• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • 繁體中文 (Cina)
  • English (Inggris)
  • Việt Nam (Vietnam)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia
  • Kreol ayisyen (Creole)

Articles

Apa arti sebuah nama?

December 30, 2020 by Cindy Angela

Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi – William Shakespears 

Tentunya nama memiliki arti, karena nama menyingkapkan identitas kita. Mengapa nama yang tepat begitu penting? Apakah identitas akan berubah ketika nama berganti? Konfusius berkata Permulaan kebijaksanaan adalah memberi nama yang benar terhadap sesuatu. 

Pada tahun 1967 di negara dimana saya dilahirkan, Indonesia. Pemerintah Indonesia menganjurkan semua orang keturunan Tionghoa (Chinese-Indonesia) untuk mengganti nama mereka dengan nama Indonesia. Meskipun hal ini berupa anjuran namun sebenarnya ini merupakan salah satu bentuk asimilasi paksa untuk menghilangkan identitas etnis Tionghoa. Kebanyakan keluarga Chinese-Indonesia sampai pada hari ini memiliki dua nama, nama yang dipakai di dalam keluarga dan nama yang dipakai untuk keperluan identifikasi sebagai warga negara. 

Asimilasi budaya terjadi di seluruh bagian dunia hingga hari ini. Orang tua saya memberi nama saya Hendy, diambil dari nama kedua kakek saya Hendrik dan Eddy, yang adalah tipikal nama Eropa. Hanya nama belakang saya saja yang berasal dari nama suku Ambon, etnis dimana keluarga ayah saya berasal. 

Saya mengakui bahwa saya pernah malu pada nama belakang saya. Hal itu membuat saya tidak pernah menggunakan nama tersebut, saya merasa itu terlalu etnik dan berbeda, tidak seperti nama nama Indonesia atau nama nama barat lainnya yang lebih umum. Sehingga akhirnya saya memakai nama tengah saya, Stevan, namanya lebih Eropa, sehingga lebih diterima secara budaya.  

Setelah saya belajar mengenai studi interkultural saya merasa saya harus kembali menggunakan nama keluarga saya. Saya merasa mendapat pewahyuan untuk menggunakan nama belakang saya. Saya percaya nama saya memiliki cerita dan seiring berjalannya waktu saya ingin mengetahui lebih banyak tentang cerita itu. 

Persatuan bukanlah penyeragaman, dan keunikan bukanlah perpecahan. Meski pengaruh budaya dominan begitu besar. Saya percaya Tuhan ciptakan kita unik, dan kita tidak perlu mengikuti budaya dominan melainkan berubah kembali menjadi seperti gambaran-Nya. Dan saya percaya Tuhan menentang penyeragaman dan etnosentrisme. Tidak ada budaya atau etnis yang lebih baik dari yang lain. Kita semua memiliki kecacatan dan keindahan yang setara.

“Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” – Kejadian 11:4

Tuhan meruntuhkan menara Babel dan mencerai beraikan mereka,  karena mereka ingin membuat masyarakat seperti gambaran mereka sendiri, sesuai standard mereka, mereka bangga dan ingin memberi nama untuk mereka sendiri. Sehingga dibutuhkan kuasa penebusan Yesus Kristus di kayu salib untuk akhirnya menyelamatkan manusia dari kesombongan ini dan kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk berkomunikasi lintas budaya. 

Persoalan nama juga tercatat di perjanjian lama, Hananiah, Mishael, dan Azaria harus mengganti nama Ibrani mereka dengan nama Chaldean, Sadrach, Meshach, dan Abednego. Bahkan dalam perjanjian baru adalah umum jika orang Yahudi memiliki dua nama, satu nama Ibrani dan satu nama Yunani. Pada kenyataanya Rasul Paulus tidak menggantinya, Saulus adalah nama Ibrani sedangkan Paulus adalah nama Yunani. 

“Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.” – Wahyu 2:17

Ketika saya menyiapkan artikel ini saya melakukan pencarian arti dari nama belakang saya. Sebelumnya saya tidak tahu apa arti kata Matahelemual. Tidak mudah untuk mencari jawabanya. Saya harus mencari tahu kepada saudara saya yang mengerti bahasa Ambon, Akhirnya setelah mendapatkan jawaban yang pasti, nama Matahelemual berarti Pintu yang terbuka. Saya bersyukur saya merasa seperti Tuhan memberikan saya sebuah nama yang baru. 

