, dua buah resolusi akan diputuskan, dan satu buah resolusi akan diambil suara apakah akan untuk diputuskan untuk diambil suara atau tidak.

Pastor Buddy Hannanto, Ketua Indonesian Mennonite Association (IMA), IMA merupakan kelompok etnik yang terdaftar di dalam Gereja Mennonite Amerika Serikat (MCUSA) yang memiliki hak suara. Photo oleh David Tunggawijaya.

Berikut resolusi resolusi yang akan dibahas, diputuskan dalam Pertemuan Delegasi Khusus: 

  1. Klarifikasi Kebijakan MCUSA dan peran Panduan keanggotaan MCUSA Clarification on Mennonite Church USA Polity and the Role of the Membership Guidelines of Mennonite Church USA (akan diputuskan)  
  2. Resolusi Keadilan MCUSA MC USA For Justice Resolution (akan dipelajari) 
  3. Resolusi Aksesibilitas MCUSA MC USA Accessibility Resolution (akan diputuskan) 
  4. Resolusi Pertobatan dan Transformasi A Resolution for Repentance and Transformation (Akan diputuskan apakah akan akan diambil suara untuk disahkan atau tidak) 

Tidak dipungkiri bahwa ada beberapa draft resolusi diatas menimbulkan kontroversi dan memiliki kecenderungan untuk memecah belah jika tidak disikapi dengan baik. Oleh sebab itu kami percaya bahwa tuntuntan Roh Kudus dan teladan Tuhan Yesuslah yang dapat mempersatukan kita semua.

Pastor Ken Burkholder, Moderator dari Konferensi Mennonite Mosaik, dalam kesempatan pertemuan Iman dan Hidup (Faith and Life Gathering) menyampaikan bahwa menjadi catatan bahwa Konferensi Mennonite Mosaik akan tetap menjadikan pernyataan bersama gereja gereja (Church Together statement) sebagai acuan menyikapi resolusi resolusi diatas.

Berikut pernyataan bersama gereja gereja dalam Konferensi Mennonite Mosaic:

  1. Pernyataan Bersama Gereja-Gereja mengenai misi untuk pergi ke perbatasan
  2. Pernyataan Bersama Gereja-Gereja tentang Iman dan Kehidupan
  3. Pernyataan Bersama Gereja-gereja mengenai Kasih Karunia dan Kebenaran

Meski demikian kehadiran dan suara kita sebagai delegasi dan anggota MC USA tetap berarti oleh sebab itu perwakilan kita sangat berarti pada pertemuan delegasi khusus MCUSA pada bulan Mei 2022. Berikut beberapa keterangan mengenai Pertemuan Delegasi Khusus MCUSA:

  • Pertanyaan dan jawaban seputar Pertemuan Delegasi – FAQs for the special session 
  • Proses delegasi untuk pertemuan – Delegate process for the special session 
  • Anggaran dasar Rumah Tangga MC USA – Bylaws of MC USA 
  • Pemberitahuan resmi Pertemuan Delegasi Khusus – Official notice of the Special Delegate Assembly 
  • Sejarah Panduan Keanggotaan berdasarkan waktu – Timeline for Membership Guidelines of Mennonite Church USA 
  • Saran untuk melibatkan delegasi muda – Tips for Engaging Youth Delegates

Mari berjalan bersama di dalam kasih persaudaraan, dan kesepakatan untuk hidup dalam damai, iman dan mengikuti teladan Tuhan Yesus. Berdoa untuk setiap proses berada di dalam tuntunan Roh Kudus.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, MCUSA, Special Delegate Session

Perayaan Ulang Tahun dan Potluck

February 17, 2022 by Cindy Angela

Perayaan dan makan bersama adalah bagian dari ibadah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berjemaat, khususnya dikalangan gereja-gereja Indonesia di Amerika Serikat. Selain perayaan natal dan paskah, ada satu perayaan yang tidak kalah penting, yaitu ulang tahun gereja.

