• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia

intercultural

Kasih Sempurna Melenyapkan Ketakutan

March 3, 2022 by Cindy Angela

Pertemuan iman dan kebenaran (Faith and Life Gathering) yang diadakan minggu lalu yang dihadiri oleh para pemimpin kredensial berakhir dengan sebuah pengertian bersama bahwa kita semua perlu duduk bersama dan melakukan lebih banyak percakapan di dalam konferensi kami terlepas dari perbedaan pandangan yang kami miliki. Dan kami semua percaya bahwa adalah lebih baik menghadapi permasalahan daripada menghindarinya.

Namun tidak dipungkiri sebagai orang Timur, orang Asia Indonesia, isu seksualitas, gender, LGBTQ, bahkan isu rasisme bukan merupakan topik yang terbuka untuk dibahas. Kecenderungan untuk menutupi dan menghindari isu isu ini untuk dibicarakan sangat tinggi. Karena masih banyak yang beranggapan bahwa isu ini adalah tabu dan pembicaraan mengenai hal ini tidak begitu pantas.

Tetapi dengan semangat Intercultural, dimana setiap ekspresi budaya bukan hanya dihormati dan dimengerti tetapi juga hidup bersama dan saling mempengaruhi, tentunya ini bisa menjadi sebuah kesempatan bagi komunitas Mosaic untuk bertumbuh bersama sama, memperkuat karakter masing masing sehingga menyerupai karakter Kristus.

Sebagai orang Timur setiap konflik dihadapi dengan secara tidak langsung, lisan, bahkan seringkali melibatkan pihak ketiga, tetapi kesatuan komunitas tetap terjaga. Tetapi dalam budaya barat konflik dihadapi secara langsung, cenderung dalam bentuk tertulis, dan komunitas terbagi atas kelompok kelompok yang terpolarisasi dalam komunitas yang berbeda.

Menjadi tantangan bagi kita semua yang berada di dalam Mosaic, untuk bisa berkomunikasi dan hidup bersama sebagai satu kesatuan tubuh Kristus yang unik. Sebagai Mosaik, yang hancur retak tetapi indah jika dipersatukan, dan saya percaya bahwa hanya meneledani Yesus dan mengandalkan kuasa Roh Kuduslah, kesatuan yang indah ini bisa terwujud.

Menyikapi isu LGBTQ khususnya mengenai pengajuan resolusi Pertobatan dan Transformasi, Moderator Konferensi Mosaic, Rev Ken Burkholder dan Rev Stephen Kriss selaku Pemimpin Pelayan Eksekutif menyatakan bahwa Konferensi Mennonite Mosaic akan tetap berpegang pada Pernyataan Bersama Gereja gereja tentang Kasih Karunia dan Kebenaran dan tetap terbuka dalam mendengarkan pendapat dan masukkan yang ada.

Saya percaya kita pengikut Yesus harus berani bergerak keluar dari zona nyaman kita masing masing untuk berani berbicara mengenai pemahaman dan perjalanan kita masing masing dalam menyikapi hal ini (LGBTQ, Racial /Criminal Justice), jika komunikasi tidak terjalin kita akan tetap berada di kotak kita masing masing. Kotak yang menghambat komunikasi dan memperbesar asumsi, yang akan mengarah bukan pada persatuan tetapi penghakiman dan perpecahan.

Pastor Charlene Smalls (Ripple) dalam salah satu pertemuan Iman dan Kebenaran, mengutip satu ayat dari Kitab Yesaya 1:18 “Marilah, baiklah kita berperkara! –firman TUHAN–Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”

Dalam bahasa Ibrani kata berperkara adalah yakach, yang artinya mari saling berdiskusi, bertukar pikiran, berargumentasi. Dalam terjemahan New King James Version kata berperkara diterjemahkan menjadi “reason together”. Dalam menyikapi perbedaan dalam mengartikan Firman Tuhan dan juga dalam praktik kehidupan sehari hari, saling berdiskusi dan bertukar pikiran adalah sesuatu yang baik dan praktis. Inilah yang perlu kita praktekkan dalam kehidupan kita bersama-sama.

“Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” – 1 Yohanes 4:18. Seringkali rasa takutlah yang menjadi alasan kita tidak mau “berperkara”, rasa takutlah yang menjadi alasan kita tidak mau duduk bersama, tetapi Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Mari kita sama sama berdoa agar Roh yang hidup itu memberikan kita penghiburan, pemulihan, keberanian dan kasih, sehingga kita bisa hidup bersama di dalam kasih persaudaraan yang nyata. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: faith and life commission, Hendy Matahelemual, intercultural

Menciptakan Ruang

October 21, 2021 by Conference Office

Mutual transformation happens when we acknowledge, own, and celebrate our cultural dTransformasi bersama terjadi ketika kita mengakui, memiliki, dan merayakan perbedaan budaya kita, dan tidak berhenti sampai disitu melainkan kita memberi diri kita diubah oleh hubungan kita dengan Tuhan dan orang lain. Tema untuk Pertemuan tahunan Mosaik 2021 adalah “Transformasi Bersama,” berdasarkan Roma 12: 2-10.

“Orang Kristen adalah orang asing dan pendatang dalam semua budaya. Namun gereja sendiri adalah bangsa Tuhan, yang mencakup orang-orang yang datang dari setiap suku dan bangsa. Misi gereja adalah untuk mendamaikan kelompok-kelompok yang berbeda, menciptakan satu umat manusia baru dan memberikan visi di masa depan bahwa suatu hari semua bangsa akan mengalir ke gunung Tuhan dan berdamai. 

from Pengakuan Iman Mennonite artikel 10

Untuk saling berubah, kita perlu mengenali status kita sebagai orang asing dan pendatang di dunia ini. Kita “tidak menganggap diri kita lebih tinggi dari yang seharusnya, melainkan memikirkan diri kita dengan penghakiman yang bijaksana, sesuai dengan iman yang telah diberikan Allah kepada kita masing-masing” (Roma 12:3, NIV). Kita belajar untuk mengidentifikasi dan menemukan diri kita dalam budaya, pandangan dunia, keluarga, dan sistem. Kemudian minggalkan sifat egois dan memusatkan kembali diri kita di dalam Kristus sehingga kita dapat didamaikan dengan Allah dan orang lain.

Transformasi bersama dalam kerangka Konferensi Mosaic berarti bahwa kekuasaan dan ekuitas akan bergeser di sekitar posisi dan kepentingan. Bagian dari pekerjaan antar budaya adalah melepaskan kekuasaan dan bagian dari pekerjaan adalah memberdayakan orang lain.

Diperkirakan dalam Konferensi Mosaic, 40% staf kami, 30% dari pemimpin kami yang dipercaya, dan 20% dari jemaat kami adalah orang-orang dari Mayoritas Global (alias orang kulit berwarna) dan jumlah itu terus bertambah. People of the Global Majority (PGM) adalah istilah yang muncul seputar ras yang bisa dibilang paling inklusif secara universal. Berbeda dengan istilah “minoritas” atau “terpinggirkan,” istilah People of the Global Majority menawarkan orang Kulit Hitam, Coklat, dan Pribumi – yang secara numerik mayoritas di seluruh dunia – istilah yang memberdayakan yang mencakup solidaritas global melawan ketidakadilan rasial.

“istilah People of the Global Majority menawarkan orang Kulit Hitam, Coklat, dan Pribumi – yang secara numerik mayoritas di seluruh dunia – istilah yang memberdayakan yang mencakup solidaritas global melawan ketidakadilan rasial.”

One of lesser-known components of fall Assembly is a gathering called, “Nations and Salah satu komponen Majelis musim gugur yang kurang dikenal adalah pertemuan yang disebut, “Bangsa dan Generasi,” yang diadakan untuk para pemimpin Mayoritas Global (para pemimpin warna) dalam Konferensi kami. Bayangkan ruang antar budaya di mana bahasa, kebangsaan, dan perbedaan budaya diakui dan dihormati. “Kita” muncul dari hubungan dan hubungan yang berkembang sebagai kesamaan, pengalaman bersama, dan kesatuan dalam Kristus menghasilkan transformasi bersama. Bertemu bersama adalah salah satu cara bagi para pemimpin untuk mendorong satu sama lain, menyembah, membangun visi, dan merayakan pekerjaan Tuhan.