Ada dua nama, nama yang diberikan oleh manusia dan nama yang diberikan oleh Tuhan. Nama yang diberikan oleh Tuhan adalah nama yang akan mengarahkan kita kepada janji-Nya. Tuhan mengganti nama Abram menjadi Abraham, Sarai menjadi Sarah, Yakub menjadi Israel, dan Simon menjadi Petrus. Dan melalu nama itu Tuhan memberikan awal yang baru, harapan baru dan berkat yang baru. Nama adalah sebuah doa. Apa arti nama anda?

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Hendy Matahelemual

Siapa yang Menabur, ia akan Menuai

December 10, 2020 by Cindy Angela

“Siapa yang menabur, ia akan menuai” ucap Pastor Buddy Hananto, ketika ia bercerita mengenai suka dan duka dalam melayani dan bagaimana Tuhan begitu ajaib membawa kehidupan pribadi, keluarga dan pelayanan semakin bertumbuh di dalam Tuhan. 

Foto disediakan oleh Buddy Hananto

Pastor Buddy Hananto lahir dan besar di kota Jakarta. Ia memulai pelayanan di gereja dan aktif di pergerakkan pemuda sejak kelas 3 SMA bersama GPKDI, dimana ia melayani disekolah-sekolah. Ketika menginjak bangku kuliah Pastor Buddy sudah memulai pelayanan mimbar di cabang cabang gereja GPKDI yang tersebar di kota Jakarta dan Tangerang. 

Pada tahun 1992 kedua orangtua Pastor Buddy mendapatkan lotere green card untuk tinggal di  Amerika Serikat. Pada pada tahun itu beliau pergi ke Amerika Serikat ke negara bagian California bersama kedua orang tuanya. 

Sesampainya di California, Pastor Buddy kembali melayani ia bertemu dengan Pastor Virgo Handojo dimana ia dimentori oleh beliau dan bersama sama melayani di JKI Anugerah. Karena sudah cukup berpengalaman dalam pelayanan Pastor Buddy sering ditugasi untuk mengisi pelayanan mimbar di gereja gereja lain. 

Pada tahun 1995 beliau diutus untuk merintis persekutuan bersama Pastor Haryono Margono yang kemudian persekutuan tersebut berkembang menjadi Indonesian Mennonite Church. Pada tahun 1996 Pastor Haryono Margono mengundurkan diri dan Pak Buddy Hannanto ditunjuk menjadi gembala sidang dan setahun setelahnya Pastor Buddy ditahbiskan oleh Pacific SouthWest Mennonite Conference. Indonesian Mennonite Church kemudian berganti nama menjadi Indonesian Worship Church pada tahun 2000. 

Dalam kepemimpinan Pastor Buddy, Indonesian Worship Church berkembang dari gereja yang hanya melayani orang Indonesia menjadi gereja yang melayani orang orang non-Indonesia, sehingga akhirnya pada tahun 2016 Indonesian Worship Church berganti nama menjadi International Worship Church. Pada Tahun 2019 Pastor Buddy di ordain oleh Franconia Mennonite Conference yang sekarang menjadi Mosaic Mennonite Conference. 

Foto disediakan oleh Buddy Hananto

“Pelayanan adalah anugerah dan kesempatan, membangun mahkota di surga.” Sejak tahun tahun 2004 Pastor Buddy telah bekerja sepenuh waktu untuk  gereja. Kegiatan yang beliau lakukan di gereja adalah melayani pada hari minggu, cell-group dan Bible study di hari biasa dan membantu jemaat. Hari biasa Pak Buddy siap untuk melayani jemaat pergi ke kantor imigrasi, pergi ke dokter,dll. “Panggilan seorang hamba Tuhan melayani etnik church akan lebih banyak tuntutan melayani kepada jemaat , bukan hanya berkotbah di mimbar tetapi lebih dari itu jemaat menggangap kita keluarga.” Tidak jarang bahkan Pastor Buddy diminta tolong oleh jemaat dari gereja lain, tentunya atas persetujuan gembala gereja tersebut. 

“Kalau kita sungguh dalam pelayanan, orang yang kita layani akan mencintai kita, Pelayanan dilakukan dengan sungguh hati, sukacita dan tidak hitung hitungan. Hasilnya bisa dilihat buah buahnya bisa dinikmati hari ini, baik pertumbuhan dan kesungguhan jemaat dalam melayani, “, Ucap Pastor Buddy. 

“Kita harus serupa seperti Kristus, menjadi orang Kristen yang memiliki buah-buah roh dan bukan karunia roh saja, Karunia tanpa buah roh adalah sementara, ini yang akan membuat orang menjadi kecewa sama pelayanan, tetapi jika kita mengejar buah buah roh hasilnya akan tetap”

Sekarang Pastor Buddy sedang mengambil sekolah untuk mendapatkan gelar Doctor of Ministry dimana ini merupakan cita cita beliau sejak pertama kali menginjakkan kaki di Amerika Serikat. “Kali ini Tuhan memberikan kesempatan bagi saya untuk sekolah, saya tidak mau mundur,saya mau maju terus dan mengambil kesempatan itu ” ucap Pastor Buddy. 