JKI Anugerah, Sierra Madre, CA merayakan ulang tahun gerejanya yang 29 tahun 

Ada sebuah pepatah yang berkata sesuatu yang dirayakan akan terus terulang. Perayaan akan mengundang suatu suasana positif dan sebagai manusia ketertarikan untuk berkumpul dan merayakan sesuatu bersama kelompok adalah sebuah kebutuhan kita sebagai manusia sosial. Oleh sebab itu perayaan ulang tahun baik pribadi maupun gereja adalah sesuatu yang dinantikan.

Indonesian Light Church Philadelphia (ILC) menjadi gereja Indonesia di Konferensi Mosaik pertama yang merayakan ulang tahunnya di tahun 2022 ini. Pada tanggal 29 January kemarin ILC merayakan ulang tahunnya yang ke 10, menandakan satu dekade pelayanan ILC di kota Philadelphia. Dikarenakan menunggu gelombang Varian Omicron mereda diantara jemaat, perayaan ditunda menjadi tanggal 6 February kemarin. Seperti biasa perayaan diawali dengan ibadah dan dilanjutkan dengan makan makan bersama.

Juga pada bulan February ini, tanggal 27 February 2022, Philadelphia Praise Center akan merayakan ulang tahun gereja yang ke 17 tahun. Undangan makan makan bersama pun juga diucapkan oleh Ps Aldo Siahaan, “Kita akan membuka rumah (gereja) kita untuk keluarga dan teman dan kita akan menaruh meja dan diisi makanan dimana kita akan fellowship bersama-sama.” Tentunya pilihan untuk membawa makanan pulang tersedia dikarenakan situasi pandemi yang masih belum sepenuhnya tuntas. PS Aldo juga membuka bagi para jemaat yang ingin menyumbang makanan (potluck).

Potluck, merupakan sebuah istilah dari bahasa Inggris, menggambarkan pesta dimana setiap hidangan merupakan kontribusi dari semua yang hadir pada saat ini. Potluck pun menjadi sebuah tradisi hampir disetiap perayaan yang ada. Potluck bisa dibagi sesuai dengan jenis makanan, minuman atau juga bisa satu jenis makanan tetapi banyak yang berkontribusi.

Undangan ulang tahun ke 17 gereja Philadelphia Praise Center.

Sebuah contoh menarik yaitu pada ulang tahun ke sepuluh ILC, menu yang dipilih jemaat ILC adalah adalah Soto betawi. Dan setiap dari jemaat berkontribusi dalam menyiapkan bahan bahannya kuah dan daging, emping, kentang goreng, sayuran-sayuran, kecap, bawang goreng, sambel, semua disiapkan oleh orang orang yang berbeda, dan kemudian disatukan dan dihidangkan menjadi soto yang begitu lezat.

Ps Jeanne Handojo bersama Ibu-Ibu dari JKIA menyiapkan makanan  

Selain makanan dan ramah tamah, Tentunya doa dan disiplin rohani pun juga menjadi bagian dari perayaan ulang tahun ini. PPC mengundang jemaat untuk mengambil bagian dalam doa dan puasa dalam menyambut ulang tahun kali ini. Sedangkan ILC kembali mempertegas dan membagikan visi dan misinya kepada jemaat untuk dihidupi di tahun tahun kedepan.

ILC merayakan Ulang tahunnya yang ke 10

Sekedar pengingat berikut tanggal hari ulang tahun Gereja gereja Indonesia yang berada di bawah payung Mosaic Mennonite Conference:

  • BECC New York, 26 April,
  • International Worship Church, California, 7 May
  • Nation Worship Center, Philadelphia, 30 May
  • JKIA, California, 20 September
  • ICCF, California, 13 November

Mohon dicatat tanggal tanggal berikut, biasanya perayaan akan mengambil hari minggu terdekat dari tanggal ulang tahun tersebut. Mari sama sama merayakan,berpatisipasi dalam potluck dan mendukung dalam doa supaya semua gereja gereja-Nya bukan saja panjang umur tetapi juga menjadi berkat bagi banyak orang, Berdoa juga agar pandemi ini cepat berakhir,Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Mendengar dengan Kerendahan Hati

January 19, 2022 by Cindy Angela

Rencanakanlah sebuah liburan yang ideal untuk pasangan anda atau teman dekat anda. Jika budget dan waktu tidak terbatas apa yang akan anda berikan? Setelah itu mintalah pasangan anda atau teman dekat anda melakukan hal yang sama untuk anda. Aktifitas singkat ini adalah salah satu bagian dari latihan singkat bagaimana ternyata penting bagi kita semua untuk bisa mendengar, mengerti dan memahami orang lain.