Pertemuan “Bangsa dan Generasi” tahun ini akan diadakan secara virtual di tiga acara berbeda, dalam tiga bahasa (Spanyol, Indonesia, dan Inggris). Jika Anda adalah orang yang mayoritas warna / global dalam Mosaic Conference, kami mengundang Anda untuk bergabung dengan para pemimpin lain dari Konferensi kami, dalam bahasa pilihan Anda, untuk berbagi cerita tentang transformasi dan pemberdayaan bersama.

Semoga Tuhan melanjutkan pekerjaan antar budaya, formasional, dan misi transformasi timbal balik di dalam dan di antara kita!

Filed Under: Articles Tagged With: intercultural, Marta Castillo, Mosaic Intercultural Team, Nations and Generations Gathering

Apa bendera Anda?

August 20, 2020 by Conference Office

Hendy Matahelemual

Bendera Indonesia dikibarkan di sebuah rumah di Philly Selatan pada tanggal 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Indonesia.

Saya memiliki kewarganegaraan Indonesia, Bendera negara saya adalah “bendera merah putih”. Bendera Ini memiliki dua warna sederhana dengan dua gabungan warna horisontal, merah dan putih. Diperkenalkan dan dikibarkan didepan umum pertama kali 75 tahun di pada waktu proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, di jalan proklamasi 56 di Jakarta.

Saya pernah menjadi anggota pasukan pengibar bendera ketika masih di duduk di bangku SMA, saya masih ingat 17 Agustus adalah hari yang paling penting bagi kami. Hari itu pasukan kami memiliki satu pekerjaan yang harus dilakukan, menaikkan bendera sebagai bagian dari upacara untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia

Pada waktu itu saya belum menjadi bagian dari Mennonite, orang tua saya tidak mengajari saya nilai Anabaptisme, pemisahan gereja dari negara, dan cara non-kekerasan. Hanya setelah saya mendapatkan pewahyuan tentang Anabaptisme, barulah saya menemukan makna yang baru tentang hari kemerdekaan dan juga makna yang baru dalam melihat sebuah bendera.

Bendera nasional adalah simbol patriotik, yang sering diasosiasikan dengan militer oleh karena asal-usul penggunaannya. Tetapi sebagai pengikut Kristus, kita tahu bahwa identitas kita sebagai anak Allah berada diatas setiap bendera dan lembaga pemerintah. Kita tidak perlu mengambil kebanggaan pada identitas nasional kita sendiri, kita tidak perlu untuk membuat negara kita  hebat, kita tidak perlu untuk mengucapkan janji setia kita kepada bendera, umat Kristen adalah umat Allah,  bangsa yang Kudus, tetapi memang kita benar-benar perlu saling bekerja sama, bukan bersaing, bekerja sama lintas negara dan lintas batas politik.

Mungkin satu-satunya hal yang saya bisa nikmati dalam hal kompetisi antara negara dan kebangsaan adalah Piala Dunia Sepakbola FIFA. Saya masih ingat menonton dengan ayah dan paman-paman saya ketika saya masih anak kecil. Keluarga kami tidak pernah melewatkan acara Piala Dunia, dan hal pertama yang saya perhatikan ketika menonton di televisi adalah melihat setiap bendera tim nasional dengan beranekaragam warna yang ada. Tim favorit saya dari dulu sampai hari ini adalah Belanda dan Argentina, dan saya ingat sekali sejak kecil warna bendera mereka.

Berbicara tentang bendera, Alkitab pernah menyebutkan hal ini, kita dapat menemukannya dalam kitab Keluaran. Pada waktu itu Musa sedang membangun mezbah bagi Allah, dan Ia menamai mezbah itu, “Tuhanlah panji-panjiku atau Yehova Nissi. Mungkin itu hanya sebuah nama tetapi pikiran saya bertanya-tanya seperti apa sebenarnya Panji atau Bendera Tuhan itu. Sejujurnya, saya tidak tahu, tapi saya akan berpendapat bahwa itu bukan “bendera merah putih”, itu bukan “bintang dan garis”, bendera Union Jack, atau bahkan bendera Sion.  Saya percaya bendera Allah harus menyatukan kita sebagai pengikut Kristus dan tidak memisah-misahkan kita. Bendera Tuhan harus mewakili kemenangan kita melawan pemerintah dan penguasa dunia yang gelap ini dan juga kemenangan rohani dari kejahatan.