Pastor Buddy tinggal di Al Hambra, California, Ia menikah dengan Susy Hananto dan dikarunia dua orang anak, Jason dan Rachel. Disela-sela kesibukan beliau memiliki hobi olahraga lari untuk menjaga kebugaran tubuh.

Filed Under: Articles Tagged With: Buddy Hananto, Hendy Matahelemual

5 Cara Mengalahkan Kejenuhan Virtual untuk Musim Liburan

December 10, 2020 by Cindy Angela

Saya memiliki sebuah pengakuan. Meski saya merasa diberkati dengan teknologi yang dapat kita gunakan di tengah pandemi ini, ada lebih dari satu kali  saya berpikir, “Jangan pertemuan zoom lagi!” 

Pertemuan Zoom sering membosankan. Orang-orang cenderung tidak bersemangat atas pertemuan virtual. Tapi apakah selalu harus seperti itu? Saya percaya bahwa Tuhan telah menantang kita tahun ini untuk keluar dari zona nyaman kita. Kita perlu cara-cara kreatif untuk merayakan hadiah dan bersama-sama dengan aman.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,  sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak  Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2 TB)”

Sudah waktunya untuk mematahkan stigma pertemuan virtual. Berikut adalah beberapa cara kreatif untuk membuat pertemuan virtual Anda lebih menyenangkan dan bermakna selama musim liburan ini:

1. Liburan Natal Virtual

Sebelum rapat, mintalah para peserta untuk mencari gambar tempat yang selalu ingin mereka kunjungi. Ajak mereka untuk mengubah latar belakang virtual mereka menjadi tempat liburan impian mereka. (Anda bahkan dapat berdandan!) Selama pertemuan, setiap orang bergantian menebak “di mana” yang lain berada. Atau, jika Anda bekerja dengan kelompok besar, mintalah beberapa orang untuk menjadi “pemandu wisata” dari lokasi mereka.

2. Lomba membuat Ornamen Natal

Bagilah peserta ke dalam tim dan tetapkan ruang breakout melalui zoom supaya tiap tim dapat berkolaborasi. Minta mereka untuk merancang “ornamen terbaik” menggunakan opsi papan tulis virtual.  Pada akhir sesi breakout, mintalah mereka untuk menyimpan dan mempresentasikan ornamen mereka kepada kelompok yang lebih besar. Jika ada ornamen terfavorit, host dapat mencetak desain menjadi ornamen yang sebenarnya dan mengirimkannya kepada semua orang sebagai hadiah.

3. Surat Malaikat

Gunakan generator pertukaran hadiah online untuk memilih “malaikat” secara acak untuk setiap peserta. Kemudian, kirimkan surat tulisan tangan kepada penerima yang ditugaskan, diisi dengan kata-kata, ayat ayat Alkitab, atau kata kata penyemangat secara khusus. Tanda tangani secara anonim dan kirimkan ke penerima. Adakan pertemuan virtual untuk berbicara tentang surat-surat ini. Setiap peserta berbagi apa yang mereka rasakan setelah membaca surat, dan mencoba menebak siapa “malaikat” mereka.

Atau, jika Anda menemukan seseorang yang sedang mengalami kesulitan, Anda bisa menugaskan beberapa malaikat untuk satu orang!

4. Belajar sebuah lagu natal dengan bahasa yang berbeda

Konferensi Mosaik memiliki enam bahasa yang berbeda dalam beribadah. Cobalah mempelajari lagu Natal dalam bahasa selain bahasa anda sendiri. Anda dapat meminta seseorang yang berbicara bahasa lain bergabung dalam rapat Anda dan mengajari grup Anda lagu yang belum pernah Anda dengar sebelumnya.

5. Cerita Kelahiran Yesus Virtual yang Interaktif

Unduh atau cetak aktivitas keluarga masa adven buatan Mosaik. Bertemu secara virtual, setiap keluarga bergantian membaca bagian dari kisah kelahiran Yesus.

Semoga Anda terinspirasi untuk lebih kreatif dengan pertemuan virtual Anda selama musim Natal ini. Meskipun kita akan merayakan Natal yang berbeda tahun ini, saya berharap bahwa Roh Kudus masih menjaga karunia untuk tetap hidup dalam setiap kita masing-masing.