Jujur ketika saya melakukan aktifitas ini secara otomatis keinginan sayalah yang ingin saya ajukan pertama kali. Dan tentunya asumsi saya tentang apa yang saya anggap baik buat pasangan atau teman saya. Asumsi dan proyeksi mengambil andil besar dalam saya merencenakan liburan ideal ini. Dan ini belum tentu baik, dan dalam beberapa kasus malah membahayakan.

Bagaimana jika kita malah merencanakan liburan ideal yang malahan membuat pasangan kita atau teman kita menghidupi kembali trauma trauma masa lalu mereka yang sebenarnya belum mengalami pemulihan? Liburan ideal bagi kita bisa menjadi petaka bagi orang lain.

Sebenarnya aktifitas ini ingin menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dan juga pentingnya kita sebagai pribadi mendengarkan apa yang menjadi “passion” atau trauma dari orang lain. Mendengarkan adalah langkah awal kita bisa mengerti dan memahami seseorang. Mendengarkan adalah bagian penting dari komunikasi. “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (Matius 13:9)

Dalam sesi workshop, “Mendengarkan sebagai sebuah perlawanan” (Listening as an act of resistance), di Kelas training kepemimpinan (SLT, kerja sama antara EMU dan Inverse Podcast), Amber Bryant membagikan mengenai tindakan kita mendengarkan sebagai sebuah perlawanan terhadap:

  • Model bantuan yang mengatakan bahwa kita harus menindas dan diam untuk membantu dan bersikeras bahwa kebutuhan adalah hasil dari ketidakmampuan dan ketidakadilan (mengabaikan cerita dan konteks)
  • Memberi makan ke dalam narasi bahwa manusia ada di semacam bidang hierarkis dalam kaitannya satu sama lain dan bahwa kita entah bagaimana tidak semua dibuat dalam citra ilahi.
  • (bagi orang Amerika terutama) gagasan bahwa kita entah bagaimana adalah protagonis dalam cerita adalah kita dan bukan Tuhan.

Dibutuhkan kerendahan hati untuk kita bisa mendengarkan dengan baik. Jika kita mendengarkan dengan rendah hati maka:

  • Akan membantu kita melihat konteks dan latar belakang dengan baik
  • Memperbaiki narasi yang melengkung sehingga kembali ke bentuk yang semula sesuai dengan rencana Tuhan
    • Kita melihat dari sudut pandang yang berbeda dari diri kita sendiri (seseorang yang buta warna hanya bisa mengetahui bahwa ia buta warna ketika ia berbicara dengan orang yang tidak buta warna)
    • Mengecek bias dalam diri kita. Sebuah refleksi pribadi sebelum merusak hubungan dengan orang lain.
  • Menanam, merawat dan membangun kepercayaan
  • Menghubungkan kita sebagai manusia
    • Ketika kita mendengarkan dengan kerendahaan hati, dan percaya penilaian kita terhadap konteks yang ada, kita bisa mendengar dengan benar dan melihat dengan sudut pandang yang tepat
    • Sebelum kita menolong orang lain, lebih baik kita bertanya terlebih dahulu (komunikasi dan keintiman membantu kita untuk bisa menolong dengan lebih baik)

Mari kita menjadi pendengar yang baik, selain mendengarkan tuntunan Tuhan melalui Roh kudus, kita juga perlu mendengar orang lain dengan kerendahan hati. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Paul Gorski, yang berjudul “Intensi yang baik tidak cukup” (Good Intentions are not enough) dijabarkan lebih jelas lagi bagaimana niat baik saja tidak cukup jika kita ingin menolong dan menjadi berkat bagi banyak orang (Bisa dibaca disini dalam bahasa Inggris)

Saya percaya kita bisa menjadi murid murid Yesus yang relevan dan menjadi berkat jika kita belajar mendengarkan dengan kerendahan hati. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Mengikut Yesus di Tahun 2022

January 5, 2022 by Cindy Angela

Apa menjadi resolusi anda di tahun baru ini? Harapan harapan apa yang anda miliki? Ibrani 6:19 berkata Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Harapan adalah sesuatu yang membuat kita meninggalkan masa lalu dan hidup menyambut masa depan. Dan Tuhan Yesuslah pribadi dimana kita menaruh harapan hidup kita, baik sekarang maupun di masa depan.

