• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • English (Inggris)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia

Cindy Angela

Kepingan Kampung Halaman

May 26, 2022 by Conference Office

Saat saya pertama kali pindah dari kota Surabaya ke kota Philadelphia, saya sempai cemas kalau saya akan kehilangan ke-Indonesiaan saya. Namun, saya cukup terkejut untuk menemukan kekayaan komunitas Indonesia di Philadelphia. Saya tidak pernah pusing untuk mencari bahan masakan Indonesia, restoran Indonesia, bahkan gereja berbahasa Indonesia.

Saya selalu tahu bahwa saya ingin menjadi bagian dari sebuah komunitas, dan saya mencari sebuah gereja untuk bertumbuh dan berkembang. Philadelphia Praise Center (PPC) adalah gereja pertama yang saya hadiri ketika saya pertama kali ada di Philadelphia, dan saya sudah menetap di gereja ini selama hampir satu decade. Melalui gereja ini, saya diperkenalkan akan menjadi seorang Mennonite dan dengan nilai-nilai anabaptisme. Saya dibaptis di ruang bawah tanah gereja di tahun 2016.

Foto disediakan oleh Cindy Angela

PPC adalah salah satu dari beberapa gereja Indonesia yang menjadi bagian dari Konferensi Mosaik. Selain PPC, ada 2 gereja Indonesia lain di Philadelphia Selatan, serta beberapa gereja lain di negara bagian New York dan California. Hanya setelah saya bekerja untuk Konferensi Mosaik-lah baru saya sadar bahwa ternyata banyak juga orang Mennonite di Indonesia, dan saya bersukacita saat mendengar pertemuan raya tahun 2022 Mennonite World Conference akan diadakan di kota Semarang, Indonesia.

Walaupun saya telah diubahkan dan mengalami transformasi setelah keputusan saya untuk mengikut Kristus, saya tidak pernah merasa bahwa saya harus menanggalkan kebudayaan Indonesia saya untuk membuat identitas baru. Namun, saya merasa diundang dan diterima untuk membawa sejarah saya, latar belakang saya dan budaya saya untuk turut serta dalam perjalanan saya dengan Kristus. Dan sekarang, saya ingin membagikan beberapa hal yang saya hargai tentang kebudayaan Indonesia yang masih saya bawa setiap hari.

“Bhinekka Tunggal Ika” 

Motto Indonesia adalah Bhinekka Tunggal Ika. Artinya adalah “berbeda-beda namun satu jua” dalam Bahasa Kawi.

Orang yang kurang familier dengan kebudayaan Indonesia selalu terkejut saat mereka mendengar bahwa: “Saya dan suami saya berasal dari Indonesia, tapi saya bisa berbicara dengan Bahasa yang sangat berbeda dari dia, bahkan dia tidak akan mengerti ucapan saya.”

Walaupun Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Indonesia, masih ada lebih dari 300 bahasa daerah di Indonesia. Saya lahir dan dibesarkan di Surabaya, Jawa Timur, artinya saya juga bisa berbahasa Jawa. Banyak orang Indonesia yang bisa berbicara fasih dalam dua atau lebih bahasa.

Lebih dari bahasa, kita bisa melihat betapa beraneka ragamnya Indonesia terefleksikan dari makanan, kebiasaan, tradisi dan bahkan dari seni batik dari daerah-daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini dilihat menjadi sebuah keindahan. Perbedaan inilah yang mempersatukan kita. Saya diingatkan oleh firman Tuhan dari Roma yang berbicara tentang hal ini:

“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.” (Roma 12:4-5, TB)

“Gotong Royong” 

Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat komunal. Dimulai dari bagaimana kita mengambil keputusan, sampai bagaimana kita melakukan sesuatu. Dalam Bahasa Indonesia, adalah sebuah istilah yang sering dipakai yaitu gotong royong. Kata gotong artinya adalah “untuk membawa” sementara royong artinya “bersama / dengan orang banyak”.

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2, TB)

Gotong royong mengajarkan saya bahwa kita butuh satu sama lain untuk hidup, dan saya pikir bergotong royong bisa menjadi salah satu cara mejuwudkan kasih Kristus kepada orang-orang disekitar kita.

“Buah Tangan” 

Sejak saya masih kecil, Mama saya selalu mengingatkan saya: “jangan datang dengan tangan kosong.” Ada kebudayaan di Indonesia untuk selalu membawakan oleh-oleh atau buah tangan saat kita mengunjungi seseorang.

Itu bisa menjadi magnet kulkas, atau itu bisa dalam bentuk makanan. Oleh-oleh / buah tangan menunjukkan bahwa kita ingat dengan seseorang, dan kita ingin membagikan pengalaman kita kepada mereka.

Seperti buah Roh, kita bisa menanamkan kasih, sukacita, damai dan kebaikan kepada orang lain melalui “buah” tangan kita.