Artikel ini diterbitkan dalam Bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Hendy Matahelemual

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Cindy Angela

Renungan 25 Hari Masa Adven untuk Keluarga

November 24, 2020 by Cindy Angela

Aktivitas pembentukan iman keluarga ini membagi cerita natal menuju kelahiran Yesus dalam 25 hari. Satu kartu untuk setiap hari di bulan Desember sampai kepada hari Natal, hari ulang tahun Yesus! Semakin dekat ke hari Natal, cerita kelahiran Yesus semakin bertumbuh.  

Download in English | Chinese | Spanish | Bahasa Indonesia | Creole

Instruksi:

  • Gunting kartu ayat dan taruh di dalam amplop. Simpan dimana anggota keluarga dapat membacanya setiap hari, seperti diatas meja untuk dibaca sambil makan. Pertimbangkan untuk menyalakan lilin atau menyanyikan lagu natal sebelum membacanya setiap hari dan berdoa bersama setelah membacanya. 
  • Mulailah pada 1 Desember, baca satu kartu baru setiap hari. Pastikan untuk membaca kembali hari sebelumnya dan akhiri dengan kartu baru untuk hari itu. Dengan melakukan ini cerita akan semakin berarti minggu demi minggu sampai pada hari Natal. Dan pada akhirnya ayat ayat ini akan mudah diingat sehingga anggota keluarga bisa melafalkannya dari ingatan mereka.
  • Kartu ini dapat digunakan setiap tahun.

Filed Under: Articles Tagged With: Youth Ministry

Melihat dengan Kacamata Baru

September 24, 2020 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual, Indonesian Light congregation (Philadelphia, PA)

Saya ingat ketika saya masih kecil, saya ingin sekali memakai kacamata. Saya sering bermain dengan kacamata orangtua saya, memakainya, dan tentu saja saya tidak bisa melihat jelas.  Orang tua saya melarang saya bermain dengan kacamata mereka. Tetapi saya merasa keren ketika memakainya.  Kedua orang tua saya memakai kacamata, dan beberapa teman saya di sekolah juga ada memakai kacamata. Bagi saya Kacamata adalah sesuatu yang keren. Karena itulah saya sedikit kecewa ketika mengetahui bahwa penglihatan saya baik-baik saja, 20/20 dan saya tidak memerlukan kacamata. Hal ini tentunya terjadi sudah lama sekali. 

Visi 20/20 adalah suatu istilah yang menyatakan penglihatan yang normal  (kejelasan atau ketajaman dari penglihatan) diukur pada jarak 20 kaki. Oleh sebab itu ketika memasuki tahun 2020 saya cukup bersemangat karena dalam iman saya percaya Tuhan mau menyatakan “Visi yang sempurna” kepada saya, tetapi semangat itu berubah setelah terjadi pandemik. Sekarang 6 bulan telah berlalu, dan melihat visi dari Tuhan hari lepas hari tidaklah begitu mudah, atau mungkinkah yang  kita perlukan sekarang adalah melihat dengan kacamata yang baru? 

Apa yang menjadi visi Tuhan bagi saya di tahun 2020? Penulis Amsal berkata, “Ketika tidak ada visi maka orang binasa” (Amsal 29:18). Saya sering berdoa, “Tuhan saya ingin melihat seperti Engkau melihat, merasa seperti Engkau merasa” Terkadang saya mendapatkan pewahyuan tetapi terkadang juga tidak. Tetapi satu hal yang pasti terjadi, Tuhan selalu memberi saya kacamata yang baru, Dia selalu memperlihatkan kepada saya sudut pandang yang baru. 

Tidak ada yang bisa menebak tahun 2020 akan seperti ini, pandemik, perang, kebrutalan polisi, ketidakadilan rasial, kebakaran hutan, badai, gempa bumi, krisis ekonomi dan masih banyak lagi. Tidak ada yang bisa melihat bahwa ini akan terjadi, tetapi apakah semua ini adalah hal yang baru? 

Pengkhotbah 1:9 menulis, “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.” Mungkin ini benar, tidak ada sesuatu yang baru, atau mungkin alasan mengapa kita tidak bisa melihatnya adalah karena kita memilih untuk tidak melihatnya. 

Setiap aspek kehidupan manusia mengalami kejatuhan. Di tengah-tengah koneksi internet cepat 5G, manusia masih tetap lambat dalam hal memaafkan dan melupakan. Kebanyakan manusia masih memilih melakukan pembalasan daripada memberikan pipi lainnya. Sepertinya keempat penunggang kuda dalam kitab wahyu sudah begitu dekat. 