Sebagai Anabaptis-Mennonite, Tuhan Yesus selalu menjadi pusat dalam kehidupan kerohaniaan kita. Baik dalam membaca Firman Tuhan, sampai dengan dalam hidup berjemaat, Tuhan Yesus adalah fokus utama dimulai dari menerima-Nya sebagai Tuhan dan juru selamat, sampai dengan meneladani pelayanan beliau, memikul salib dan menjadi agen rekonsiliasi dan pendamai di dunia ini.

Karena Tuhan Yesuslah yang pertama kali memperbaiki hubungan kita dengan Allah Bapa disurga, oleh sebab itu ia pun memanggil kita untuk menjadi pendamai di dunia yang hancur karena dosa ini. Ditengah tengah pergumulan hidup kita, pandemi, ketidakadilan rasial dan sosial, krisis kemanusiaan dan ekonomi, kekerasan bersenjata, bencana alam, Janji Tuhan memberikan harapan bahwa kelak Ia akan datang memulihkan secara sempurna dan menjadi Raja yang adil bagi dunia ini. Inilah yang kita nanti nantikan sebagai orang Kristen, saat dimana Anak Domba Allah dipermuliakan dan ditinggikan di seluruh bumi.

Menjadi Mennonite Anabaptis bukan berarti kita harus mengadopsi gaya hidup orang kulit putih keturunan Swiss-Jerman, tetapi hendaknya kita menjadi saksi Yesus dan agen rekonsiliasi dengan keunikan budaya masing masing dimana Tuhan membentuk kita sejak dari kecil sampai dengan hari ini. Sekali lagi kesatuan bukanlah keseragaman, kita adalah Mosaik indah ciptaan-Nya berbeda tetapi tetap satu.

Pastor Jaye dan Pastor Hendy menggunakan seragam tim footbal kota asal masing-masing.

Menjadi pengikut Yesus bukan berarti kita menjauhkan diri dari keramaian dan berusaha hidup sebagai pertapa, melainkan hendaknya kita menjawab kebutuhan orang orang yang memerlukan pertolongan di tempat dimana mereka berada. Orang orang terhilang, terbelakang dan terakhir yang memerlukan kasih Yesus melalui kasih dan keperdulian kita.

Pembagian bahan makanan di kota Makasar,Indonesia untuk keluarga yang terdampak Covid-19, menggunakan sebagian dana Shalom Fund Mosaic Conference.

Sebuah kesempatan baik di tahun 2022 untuk kembali memfokuskan hidup kita kepada Tuhan Yesus, baik kerohaniaan pribadi dan meneladani pelayanan beliau 2000 tahun yang lalu, Dia datang untuk melayani bukan dilayani, Dia datang untuk mengasihi bukan menguasai. Mari memasuki tahun 2022 dengan sauh yang kuat yang tidak akan pernah goyah. Amin.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Terusir Banjir, Dibanjiri Bantuan

January 5, 2022 by Conference Office

Diterjemahkan oleh Hendy Matahelemual

Pada awal September 2021, Badai Ida merendam Pantai Timur. Di daerah sekitar Gereja Mennonite Blooming Glen (PA), banjir bandang menyebabkan kerusakan luas pada banyak rumah dan tempat usaha. Pennridge Ministerium dari gereja-gereja lokal bekerja sama dengan lembaga layanan sosial untuk mencoba dan membantu mereka yang mengalami musibah banjir keluar dari rumah mereka.