Saya percaya darah Yesus adalah salah satu-satunya bendera spiritual yang dapat menyatukan kita. Bendera ini tidak terbuat dari kain dan bendera ini akan memberi kita kemenangan dari dosa dan kematian. Bendera inilah yang dapat memenangkan dan menjangkau orang dari negara yang liberal, kapitalis, dan komunis, melintasi benua dan batas geografis terlepas dari kewarganegaraan dan kebangsaan Anda. Dan jika kita membawa bendera ini dalam iman kita, sebagai pengikut Kristus, kita akan menjadi saksi Tuhan yang efektif dalam melakukan transformasi untuk hidup orang lain yang mana secara bersamaan, hidup kita juga diubahkan oleh Tuhan.

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Hendy Matahelemual, intercultural

Menunggu Greencard Kerajaan Surga

April 16, 2020 by Conference Office

oleh Hendy Matahelemual

Judah, anak laki-laki dari Hendy, di Wall Street,NYC, foto oleh Hendy Matahelemual

Suatu hari saya bertanya kepada anak saya “Kamu itu orang Indonesia atau orang Amerika sih?” dan ia menjawab, “Both, Daddy, I’m American and also Indonesian”. Ini adalah jawaban yang wajar didengar dari anak berusia 6 tahun, meski sebenarnya saya tahu bahwa secara status kewarganegaraan dia bukanlah warga negara Amerika tetapi Indonesia. Karena Indonesia tidak menganut dwi kewarganegaraan.

Identitas Nasional dan Politik merupakan identitas yang tidak bisa terlepas dalam kehidupan manusia. Bahkan ketika seseorang sudah meninggalkan tanah kelahiran atau bahkan berpindah kewarganegaraan, identitas tersebut masih melekat. Sebagai pendatang di Amerika Serikat dan sebagai mahasiswa seminari saya tertarik untuk belajar, khususnya bagaimana kita menempatkan identitas nasional dan politik sesuai dan sejalan dengan Firman Tuhan.

Hendy dan istrinya Marina pada acara acara Indonesian Fair, di Little Indonesia, Somerswoth, NH / foto oleh icc.inc

Saya tidak ada masalah dengan identitas nasional tetapi kita harus hati hati dengan ultranasionalisme, atau dimana seseorang lebih mengedepankan kepentingan suatu negara dan masyarakatnya di atas segala hal. Dan hal ini tentunya menjadikan negara sama atau lebih tinggi daripada Tuhan itu sendiri. Oleh sebab itu sebagai pengikut Tuhan Yesus kita percaya bahwa kewarganegaraan kita adalah kewarganegaraan surga. (Filipi 3:20) dan kita mengandalkan Tuhan dan tidak men-Tuhankan negara, status kewarganegaraan, atau bahkan men-Tuhankan partai politik ataupun tokoh politik tertentu.

Pengakuan Iman Mennonite, pada artikel ke-23 berkata demikian:

“Kami percaya bahwa gereja adalah “bangsa yang kudus,” milik Allah yang dipanggil untuk memberikan kesetiaan penuh kepada Kristus, yang menjadi kepalaNya dan unuk bersaksi kepada semua bangsa tentang kasih Allah yang menyelamatkan… Gereja tidak mengenal batas-batas geografis dan tidak perlu kekerasan untuk perlindungan. Satu-satunya bangsa Kristen adalah gereja Yesus Kristus, yang terdiri dari orang-orang dari berbagai-bagai suku dan bangsa, dipanggil untuk menjadi saksi kemuliaan Allah.”

Sudah menjadi hal yang umum jika seseorang mengandalkan negara untuk memberi kita kesejahteraan, rasa aman dan nyaman. Di banyak negara, sejak kecil kita diajar untuk menyanyikan lagu kebangsaan, dan mengikuti berbagai macam aktivitas patriotism lainya. Oleh sebab itu sangat penting kita kembali kepada perkataan Rasul Paulus di Roma 12, “Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah dengan pembaharuan budimu, sehingga engkau mengerti kehendak-Ku, mana yang baik, berkenan dan sempurna.”