Teman saya berkata, di saat-saat ini dia bisa lebih mengerti mengenai ungkapan “ketidaktahuan adalah kebahagiaan”. Akan lebih mudah bagi kita untuk mengenakan kacamata kenyamanan kita daripada menggunakan kacamata kenyataan yang memperlihatkan kekacauan ini. Tuhan ingin kita memiliki “Visi yang sempurna” ini, melihat dunia sebagai sebuah kekacauan besar, kekacauan yang hanya bisa Tuhan Yesus sembuhkan (baik dalam Roh maupun melalui kedatangan-Nya yang kedua kali). Seperti perkataan teman saya, “There is no Messiah without a mess”. 

Melihat dengan kacamata yang baru artinya kita melihat realita sebagaimana adanya, menerima sepenuhnya rasa sakit, rasa takut, pergumulan, dan penderitaan seutuhnya sebelum menyerahkannya kepada Tuhan. Terkadang melihat dengan “Visi yang sempurna” artinya kita melihat dengan penglihatan yang kabur dan tidak jelas, karena ada air mata.  Air mata ini menetes karena pada akhirnya kita merasakan rasa sakit, pergumulan dan perjuangan di dalam kemanusiaan kita. Terkadang melihat dengan kacamata yang baru adalah melihat dengan mata yang bersedih. Seperti Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang berdukacita  karena mereka akan dihibur.” (Matius 5:4)

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: blog, Hendy Matahelemual, Indonesian, staff blog

Apa bendera Anda?

August 20, 2020 by Conference Office

Hendy Matahelemual

Bendera Indonesia dikibarkan di sebuah rumah di Philly Selatan pada tanggal 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Indonesia.

Saya memiliki kewarganegaraan Indonesia, Bendera negara saya adalah “bendera merah putih”. Bendera Ini memiliki dua warna sederhana dengan dua gabungan warna horisontal, merah dan putih. Diperkenalkan dan dikibarkan didepan umum pertama kali 75 tahun di pada waktu proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, di jalan proklamasi 56 di Jakarta.

Saya pernah menjadi anggota pasukan pengibar bendera ketika masih di duduk di bangku SMA, saya masih ingat 17 Agustus adalah hari yang paling penting bagi kami. Hari itu pasukan kami memiliki satu pekerjaan yang harus dilakukan, menaikkan bendera sebagai bagian dari upacara untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia

Pada waktu itu saya belum menjadi bagian dari Mennonite, orang tua saya tidak mengajari saya nilai Anabaptisme, pemisahan gereja dari negara, dan cara non-kekerasan. Hanya setelah saya mendapatkan pewahyuan tentang Anabaptisme, barulah saya menemukan makna yang baru tentang hari kemerdekaan dan juga makna yang baru dalam melihat sebuah bendera.

Bendera nasional adalah simbol patriotik, yang sering diasosiasikan dengan militer oleh karena asal-usul penggunaannya. Tetapi sebagai pengikut Kristus, kita tahu bahwa identitas kita sebagai anak Allah berada diatas setiap bendera dan lembaga pemerintah. Kita tidak perlu mengambil kebanggaan pada identitas nasional kita sendiri, kita tidak perlu untuk membuat negara kita  hebat, kita tidak perlu untuk mengucapkan janji setia kita kepada bendera, umat Kristen adalah umat Allah,  bangsa yang Kudus, tetapi memang kita benar-benar perlu saling bekerja sama, bukan bersaing, bekerja sama lintas negara dan lintas batas politik.

Mungkin satu-satunya hal yang saya bisa nikmati dalam hal kompetisi antara negara dan kebangsaan adalah Piala Dunia Sepakbola FIFA. Saya masih ingat menonton dengan ayah dan paman-paman saya ketika saya masih anak kecil. Keluarga kami tidak pernah melewatkan acara Piala Dunia, dan hal pertama yang saya perhatikan ketika menonton di televisi adalah melihat setiap bendera tim nasional dengan beranekaragam warna yang ada. Tim favorit saya dari dulu sampai hari ini adalah Belanda dan Argentina, dan saya ingat sekali sejak kecil warna bendera mereka.

Berbicara tentang bendera, Alkitab pernah menyebutkan hal ini, kita dapat menemukannya dalam kitab Keluaran. Pada waktu itu Musa sedang membangun mezbah bagi Allah, dan Ia menamai mezbah itu, “Tuhanlah panji-panjiku atau Yehova Nissi. Mungkin itu hanya sebuah nama tetapi pikiran saya bertanya-tanya seperti apa sebenarnya Panji atau Bendera Tuhan itu. Sejujurnya, saya tidak tahu, tapi saya akan berpendapat bahwa itu bukan “bendera merah putih”, itu bukan “bintang dan garis”, bendera Union Jack, atau bahkan bendera Sion.  Saya percaya bendera Allah harus menyatukan kita sebagai pengikut Kristus dan tidak memisah-misahkan kita. Bendera Tuhan harus mewakili kemenangan kita melawan pemerintah dan penguasa dunia yang gelap ini dan juga kemenangan rohani dari kejahatan.