Dengan tidak adanya perumahan lokal yang terjangkau dan bisa menampung, pada awalnya, banyak keluarga pengungsi tinggal di hotel, kadang-kadang sangat jauh dari komunitas rumah mereka. Solusi ini menyebabkan ketidaknyamanan besar dan biaya tambahan yang terkait dengan perjalanan kerja, mengangkut anak-anak ke sekolah, dan memberi makan keluarga mereka (hotel tidak memiliki dapur).

Gereja berpartisipasi dalam jaringan keramahtamahan antaragama dalam beberapa tahun terakhir ini, dan gereja kami memiliki ruang kelas dengan kamar mandi yang berdekatan. Apa yang bisa kami tawarkan dalam hal penginapan sementara di gedung kami?

Bekerja dengan pekerja sosial distrik sekolah, sebuah keluarga diidentifikasi membutuhkan ruang hidup sementara. Dan begitulah cara kami bertemu Noe dan Margarita dan anak-anak mereka, Noe (putra), Neftaly, dan Scarlett, yang tinggal di gedung gereja kami selama hampir tiga bulan.

Margarita menggambarkan bagaimana properti sewaan mereka kebanjiran. “Rumah kami berjarak 1/4 mil dari sungai, jadi pada awalnya, kami tidak berpikir apa pun akan terjadi ketika hujan mulai turun. Kami tinggal 17 tahun di rumah itu dan tidak ada banjir! Tapi air terus naik!”

Sang anak perempuan, Neftaly menambahkan, “Tiba-tiba, jalan menuju rumah kami tertutup air. Aku bilang pada ibu, kita tidak bisa keluar!” Air menutupi lantai pertama rumah mereka dan semua perabotan dan tempat tidur keluarga hilang.

Mereka menghabiskan malam pertama itu tanpa rumah di rumah landlord mereka. Kemudian mereka tinggal bersama teman-teman yang membuka rumah mereka untuk mereka. “Itu sepuluh orang dari dua keluarga yang tinggal di ruang kecil,” jelas Noe. “Kami melihat tetapi tidak dapat menemukan tempat untuk pindah dan tinggal di distrik sekolah dan dekat pekerjaan kami. Semua yang kami lihat harganya terlalu mahal atau membutuhkan sewa yang panjang. “

“Tiba-tiba, jalan menuju rumah kami tertutup air. Aku bilang pada ibu, kita tidak bisa keluar!”

Setelah kepemimpinan Blooming Glen memproses kemungkinan secara internal, mereka menghubungi pekerja sosial Pennridge School. “Kemudian pekerja sosial sekolah menghubungkan kami dengan Blooming Glen,” lanjut Noe. “Saya tidak berpikir bahwa hal seperti itu mungkin, bahwa akan ada orang-orang yang bahkan tidak mengenal kami, namun akan membantu kami.”

Dengan kontribusi perabot rumah dari Care &Share Thrift Shoppes, jemaat, dan gereja-gereja daerah lainnya, beberapa ruang kelas yang berdekatan diubah menjadi kamar tidur. Sofa dan meja kopi mengubah lobi kelas menjadi ruang tamu. Keluarga itu pindah ke rumah sementara mereka.

Keluarga telah bergabung dengan jemaat untuk kebaktian hari Minggu dan makanan persekutuan, dan jemaat telah mengenal keluarga karena mereka telah membawa makanan malam untuk dibagikan bersama.

“Ini adalah pengalaman yang baik tinggal di sini,” Neftaly berkomentar, “Saya telah membuat teman-teman baru dalam kelompok pemuda.” Neftali juga telah bersiap untuk mendapatkan SIM-nya, dan seperti remaja yang tak terhitung jumlahnya sebelum dia, telah berlatih mengemudi di tempat parkir gereja yang besar dan kosong.

“Saya ingin tinggal di sini dan tidak kembali ke rumah kami!” kata Scarlett yang berusia 7 tahun. “Saya selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah Minggu untuk melihat teman-teman baru saya. Saya membawa Alkitab pertama saya ke sekolah dan membacanya untuk teman-teman saya.”

(dari kiri ke kanan) Noe, Margarita, Scarlett, Noe, dan Neftali pada kebaktian Malam Thanksgiving di Blooming Glen Mennonite Church. Foto oleh Mike Ford.