Photo by Cindy Angela

Hal-hal ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak dahulu kala, dan saya bersyukur bahwa saya diberikan kesempatan untuk membagikan kepingan-kepingan dari kampung halaman saya kepada Anda semua. Bukanlah sebuah kebetulah bahwa Tuhan menciptakan dunia ini untuk ditenun sebegitu rupa dengan beragamnya budaya dan bahasa, dan saya menantikan bagaimana Tuhan akan terus bekerja untuk mentransformasi dan menyatukan kita semua melalui perbedaan kita.


Artikel ini pertama kali muncul di kolom blog MC USA dan dicetak ulang dengan izin.

Filed Under: Articles Tagged With: AAPI, Cindy Angela, Philadelphia Praise Center

5 Cara Mengalahkan Kejenuhan Virtual untuk Musim Liburan

December 10, 2020 by Cindy Angela

Saya memiliki sebuah pengakuan. Meski saya merasa diberkati dengan teknologi yang dapat kita gunakan di tengah pandemi ini, ada lebih dari satu kali  saya berpikir, “Jangan pertemuan zoom lagi!” 

Pertemuan Zoom sering membosankan. Orang-orang cenderung tidak bersemangat atas pertemuan virtual. Tapi apakah selalu harus seperti itu? Saya percaya bahwa Tuhan telah menantang kita tahun ini untuk keluar dari zona nyaman kita. Kita perlu cara-cara kreatif untuk merayakan hadiah dan bersama-sama dengan aman.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,  sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak  Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2 TB)”

Sudah waktunya untuk mematahkan stigma pertemuan virtual. Berikut adalah beberapa cara kreatif untuk membuat pertemuan virtual Anda lebih menyenangkan dan bermakna selama musim liburan ini:

1. Liburan Natal Virtual

Sebelum rapat, mintalah para peserta untuk mencari gambar tempat yang selalu ingin mereka kunjungi. Ajak mereka untuk mengubah latar belakang virtual mereka menjadi tempat liburan impian mereka. (Anda bahkan dapat berdandan!) Selama pertemuan, setiap orang bergantian menebak “di mana” yang lain berada. Atau, jika Anda bekerja dengan kelompok besar, mintalah beberapa orang untuk menjadi “pemandu wisata” dari lokasi mereka.

2. Lomba membuat Ornamen Natal

Bagilah peserta ke dalam tim dan tetapkan ruang breakout melalui zoom supaya tiap tim dapat berkolaborasi. Minta mereka untuk merancang “ornamen terbaik” menggunakan opsi papan tulis virtual.  Pada akhir sesi breakout, mintalah mereka untuk menyimpan dan mempresentasikan ornamen mereka kepada kelompok yang lebih besar. Jika ada ornamen terfavorit, host dapat mencetak desain menjadi ornamen yang sebenarnya dan mengirimkannya kepada semua orang sebagai hadiah.

3. Surat Malaikat

Gunakan generator pertukaran hadiah online untuk memilih “malaikat” secara acak untuk setiap peserta. Kemudian, kirimkan surat tulisan tangan kepada penerima yang ditugaskan, diisi dengan kata-kata, ayat ayat Alkitab, atau kata kata penyemangat secara khusus. Tanda tangani secara anonim dan kirimkan ke penerima. Adakan pertemuan virtual untuk berbicara tentang surat-surat ini. Setiap peserta berbagi apa yang mereka rasakan setelah membaca surat, dan mencoba menebak siapa “malaikat” mereka.

Atau, jika Anda menemukan seseorang yang sedang mengalami kesulitan, Anda bisa menugaskan beberapa malaikat untuk satu orang!

4. Belajar sebuah lagu natal dengan bahasa yang berbeda

Konferensi Mosaik memiliki enam bahasa yang berbeda dalam beribadah. Cobalah mempelajari lagu Natal dalam bahasa selain bahasa anda sendiri. Anda dapat meminta seseorang yang berbicara bahasa lain bergabung dalam rapat Anda dan mengajari grup Anda lagu yang belum pernah Anda dengar sebelumnya.

5. Cerita Kelahiran Yesus Virtual yang Interaktif

Unduh atau cetak aktivitas keluarga masa adven buatan Mosaik. Bertemu secara virtual, setiap keluarga bergantian membaca bagian dari kisah kelahiran Yesus.

Semoga Anda terinspirasi untuk lebih kreatif dengan pertemuan virtual Anda selama musim Natal ini. Meskipun kita akan merayakan Natal yang berbeda tahun ini, saya berharap bahwa Roh Kudus masih menjaga karunia untuk tetap hidup dalam setiap kita masing-masing.

Artikel ini diterbitkan dalam Bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Hendy Matahelemual

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Cindy Angela

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use