Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi – William Shakespears
Tentunya nama memiliki arti, karena nama menyingkapkan identitas kita. Mengapa nama yang tepat begitu penting? Apakah identitas akan berubah ketika nama berganti? Konfusius berkata Permulaan kebijaksanaan adalah memberi nama yang benar terhadap sesuatu.
Pada tahun 1967 di negara dimana saya dilahirkan, Indonesia. Pemerintah Indonesia menganjurkan semua orang keturunan Tionghoa (Chinese-Indonesia) untuk mengganti nama mereka dengan nama Indonesia. Meskipun hal ini berupa anjuran namun sebenarnya ini merupakan salah satu bentuk asimilasi paksa untuk menghilangkan identitas etnis Tionghoa. Kebanyakan keluarga Chinese-Indonesia sampai pada hari ini memiliki dua nama, nama yang dipakai di dalam keluarga dan nama yang dipakai untuk keperluan identifikasi sebagai warga negara.
Asimilasi budaya terjadi di seluruh bagian dunia hingga hari ini. Orang tua saya memberi nama saya Hendy, diambil dari nama kedua kakek saya Hendrik dan Eddy, yang adalah tipikal nama Eropa. Hanya nama belakang saya saja yang berasal dari nama suku Ambon, etnis dimana keluarga ayah saya berasal.
Saya mengakui bahwa saya pernah malu pada nama belakang saya. Hal itu membuat saya tidak pernah menggunakan nama tersebut, saya merasa itu terlalu etnik dan berbeda, tidak seperti nama nama Indonesia atau nama nama barat lainnya yang lebih umum. Sehingga akhirnya saya memakai nama tengah saya, Stevan, namanya lebih Eropa, sehingga lebih diterima secara budaya.
Setelah saya belajar mengenai studi interkultural saya merasa saya harus kembali menggunakan nama keluarga saya. Saya merasa mendapat pewahyuan untuk menggunakan nama belakang saya. Saya percaya nama saya memiliki cerita dan seiring berjalannya waktu saya ingin mengetahui lebih banyak tentang cerita itu.
Persatuan bukanlah penyeragaman, dan keunikan bukanlah perpecahan. Meski pengaruh budaya dominan begitu besar. Saya percaya Tuhan ciptakan kita unik, dan kita tidak perlu mengikuti budaya dominan melainkan berubah kembali menjadi seperti gambaran-Nya. Dan saya percaya Tuhan menentang penyeragaman dan etnosentrisme. Tidak ada budaya atau etnis yang lebih baik dari yang lain. Kita semua memiliki kecacatan dan keindahan yang setara.
“Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” – Kejadian 11:4
Tuhan meruntuhkan menara Babel dan mencerai beraikan mereka, karena mereka ingin membuat masyarakat seperti gambaran mereka sendiri, sesuai standard mereka, mereka bangga dan ingin memberi nama untuk mereka sendiri. Sehingga dibutuhkan kuasa penebusan Yesus Kristus di kayu salib untuk akhirnya menyelamatkan manusia dari kesombongan ini dan kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk berkomunikasi lintas budaya.
Persoalan nama juga tercatat di perjanjian lama, Hananiah, Mishael, dan Azaria harus mengganti nama Ibrani mereka dengan nama Chaldean, Sadrach, Meshach, dan Abednego. Bahkan dalam perjanjian baru adalah umum jika orang Yahudi memiliki dua nama, satu nama Ibrani dan satu nama Yunani. Pada kenyataanya Rasul Paulus tidak menggantinya, Saulus adalah nama Ibrani sedangkan Paulus adalah nama Yunani.
“Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.” – Wahyu 2:17
Ketika saya menyiapkan artikel ini saya melakukan pencarian arti dari nama belakang saya. Sebelumnya saya tidak tahu apa arti kata Matahelemual. Tidak mudah untuk mencari jawabanya. Saya harus mencari tahu kepada saudara saya yang mengerti bahasa Ambon, Akhirnya setelah mendapatkan jawaban yang pasti, nama Matahelemual berarti Pintu yang terbuka. Saya bersyukur saya merasa seperti Tuhan memberikan saya sebuah nama yang baru.
Ada dua nama, nama yang diberikan oleh manusia dan nama yang diberikan oleh Tuhan. Nama yang diberikan oleh Tuhan adalah nama yang akan mengarahkan kita kepada janji-Nya. Tuhan mengganti nama Abram menjadi Abraham, Sarai menjadi Sarah, Yakub menjadi Israel, dan Simon menjadi Petrus. Dan melalu nama itu Tuhan memberikan awal yang baru, harapan baru dan berkat yang baru. Nama adalah sebuah doa. Apa arti nama anda?
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.
This post is also available in: English (Inggris)
This post is also available in: English (Inggris)