“Siapa yang menabur, ia akan menuai” ucap Pastor Buddy Hananto, ketika ia bercerita mengenai suka dan duka dalam melayani dan bagaimana Tuhan begitu ajaib membawa kehidupan pribadi, keluarga dan pelayanan semakin bertumbuh di dalam Tuhan.
Pastor Buddy Hananto lahir dan besar di kota Jakarta. Ia memulai pelayanan di gereja dan aktif di pergerakkan pemuda sejak kelas 3 SMA bersama GPKDI, dimana ia melayani disekolah-sekolah. Ketika menginjak bangku kuliah Pastor Buddy sudah memulai pelayanan mimbar di cabang cabang gereja GPKDI yang tersebar di kota Jakarta dan Tangerang.
Pada tahun 1992 kedua orangtua Pastor Buddy mendapatkan lotere green card untuk tinggal di Amerika Serikat. Pada pada tahun itu beliau pergi ke Amerika Serikat ke negara bagian California bersama kedua orang tuanya.
Sesampainya di California, Pastor Buddy kembali melayani ia bertemu dengan Pastor Virgo Handojo dimana ia dimentori oleh beliau dan bersama sama melayani di JKI Anugerah. Karena sudah cukup berpengalaman dalam pelayanan Pastor Buddy sering ditugasi untuk mengisi pelayanan mimbar di gereja gereja lain.
Pada tahun 1995 beliau diutus untuk merintis persekutuan bersama Pastor Haryono Margono yang kemudian persekutuan tersebut berkembang menjadi Indonesian Mennonite Church. Pada tahun 1996 Pastor Haryono Margono mengundurkan diri dan Pak Buddy Hannanto ditunjuk menjadi gembala sidang dan setahun setelahnya Pastor Buddy ditahbiskan oleh Pacific SouthWest Mennonite Conference. Indonesian Mennonite Church kemudian berganti nama menjadi Indonesian Worship Church pada tahun 2000.
Dalam kepemimpinan Pastor Buddy, Indonesian Worship Church berkembang dari gereja yang hanya melayani orang Indonesia menjadi gereja yang melayani orang orang non-Indonesia, sehingga akhirnya pada tahun 2016 Indonesian Worship Church berganti nama menjadi International Worship Church. Pada Tahun 2019 Pastor Buddy di ordain oleh Franconia Mennonite Conference yang sekarang menjadi Mosaic Mennonite Conference.
“Pelayanan adalah anugerah dan kesempatan, membangun mahkota di surga.” Sejak tahun tahun 2004 Pastor Buddy telah bekerja sepenuh waktu untuk gereja. Kegiatan yang beliau lakukan di gereja adalah melayani pada hari minggu, cell-group dan Bible study di hari biasa dan membantu jemaat. Hari biasa Pak Buddy siap untuk melayani jemaat pergi ke kantor imigrasi, pergi ke dokter,dll. “Panggilan seorang hamba Tuhan melayani etnik church akan lebih banyak tuntutan melayani kepada jemaat , bukan hanya berkotbah di mimbar tetapi lebih dari itu jemaat menggangap kita keluarga.” Tidak jarang bahkan Pastor Buddy diminta tolong oleh jemaat dari gereja lain, tentunya atas persetujuan gembala gereja tersebut.
“Kalau kita sungguh dalam pelayanan, orang yang kita layani akan mencintai kita, Pelayanan dilakukan dengan sungguh hati, sukacita dan tidak hitung hitungan. Hasilnya bisa dilihat buah buahnya bisa dinikmati hari ini, baik pertumbuhan dan kesungguhan jemaat dalam melayani, “, Ucap Pastor Buddy.
“Kita harus serupa seperti Kristus, menjadi orang Kristen yang memiliki buah-buah roh dan bukan karunia roh saja, Karunia tanpa buah roh adalah sementara, ini yang akan membuat orang menjadi kecewa sama pelayanan, tetapi jika kita mengejar buah buah roh hasilnya akan tetap”
Sekarang Pastor Buddy sedang mengambil sekolah untuk mendapatkan gelar Doctor of Ministry dimana ini merupakan cita cita beliau sejak pertama kali menginjakkan kaki di Amerika Serikat. “Kali ini Tuhan memberikan kesempatan bagi saya untuk sekolah, saya tidak mau mundur,saya mau maju terus dan mengambil kesempatan itu ” ucap Pastor Buddy.
Pastor Buddy tinggal di Al Hambra, California, Ia menikah dengan Susy Hananto dan dikarunia dua orang anak, Jason dan Rachel. Disela-sela kesibukan beliau memiliki hobi olahraga lari untuk menjaga kebugaran tubuh.