Saya percaya darah Yesus adalah salah satu-satunya bendera spiritual yang dapat menyatukan kita. Bendera ini tidak terbuat dari kain dan bendera ini akan memberi kita kemenangan dari dosa dan kematian. Bendera inilah yang dapat memenangkan dan menjangkau orang dari negara yang liberal, kapitalis, dan komunis, melintasi benua dan batas geografis terlepas dari kewarganegaraan dan kebangsaan Anda. Dan jika kita membawa bendera ini dalam iman kita, sebagai pengikut Kristus, kita akan menjadi saksi Tuhan yang efektif dalam melakukan transformasi untuk hidup orang lain yang mana secara bersamaan, hidup kita juga diubahkan oleh Tuhan.

Filed Under: Articles, Blog Tagged With: Hendy Matahelemual, intercultural

Karya Berkabung dan Berbicara

June 5, 2020 by Steve Kriss

oleh Steve Kriss, Pelayan Eksekutif

“Berbahagialah orang yang berduka …
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan keadilan. ”
—Yesus, Khotbah di Bukit

“Kita tidak akan mengingat kata-kata musuh kita, tetapi keheningan teman-teman kita.”
– Pendeta. Dr. Martin Luther King

Saya ngeri menonton video penangkapan dan pembunuhan George Floyd dari Minneapolis minggu lalu.

Saya berduka atas hilangnya nyawa Pak Floyd. Saya menyesal bahwa kematiannya adalah bagian dari warisan 400 tahun kekerasan terhadap orang kulit hitam dan Afrika-Amerika di Amerika Serikat. Saya tidak bisa hanya berpaling dari sejarah atau kenyataan saat ini. Saya menyampaikan simpati kepada keluarga dan komunitas yang mengenal dan mencintainya.

Selama minggu terakhir, saya telah merenungkan kisah ketika Yesus membalikkan meja di bait suci. Yesus juga marah tentang ketidakadilan yang menyangkal gambar Allah yang tercetak pada semua orang. Saya ingin mencari keadilan dan bergerak menuju kemarahan suci seperti Yesus. Dalam konteks hari ini, ini berarti bergerak ke arah memahami kemarahan orang lain yang membawa ketakutan dan konsekuensi dari generasi supremasi kulit putih dan ketidakadilan rasial. Ini berarti bergerak ke arah mencari keadilan rasial yang memungkinkan pertumbuhan penuh semua orang dan semua tempat seperti yang Tuhan kehendaki.

Saya mengakui rasa sakit, frustrasi, dan ketakutan teman-teman, keluarga, kolega, dan tetangga saya yang berkulit hitam dan Afrika-Amerika. Keheningan saya mengkhianati persahabatan saya, komitmen saya, dan pemahaman saya tentang panggilan Tuhan dalam hidup saya sendiri dan dalam peran saya sebagai Pelayan Eksekutif di Konferensi kami. Diam menjadi keterlibatan dalam kekerasan sistemik terhadap orang-orang Hitam dan Coklat. Sebagai seorang Kristen pria kulit putih, saya ingin terus mencari cara untuk menyebut dan membongkar supremasi kulit putih dalam semua cara yang dimanifestasikannya baik secara pribadi maupun bersama. Saya harus melakukan pekerjaan saya sendiri untuk mengatasi kekuatan, hak istimewa, dan tanggung jawab. Ini berarti belajar untuk berbagi kekuasaan, untuk secara terbuka berbagi sumber daya, dan untuk secara aktif menolak narasi yang berusaha untuk tidak memanusiakan atau merendahkan kehidupan orang kulit hitam dan coklat.

Saya merasa sangat tidak enak akhir-akhir ini karena kota Philadelphia saya sendiri meletus sebagai protes dan gangguan. Saat ini saya sedang menulis sementara kami berada di bawah jam malam. Saya mendengar dan merasakan kepedulian dan frustrasi berat dari rekan kerja.