Ini adalah pengalaman yang luar biasa bagi semua yang terlibat, dan Blooming Glen sedang mempertimbangkan kemungkinan berkelanjutan untuk menyediakan perumahan darurat jangka pendek.

“Kami telah bertemu banyak orang baik di sini, dan kami bersyukur menerima bantuan,” jelas Margarita. “Saya tidak berpikir ada yang akan membantu kami seperti itu pada saat kami membutuhkan. Tapi kami membutuhkan tempat tinggal, dan anda menyediakannya. “

Filed Under: Articles Tagged With: Blooming Glen, Blooming Glen Mennonite Church, Mike Ford, missional

Pertemuan Bangsa-Bangsa dan Generasi

December 2, 2021 by Cindy Angela

Pada tanggal 18 November 2021, delapan orang pelayan Indonesia dan satu hispanik bergabung dalam acara Pertemuan “bangsa-bangsa dan generasi” yang ketiga. Dari berbagai penjuru Amerika Serikat, baik dari Philadelphia, Allentown, California bahkan dari Dallas, TX kami bertemu melalui Zoom.

Acara ini merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Mosaic Mennonite Conference untuk menjalin solidaritas dan membuat ruang yang aman bagi pemimpin kulit berwarna / mayoritas global / non kulit putih untuk dengan berani saling berbagi cerita dan saling menguatkan satu sama lain.

Pertemuan yang sama juga diadakan dalam grup dan bahasa yang berbeda, bahasa Inggris dan bahasa Spanyol yang diadakan di hari dan jam yang berbeda. Kami melakukan pertemuan ini via zoom dikarenakan alasan kesehatan. Kami sebenarnya rindu untuk bertemu langsung, semoga tahun depan kita bisa melakukannya.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ps Aldo Siahaan, dan dilanjutkan oleh pujian penyembahan yang dipimpin oleh Ps Danilo Sanchez, yang membawakan lagu “Rohmu yang hidup”, Ya, Roh Tuhan hidup di dalam kita memberi kita kekuataan. Meskipun kami adalah imigrant dan pendatang yang berada di budaya yang asing, kami percaya Roh Tuhan akan membuat kita bertahan dan menjadi berkat bagi bangsa bangsa.

Ps Hendy, membuka sharing singkat dengan Mengutip dari Pengakuan Iman Mennonite artikel ke 10 : Orang Kristen adalah orang asing dan pendatang dalam semua budaya. Namun gereja sendiri adalah bangsa Tuhan,yang mencakup orang orang yang datang dari setiap suku dan bangsa. Misi gereja adalah untuk mendamaikan kelompokkelompok yang berbeda, menciptakan satu umat manusia baru dan memberikan visi di masa depan bahwa suatu hari semua bangsa akan datang ke gunung Tuhan dan berdamai.

Transformasi dan Rekonsiliasi antar budaya diperlukan karena mengutip kutipan dari Dr. Martin Luther King Jr yang berkata “Kita harus menghadapi kenyataan menyedihkan bahwa pada pukul sebelas pada hari Minggu pagi ketika kita berdiri untuk bernyanyi. Kita berdiri di jam dimana umat Kristen paling terpisah di Amerika.” Setelah sharing singkat, pertanyaan diskusi dibagikan, “Apa harapan kita untuk masa depan gereja dan generasi kita masing masing sebagai pendatang dan minoritas?

Ps Virgo Handojo membagikan hasil penelitiannya, mengenai gereja pendatang. Dalam penelitian beliau mengungkapkan bahwa ada 4 jenis model, yang pertama adalah Gereja Separasi, gereja yang misalnya sangat Indonesia sekali dan tidak mau ikut campur dengan budaya lokal di Amerika, model kedua, adalah model Marginal, dimana sama sekali tidak mau menghargai identitas asli dan juga tidak mau mengikuti budaya Amerika, model ketiga adalah Asimilasi, hanya mau mengikuti budaya Amerika saja, dan yang keempat yang ideal adalah Gereja Integrasi, multikulurtural, dimana tetap menghargai identitas Indonesia tetapi juga sangat involve dan terkait dengan budaya Amerika Serikat.