Bendera bendera negara-negara di Gereja St.John Baptist Philadelphia dimana ILC beribadah setiap minggunya, foto oleh Hendy Matahelemual

Sebagai seseorang yang lahir dan besar bukan dari tradisi Anabaptis-Mennonite, saya merasa mengalami lahir baru kembali di dalam Yesus karena selama ini saya menempatkan Institusi negara dan identitas nasional tidak pada tempatnya. Tetapi sekarang dengan kasih karunia Tuhan saya yakin bahwa apapun kewarganegarannya, identitas saya adalah warga negara surga, dan setiap orang percaya di semua bangsa adalah rekan sekerja tanpa dibatasi oleh identitas nasional dan politik. Sehingga seharusnya tidak menjadi masalah yang dibesar besarkan jika seseorang berlutut ketika lagu nasional dinyanyikan, dan disatu sisi lain seharusnya menjadi masalah besar bagi kita jika ada permasalahan terjadi di negara lain. Karena kita sebagai orang Kristen, kita adalah satu bangsa yang kudus milik Allah.

Prancis Bruno Catalano, di Marseilles, Prancis, adalah patung yang penuh teka teki untuk membangkitkan kenangan dan bagian dari diri mereka yang tertinggal ketika mereka pergi meninggalkan kampung halaman untuk tempat yang baru.

Mari terus bertahan dalam iman kita, khusunya di masa-masa yang sulit ini, saya percaya kasih karunia Tuhan tak berkesudahan, kasih, sukacita, damai sejahtera dari Tuhan lah yang akan mengobati rasa rindu kita akan kampung halaman kita, yang juga akan memenuhi kekosongan hati kita, dan yang akan meyakinkan kita akan identitas kita yang sejati, identitas kita sebagai anak-anak Allah, ahli waris Kerajaan Surga.

Saya juga berharap topik mengenai identitas nasional dan politik tidak lagi menjadi tabu untuk dibahas di gereja gereja., Saya percaya setiap suara kita berarti untuk bisa saling membangun, dan menguatkan gereja Tuhan, bangsa yang kudus yang tersebar diseluruh penjuru dunia ini.

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Hendy Matahelemual, immigration, intercultural

Melewati Lembah Kekelaman

March 24, 2020 by Emily Ralph Servant

Steve Kriss

Memberi bagi Penggalangan Dana Shalom *

Oleh: Steve Kriss, Pejabat Eksekutif

Artikel terakhir saya sekitar 10 hari yang lalu. Kami mulai melihat keseriusan coronavirus. Secara perlahan kami mulai mempertimbangkan kembali dan menjadwal ulang acara – acara.

Sejujurnya, saya belum siap dengan perubahan yang mendadak ditengah situasi yang mana sepertinya semua anggota sidang, dari California sampai ke Vermont, tidak dapat berkumpul secara fisik. Dan saya menulis, bahwa paling tidak saya masih dapat taco, pho dan pergi ke gym. Sekarang ini, kami yang tinggal di Philadelphia masih bisa pergi keluar, akan tetapi untuk keperluan yang tidak penting sudah ditutup, saya melakukan kegiatan olah raga saya di ruang bawah tanah rumah saya.

Jiwa kepemimpinan diuji dalam perubahan situasi ini. Kami terus memprioritaskan pengambilan keputusan yang terlokalisasi di seluruh Konferensi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, dengan menekankan cinta kasih kepada Tuhan dan cinta terhadap sesama. Gubernur Pennsylvania Wolf mengatakan bahwa persemakmuran belum pernah melihat gangguan seperti ini sejak Perang Saudara.  Akan tetapi Tuhan beserta kita, dan Roh Kudus memampukan kita untuk menjadikan dan membagikan Kabar Baik, sekalipun pada saat ini yang terbaik yang kita lakukan adalah sebaiknya tinggal dirumah.