Saya berkomitmen untuk pekerjaan kita bersama transformasi antarbudaya dan keadilan rasial. Bagian dari pekerjaan itu berarti berbagi perjuangan anggota kulit hitam dan Afrika-Amerika, tetangga, kolega, keluarga, dan teman-teman. Ini berarti menjadi saksi kemarahan, ketakutan, dan frustrasi. Transformasi timbal balik bisa merupakan pekerjaan yang panjang dan tidak nyaman, tetapi juga bisa menjadi penuh harapan dan sukacita. Ini berarti harus diubah dalam hubungan dan melalui apa yang saya pelajari tentang kita sebagai mosaik orang-orang dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda — Hitam, Coklat, Putih, Asia, Latin, dan bahkan lebih khusus lagi sebagai orang Afrika, Indonesia, Slavia, Kolombia, Vietnam, Meksiko, Jerman, India, Jamaika, Haiti, dan Cina.

Saya berkomitmen untuk terus memimpin kita dalam pertobatan yang berkelanjutan, transformasi timbal balik, dan membongkar kerangka supremasi kulit putih. Saya berkomitmen untuk bertindak dengan cara-cara yang memperlihatkan dan menyatakan bahwa hidup Black itu penting. Kita tidak dapat merangkul keterlibatan sunyi saat merangkul identitas Konferensi Mosaik baru kita. Tuhan memanggil kita menjadi sesuatu yang baru yang berarti meninggalkan beberapa hal, termasuk sejarah kita sebagai Yang Tenang di Tanah.

Salah satu warisan kami sebagai Mennonite di Philadelphia adalah menjadi bagian dari protes publik pertama dari orang kulit putih terhadap perbudakan di belahan bumi ini. Saya ingin memimpin dengan cara yang membantu kita memulihkan kedalaman spiritual yang memberdayakan leluhur Mennonite kita untuk berbicara menentang ketidakadilan dan tidak manusiawi. Kita yang berkulit putih Mennonite telah kehilangan sebagian dari api rohani dan kapasitas itu dalam kenyamanan relatif kita. Yesus tidak ragu untuk mengatakan kebenaran dan untuk memberikan kesaksian kepada otoritas agama dan sipil. Kita juga tidak bisa.

Dalam kebaruan kita sebagai Konferensi Mosaik, di tengah pergolakan sosial, di tengah pandemi, saya masih percaya bahwa Roh ada pada kita dengan kuasa untuk menjadi saksi. Hari-hari ini, saksi itu termasuk menggarisbawahi nilai kehidupan orang kulit Hitam. Itu berarti menangis bukan hanya untuk perdamaian tetapi juga untuk keadilan. Itu berarti berkabung bersama dan mencari keadilan bersama mengetahui bahwa Yesus berjanji kita akan dihibur dan dipuaskan.

Pekerjaan ada di depan kita, di dalam diri kita, di sekeliling kita. Dan saya tahu pasti bahwa Allah ada di dalamnya bersama kita.

Filed Under: Articles, Blog

Panggilan untuk Ratapan, Pertobatan, dan Tindakan

June 4, 2020 by Cindy Angela

Kami adalah nama baru bernama “Mosaik” dan menemukan diri kami segera menghadapi tantangan untuk gambar baru “kami” bersama-sama. Dapatkah potongan-potongan “mosaik” meratapi, bertobat, menengahi, dan bertindak bersama dengan cara yang mencerminkan seluruh tubuh Kristus?

Tetapi Tuhan telah menyatukan tubuh, memberikan penghormatan yang lebih besar kepada bagian-bagian yang tidak memilikinya, sehingga tidak boleh ada perpecahan dalam tubuh, tetapi bahwa bagian-bagiannya harus memiliki perhatian yang sama satu sama lain. Jika satu bagian menderita, setiap bagian menderita; jika satu bagian dihormati, setiap bagian bersukacita karenanya. (1 Korintus 12: 24-26)

Kita harus mengingat sejarah dan asal usul Anabaptis radikal yang kita klaim sebagai Mennonite. Warisan ini didasarkan pada perlawanan yang mahal dan nyata bagi Negara dan Gereja pada masa itu, yang berupaya mempertahankan aturan “hukum dan ketertiban” melalui dominasi. Kaum Anabaptis siap untuk menolak sampai mati sehingga hukum kasih dan jalan Yesus akan diperkuat dan dapat diakses oleh semua orang.

Kepada mereka yang berada dalam konferensi kami yang mengidentifikasi sebagai Hitam, Afrika-Amerika, Afro-Latinx, Karibia Amerika, keturunan Afrika atau bagian dari Diaspora Afrika. Pertama, kami ingin menegaskan dengan tegas bahwa hidup Anda penting dan bahwa Anda diciptakan menurut gambar Ilahi. Rasa sakit Anda adalah rasa sakit kami, kami akan berduka ketika Anda berkabung dan tertawa ketika Anda tertawa. Anda tidak sendirian dan kami berkomitmen untuk berdiri di samping dan bersama Anda — mengikuti pimpinan Anda dan mengambil tanggung jawab atas peran kami dalam membongkar kekuatan jahat rasisme, supremasi kulit putih, dan anti-kegelapan yang berupaya melukai dan melukai Anda.

