Rencanakanlah sebuah liburan yang ideal untuk pasangan anda atau teman dekat anda. Jika budget dan waktu tidak terbatas apa yang akan anda berikan? Setelah itu mintalah pasangan anda atau teman dekat anda melakukan hal yang sama untuk anda. Aktifitas singkat ini adalah salah satu bagian dari latihan singkat bagaimana ternyata penting bagi kita semua untuk bisa mendengar, mengerti dan memahami orang lain.
Jujur ketika saya melakukan aktifitas ini secara otomatis keinginan sayalah yang ingin saya ajukan pertama kali. Dan tentunya asumsi saya tentang apa yang saya anggap baik buat pasangan atau teman saya. Asumsi dan proyeksi mengambil andil besar dalam saya merencenakan liburan ideal ini. Dan ini belum tentu baik, dan dalam beberapa kasus malah membahayakan.
Bagaimana jika kita malah merencanakan liburan ideal yang malahan membuat pasangan kita atau teman kita menghidupi kembali trauma trauma masa lalu mereka yang sebenarnya belum mengalami pemulihan? Liburan ideal bagi kita bisa menjadi petaka bagi orang lain.
Sebenarnya aktifitas ini ingin menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dan juga pentingnya kita sebagai pribadi mendengarkan apa yang menjadi “passion” atau trauma dari orang lain. Mendengarkan adalah langkah awal kita bisa mengerti dan memahami seseorang. Mendengarkan adalah bagian penting dari komunikasi. “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (Matius 13:9)
Dalam sesi workshop, “Mendengarkan sebagai sebuah perlawanan” (Listening as an act of resistance), di Kelas training kepemimpinan (SLT, kerja sama antara EMU dan Inverse Podcast), Amber Bryant membagikan mengenai tindakan kita mendengarkan sebagai sebuah perlawanan terhadap:
- Model bantuan yang mengatakan bahwa kita harus menindas dan diam untuk membantu dan bersikeras bahwa kebutuhan adalah hasil dari ketidakmampuan dan ketidakadilan (mengabaikan cerita dan konteks)
- Memberi makan ke dalam narasi bahwa manusia ada di semacam bidang hierarkis dalam kaitannya satu sama lain dan bahwa kita entah bagaimana tidak semua dibuat dalam citra ilahi.
- (bagi orang Amerika terutama) gagasan bahwa kita entah bagaimana adalah protagonis dalam cerita adalah kita dan bukan Tuhan.
Dibutuhkan kerendahan hati untuk kita bisa mendengarkan dengan baik. Jika kita mendengarkan dengan rendah hati maka:
- Akan membantu kita melihat konteks dan latar belakang dengan baik
- Memperbaiki narasi yang melengkung sehingga kembali ke bentuk yang semula sesuai dengan rencana Tuhan
- Kita melihat dari sudut pandang yang berbeda dari diri kita sendiri (seseorang yang buta warna hanya bisa mengetahui bahwa ia buta warna ketika ia berbicara dengan orang yang tidak buta warna)
- Mengecek bias dalam diri kita. Sebuah refleksi pribadi sebelum merusak hubungan dengan orang lain.
- Menanam, merawat dan membangun kepercayaan
- Menghubungkan kita sebagai manusia
- Ketika kita mendengarkan dengan kerendahaan hati, dan percaya penilaian kita terhadap konteks yang ada, kita bisa mendengar dengan benar dan melihat dengan sudut pandang yang tepat
- Sebelum kita menolong orang lain, lebih baik kita bertanya terlebih dahulu (komunikasi dan keintiman membantu kita untuk bisa menolong dengan lebih baik)
Mari kita menjadi pendengar yang baik, selain mendengarkan tuntunan Tuhan melalui Roh kudus, kita juga perlu mendengar orang lain dengan kerendahan hati. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Paul Gorski, yang berjudul “Intensi yang baik tidak cukup” (Good Intentions are not enough) dijabarkan lebih jelas lagi bagaimana niat baik saja tidak cukup jika kita ingin menolong dan menjadi berkat bagi banyak orang (Bisa dibaca disini dalam bahasa Inggris)
Saya percaya kita bisa menjadi murid murid Yesus yang relevan dan menjadi berkat jika kita belajar mendengarkan dengan kerendahan hati. Tuhan Yesus memberkati.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.