Sementara itu, hampir semua energi kita digunakan untuk menguatkan apa yang akan terjadi, untuk menghormati saran pemerintah kita tentang praktik terbaik tidak mengadakan pertemuan dan menjaga jarak. Kebutuhan keuangan telah muncul dengan cepat di antara individu dan masyarakat yang rentan di Konferensi kami. Kita perlu bertindak bersama untuk membagikan sumber daya kita dengan baik di minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang

Di seberang Konferensi kami, kami masih bertemu. Banyak sidang mencari cara untuk menggunakan teknologi baru (seperti Zoom dan Facebook) serta memperbarui teknologi lama (seperti panggilan telepon) agar tetap terhubung. Kami benar-benar saling membutuhkan saat ini, baik untuk melewati maupun mempertahankan harapan bahwa akan ada kehidupan setelah krisis. Staf konferensi mengumpulkan para pendeta secara virtual untuk berdialog bersama dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Indonesia. Kami berkumpul untuk berdoa setiap minggu dan menawarkan perlengkapan online juga. Kita berada dalam perjuangan bersama.

Namun tetangga-tetangga Asia-Amerika sedang mengalami tindakan agresi dan rasisme saat ini. Kita tidak bisa menjadi orang yang takut, melainkan orang yang penuh cinta yang berbicara dan bertindak dengan cara yang tidak membiarkan rasisme berkembang di tengah-tengah kita. Saya berkomitmen untuk memberikan pendampingan dan advokasi yang berkelanjutan untuk anggota dan komunitas Asia-Amerika di seluruh Konferensi kami: kedamaian tanah kami tergantung pada pengakuan jejak Tuhan pada setiap orang. Saya mendorong kita semua untuk memilih kata-kata dan tindakan kita dengan bijak dan sensitif sehingga kita adalah orang-orang yang membantu menyembuhkan dan memberikan harapan.

Sementara banyak dari Kementerian Terkait Konferensi kami telah ditutup, penyedia layanan manusia kami mengalami tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Komunitas pensiun kami sangat rentan dan beroperasi pada tingkat kewaspadaan yang tinggi. Kita sebaiknya mengingat Frederick Living, Living Branches, dan Komunitas di Rockhill dalam doa. Ripple Community Inc di Allentown telah berkomitmen untuk tetap terbuka dan dapat diakses oleh orang-orang yang membutuhkan makanan dan pendampingan; mereka mencari mitra untuk menyiapkan sandwich dan untuk membantu menambah kebutuhan yang tidak terkendali di pusat komunitas di sana. Crossroads Community Center di Philadelphia juga mengalami peningkatan kebutuhan, terutama untuk makanan. Sebagai kehadiran kementerian jangka panjang di lingkungan Fairhill, Crossroads memiliki kredibilitas untuk menyediakan sumber daya selama masa ini. Bersama sebagai komunitas konferensi, kami akan mencari cara untuk mendukung kedua kementerian kota ini dalam beberapa minggu mendatang

Ayat yang sudah tidak asing lagi dari Mazmur 23 telah menjadi penuntun bagi saya di zaman sekarang: “Sekalipun kita berjalan melalui lembah kekelaman kematian, kita tidak akan takut akan kejahatan…. Sebab kebajikan dan kasih  akan mengikuti kita sepanjang hidup kita, dan kita akan tinggal di rumah Tuhan selamanya.” Kami percaya pada kepedulian Tuhan, bahkan di saat yang luar biasa ini, dan kami mencari cara untuk mengekspresikan kepercayaan kami kepada Tuhan sambil memperluas kasih dan kepedulian Tuhan untuk sesama kita.

Saksikan video Pejabat Eksekutif Steve Kriss di Facebook Live Selasa, 24 Maret, berbicara tentang menjalani prioritas formasional, misi, dan antarbudaya di masa krisis.

* Dana Shalom mendukung para pastor, jemaat, dan kementerian sebagai tanggapan langsung terhadap Coronavirus dan krisis ekonomi yang terjadi kemudian. Kami akan berusaha untuk menanggapi yang paling rentan dalam keanggotaan dan lingkungan kami dengan memberdayakan pejabat lokal untuk memenuhi kebutuhan nyata dengan kasih dan kemurahan hati Kristus di saat ketakutan dan kecemasan.

Filed Under: Blog Tagged With: coronavirus, formational, intercultural, missional, mutual aid, Racism

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use