Bagi mereka yang adalah Orang-Orang dari Mayoritas Global, dengan identitas selain Hitam. Kami juga melihat rasa sakit dan perjuangan Anda untuk tidak dihancurkan oleh sistem supremasi kulit putih. Sangat penting untuk menemukan cara-cara baru untuk tidak memisahkan atau berasimilasi dengan budaya dominan kulit putih. Tujuan kami adalah transformasi timbal balik, tetapi untuk mencapai itu, roh jahat yang bekerja harus diidentifikasi. Berpihak pada budaya yang dominan tanpa kesadaran tidak hanya akan membuat Orang dari Mayoritas Global kehilangan identitas mereka tetapi juga bagian dari masalah. Juga — penting untuk menemukan cara untuk bersolidaritas dengan orang kulit hitam, berbagi dalam perjuangan, mengetahui bahwa kepercayaan apa pun yang mengatakan bahwa Kehidupan Hitam tidak penting juga berlaku untuk kelompok minoritas lainnya. Karena ketika kehidupan orang Hitam  penting, semua kehidupan akan menjadi penting.

Untuk mereka yang berkulit putih di dalam konferensi kami. Pilihlah untuk berkomitmen pada karya pertobatan Anda sendiri dengan mendidik diri sendiri tentang sejarah ras kita yang sama, kompleks, dan menyakitkan di negara ini, yang telah menghasilkan ketidakadilan, ketidakadilan, dan perbedaan saat ini. Ujilah diri Anda dalam terang Kitab Suci dan Roh kebenaran, karya tertulis dan lisan dari orang-orang kulit berwarna, dan banyak sumber yang tersedia tentang topik-topik keadilan dan keadilan sosial. Milikilah telinga ke telinga dan hati untuk memahami dan pindah ke ratapan dan pertobatan atas cara-cara putih dan supremasi kulit putih yang telah hidup di dalam hati kita dan di gereja-gereja kita. Bertindak untuk keadilan rasial.

Di bawah ini adalah daftar sumber daya yang kami kumpulkan untuk mendukung Anda di masa kritis perlawanan ini dalam sejarah bersama kami sebagai Anabaptis di AS. Ketahuilah bahwa Tim Antarbudaya Mosaik tersedia untuk dukungan berkelanjutan dan juga sebagai sumber daya.

Resources:


From Mennonite Church USA

  • Mennonite Church USA statement on racial injustice by Mennonite Church Executive Board staff
  • Prayers of Lament, compiled by MC USA
  • We need to engage in more costly peacemaking by Glen Guyton, MC USA Executive Director

Articles

  • Finding Steady Ground, 7 behaviors to cultivate spiritual and internal strength in these times.
  • Stop Talking About Racial Reconciliation and Start Talking About White Supremacy by Erna Kim Hackett
  • Racial Trauma is Real, a guide to developing self care practices to recover from racial trauma for People of Color/People of the Global Majority in the U.S. by Maryam M. Jernigan, Carlton E. Green, Leyla Pérez-Gualdrón, Marcia Liu, Kevin T. Henze,  Cynthia Chen, Kisha N. Bazelais, Anmol Satiani, Ethan H. Mereish, Janet E. Helms.
  • White Fragility by Robin DiAngelo
  • 20+ Allyship Actions for Asians to Show Up for the Black Community Right Now
  • ANTI-RACISM FOR ASIAN AMERICANS

Podcasts and Videos

Irresistible Podcast, a podcast with interviews, practices and resources for healing justice work.

White Women’s Toxic Tears – Lisa Sharon Harper conversation with Jen Hatmaker.

https://www.facebook.com/lisasharonharper.page/videos/252787745783037/

13th,  is a 2016 American documentary by director Ava DuVernay. The film explores the “intersection of race, justice, and mass incarceration in the United States;” it is titled after the Thirteenth Amendment to the United States Constitution, adopted in 1865, which abolished slavery throughout the United States and ended involuntary servitude except as a punishment for conviction of a crime.

Just Mercy– a movie about the work of Bryan Stevenson and the Equal Justice Initiative (free movie rent on YouTube).

Additional list of Intercultural Resources from http://mosaicmennonites.org/intercultural/

Filed Under: Articles, Articles, Blog, Blog

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 14
  • Go to page 15
  • Go to page 16
  • Go to page 17
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use