• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • English (Inggris)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia

Hendy Matahelemual

Menyambut Pekan Suci: Memperkuat Doa Bersama untuk Perdamaian Global” 

March 28, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Menyambut pekan suci ini, mari kita perhatikan situasi di seluruh dunia, di negara, daerah, dan kota di mana perdamaian sangat diperlukan. Mari kita ambil langkah nyata untuk menghindari apatis dan isolasi, dimulai dengan doa bersama kita yang melintasi batas ruang dan waktu. 

Mari kita belajar dan berdoa sesuai dengan doa Santa Teresa, seorang biarawati dari kota Avila, Spanyol. Teresa hidup pada abad ke-16, di mana Kerajaan Spanyol sedang terlibat dalam perang dengan beberapa kerajaan lainnya (Perancis, Ottoman, Belanda).  

Di tengah perang dan krisis yang melanda, di dalam sebuah biara di kota Avila, ia menulis sebuah doa: 

“Biarkan tidak ada yang mengganggumu,
Biarkan tidak ada yang membuatmu takut,
Semua hal akan berlalu: Tuhan tidak pernah berubah.
Kesabaran memperoleh segala hal.
Siapa pun yang memiliki Tuhan tidak akan kekurangan apa pun;  
Hanya Tuhan sendiri, cukup.” 

Kami percaya ada sebuah kuasa dalam doa, ada sebuah kuasa dalam pujian dan penyembahan. Sama seperti pembacaan kitab suci pagi hari ini, Tuhan Yesus berkata:  

”Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” – Markus 11:24 TB 

“Hari ini adalah bukti bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa kami”, ujar Sam Kuttab seorang pemimpin Mennonite keturunan Palestina, dalam sebuah aksi doa dan perdamaian di kantor balai kota Philadelphia, Pennsylvania, pada Senin, 25 Maret 2024. 

Karena pada hari yang sama Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata segera di Gaza, sebuah langkah yang diwujudkan setelah Amerika Serikat memutuskan untuk abstain daripada memveto resolusi tersebut. 

Sebanyak 60 orang Mennonite berkumpul di luar Balai Kota Philadelphia untuk mendesak pejabat setempat untuk mendukung gencatan senjata permanen di Gaza. (3/25/2024) Photo courtesy of Mennonite Action.

Setiap doa dan usaha kita dalam membela keadilan, tidak akan pernah kembali sia-sia.  

Mari bersama-sama kita memberikan dukungan doa kepada saudara-saudari kita yang paling rentan, yang paling terpinggirkan, dan yang tidak mampu membantu diri mereka sendiri, baik di Gaza maupun di kota-kota lain di seluruh dunia.  

Mari kita melihat Yesus dalam diri mereka, dan berdoa agar perdamaian, keadilan dan kecukupan dari Tuhan Yesus menyertai mereka. Selamat merayakan pekan suci. Tuhan Yesus memberkati kita.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Memperbaiki Diri di Balik Citra: Menyikapi Tantangan Kepemimpinan dalam Era Media Sosial

March 21, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” 

1 Samuel 16:7

Dalam “the State of Pastors 2024 Summit” yang diadakan oleh Barna Group, Pastor Gabriel Salguero dari Orlando, FL mengatakan, “Salah satu hal penting yang perlu dipisahkan adalah antara citra dan karakter. Terkadang, tanpa disadari, kita mengajarkan orang untuk membangun citra.”  

Beliau menambahkan, “Banyak orang lebih terampil dalam membangun citra dan membuat konten daripada fokus pada pembentukan karakter serta memberikan makanan rohani dan moral kepada jiwa.” 

Perkembangan teknologi membuat semua orang bisa mengakses internet. Baik menjadi konsumen maupun menjadi pembuat konten. Dalam bidang pelayanan, fenomena ini membuat lebih banyak lagi orang yang terekspos pelayanannya, dan secara sengaja maupun tidak sengaja membuat orang tersebut menjadi “artis Rohani”. Dan inilah dimana karakter benar-benar menjadi sangat diuji.  

Tidak sedikit “artis Rohani” mengalami burnout dan akhirnya kehilangan dirinya dalam pelayanannya. Karena ada fokus yang bergeser, dari menyenangkan Tuhan menjadi menyenangkan massa.  

Tetapi marilah kita semua menjadi pemimpin yang berfokus membangun karakter, bukan citra. Karena integritas, kebaikan, dan ketangguhan kita dalam menghadapi pencobaan dan tantangan inilah yang akan membentuk diri kita jauh daripada tampilan luar kita.  

Demikian juga kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

MATIUS 23:28

Sebagai seorang pelayan Tuhan, saya menyadari perangkap tampilan luar ini, kita harus terus memperbaiki, memperhatikan dan memperbarui apa yang ada di dalam hati sama dengan kita memperbarui social media kita.  

Dalam buku, “Strengthening the Soul of Your Leadership”, Ruth Haley Barton, mengambil cerita model kepemimpinan Musa dimana Musa mengambil keputusan untuk pergi melarikan diri, menyendiri dan mendapatkan ketenangan.  

Setelah pergi meninggalkan Mesir, ia ditemukan ada di tepi sumur (Kel 2:15).  Sumur sudah lama dikenal sebagai metafora jiwa manusia. Tidak heran banyak orang merasa sedikit takut jika melihat sumur. Mungkin ada bagian dari diri kita yang berusaha untuk ditutupi sebisa mungkin. Namun dalam cerita Musa, Ia tidak lagi bisa lari dari dirinya sendiri, Ia memilih untuk berdamai,  berdamai dengan trauma-trauma masa lalunya. Musa belajar menerima dirinya sebagaimana dia adanya.   