Menjawab pertanyaan diskusi Ps Budi Hananto berbagi cerita pengalamannya berhadapan dengan pemimpin gereja dan jemaat dari budaya yang berbeda, dan bagaimana beliau menjelaskan bahwa kita ini adalah bagian dari tubuh Kristus yang Tuhan ciptakan unik tetapi harus bersatu.

Tema budaya dan kewarganegaraan pun sempat dibahas, bagaimana seseorang bisa saja sudah menjadi warganegara asing tetapi tetap secara budaya masih sangat Indonesia. Banyak juga pembicaraan dan pertanyaan diajukan mengenai bagaimana menjangkau generasi generasi muda yang secara budaya berada diantara dua budaya yang berbeda.

Pak Hadi Sunarto sempat juga mengatakan bahwa kita sebagai pendatang sudah mengalami apa yang dinamakan mutasi, berubah dan tidak sama lagi dengan orang Indonesia yang masih ada di Indonesia, Ps Beny Krisbianto pun menambahkan dengan sebuah guyonan bahwa, “kita ini sebagai orang Indonesia, Indonesianya sudah lewat tetapi Amerikanya belum sampai,” menggambarkan transisi antara dua identitas budaya.

Pertemuan berlangsung sangat hidup, menarik dan saya percaya kami semua yang hadir merasa terbekali dan mendapatkan dukungan dan inspirasi dari cerita-cerita yang dibagikan, banyak bahasa baru dan juga sudut pandang yang segar dalam melihat generasi dan bangsa khususnya kami sebagai pendatang di Amerika ini. Pertemuan ditutup oleh doa dari Ps Budi Hananto, dan kami mengakhiri pertemuan ini dengan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi generasi dan bangsa bangsa.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, Nations and Generations, Pertemuan Bangsa-Bangsa dan Generasi

Berbagi dan Bermimpi

December 2, 2021 by Conference Office

Saya bersyukur memimpin kelompok Bangsa dan Generasi dalam bahasa Spanyol pada 20 November. Rasanya seperti pertemuan keluarga. Dengan cara yang sama bahwa tidak cukup banyak orang yang tahu sejarah Mennonites Hitam, tidak cukup banyak orang yang tahu sejarah Mennonites Latino yang terhubung dengan Konferensi kami.

Kami menghabiskan sebagian besar waktu kami merenungkan kitab suci dan tema dari Pertemuan Tahunan, Roma 12: 1-8 dan transformasi bersama. Kita mencatat cara-cara bahwa kita semua saling membutuhkan dan semuanya diubah menjadi gambar Kristus.

Kami mengakhiri waktu kami dengan berbagi harapan dan impian kami untuk Konferensi Mosaic. Ada beberapa hal praktis besar yang bisa kita kerjakan, tetapi dua mimpi menonjol bagi saya.

Pertama adalah keinginan untuk memiliki lebih banyak bahasa Latin pada staff Mosaic. Ada sekelompok besar latinas di Philly Selatan dan misi berkembang di Tijuana, Meksiko. Mereka menginginkan dukungan, sumber daya, dan representasi dalam kepemimpinan. Situasi ini dibandingkan dengan cerita dalam Kisah Para Rasul 6 dan kata-kata, “Perhatikan yang tidak dijaga” dinyatakan.

Mimpi kedua adalah bahwa/itu pertemuan ini suatu hari nanti tidak lagi diperlukan. Kita memimpikan hari ketika Konferensi Mosaik akan begitu bersatu seperti tubuh Kristus sehingga kita hanya akan melihat “kita” dan “kami.”

Kita memimpikan hari ketika Konferensi Mosaik akan begitu bersatu seperti tubuh Kristus sehingga kita hanya akan melihat “kita” dan “kami.”

Karena semua Konferensi Mosaik bekerja untuk saling diubah, semoga demikian.

Filed Under: Articles Tagged With: Danilo Sanchez, Nations and Generations, Nations and Generations Gathering

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 9
  • Go to page 10
  • Go to page 11
  • Go to page 12
  • Go to page 13
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 17
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use