Musa tidak menambahkan citra-citra lain, tetapi  melucuti segala “identitas” yang bukan miliknya, ia adalah seorang Ibrani. Ia berdamai dengan identitas dirinya.   

Menemukan ketenangan sejati dimulai dengan mengakui kerentanan dan sisi gelap kita. Itulah cara kita membuka diri untuk membiarkan kasih Yesus menyembuhkan kita dari dalam.  

Sebagai seorang pelayan Tuhan yang pernah bergumul dengan depresi, saya menyadari bahwa ekspektasi dunia membuat kita mudah lelah, ketika standar pelayanan mulai berfokus pada performa dan citra.  

Firman Tuhan begitu jelas berkata, “Apa untungnya bagi seseorang, kalau seluruh dunia ini menjadi miliknya tetapi ia kehilangan hidupnya? – Matius 16:26”  

Saya menyadari bahwa untuk pulih saya harus berdamai dengan diri saya sendiri, menjadi diri saya apa adanya, tidak perlu harus menjaga citra dan berusaha untuk menyenangkan semua orang.  

Menjadi pribadi yang tertanam di dalam komunitas gereja yang mau menerima kita apa adanya, tertanam dalam Firman Tuhan adalah jalan menuju perubahan dan harapan.   

Ada sebuah lagu yang saya rasa bisa juga menjadi sebuah renungan dan doa bagi kita:  

Selidiki aku lihat hatiku Apakah ku sungguh mengasihi-Mu Yesus  
Kau yang maha tau Dan menilai hidupku Tak ada yang tersembunyi bagi-Mu  
Telah kulihat kebaikanMuYang tak pernah habis dihidupku 
Ku berjuang sampai akhirnyaKau dapati aku tetap setia

JPCC WORSHIP

Ini menjadi perenungan dan koreksi pribadi saya, bahwa dalam melayani menyenangkan Tuhan adalah hal yang pertama dan utama daripada menyenangkan dan memenuhi ekspektasi orang dan pelayanan, yang terkadang tidak realistis.  

Menyadari bahwa diri kita memiliki kemampuan yang terbatas, membuat kita menyadari kasih karunia Tuhan dan kuasa-Nya yang tanpa batas. Inilah yang membuat kita semakin tertanam didalam Tuhan.  

Daripada kawatir akan produktivitas, marilah belajar seperti Maria yang duduk diam di kaki Yesus, dimana dia  telah memilih bagian yang terbaik dalam pelayanan. Berdiam di kaki Yesus.  

Kapan terakhir kali dalam kesibukan pelayanan dan pekerjaan kita sehari hari kita berdiam di kaki Yesus, tenang dan tidak melakukan apapun selain mensyukuri dan merenungkan kebaikkan Tuhan.  

Di masa prapaskah ini mari mengambil waktu yang biasa kita  gunakan untuk bermain social media, handphone, membaca berita dan lain sebagainya dan menggantinya dengan mengambil saat teduh dan merenungkan Firman Tuhan.  

Saya percaya bahwa dalam saat teduh kita, Tuhan akan menyegarkan kita dengan Firman dan Roh-Nya, yang akan melucuti gambaran palsu yang membebani kita semua, sehingga kita bisa beroleh istirahat yang sejati di dalam-Nya. Tuhan Yesus memberkati.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Harapan untuk Masa Depan

February 22, 2024 by Cindy Angela

Pada tanggal 8-11 Februari 2024, Mennonite Church (MC) kami dan beberapa leaders Mosaic mendapat undangan untuk menghadiri acara pertemuan pemimpin-pemimpin kulit berwarna (BIPOC) dari denominasi MC USA di Dallas, Texas.  

Acara kali ini dihadiri oleh 70 orang peserta dari berbagai gereja, yang mengangkat tema “Mematahkan Rantai, Memperbaiki Tembok” — diambil dari Yesaya 58 sebagai undangan bagi umat Allah untuk mengingat siapa mereka dan apa yang mereka dipanggil lakukan di saat tantangan-tantangan berat hadir didepan.” 

Perwakilan Asia-Amerika di HFF Dallas, TX 2024

Sue Park-Hur, selaku direktur keterlibatan rasial etnis MC USA, membuka acara ini dengan harapan bahwa acara ini akan memperkuat kekerabatan dan tali persaudaraan, serta saling belajar antara satu dengan yang lain. Agenda lain di luar hal ini dapat dibahas di lain waktu dan tidak dalam pertemuan ini. 

Saya dan istri diundang untuk menjadi pemimpin pujian dalam acara tahunan ini, dan tentunya kami juga membawa ketiga anak kami. Pada akhir tahun 2023, ketika undangan ini diberikan kepada kami, kami sempat ragu, karena dua hal. Pertama, hubungan antara Mosaic Conference dan MC USA sedang dalam proses peninjauan kembali. Dan kedua, kami harus membawa ketiga anak kami, yang membuat kami sedikit ragu mengingat anak-anak kami masih kecil dan biaya tidak murah. 

Namun, kami memutuskan untuk ikut serta karena kami tetap ingin menjalin hubungan meskipun ada perbedaan, dan kami ingin anak-anak kami melihat pelayanan yang kami lakukan. 

Pada kesempatan tersebut, kami bertemu dengan dua orang Indonesia yang baru kami kenal, Bapak Martin Gunawan yang sekarang menjabat sebagai Senior Executive Operation Mennonite Mission Network, dan Ibu Chialis Santoso, istri dari Bapak Andy Santoso, staf dari Mennonite Mission Network. Sebagai sesama orang Indonesia di perantauan dan seumuran dengan kami, percakapan semakin hangat dan mendalam. 

Foto bersama Bapak Martin Gunawan, Senior Executive Operational untuk Mennonite Mission Network di acara Gala Dinner HFF Dallas, TX 2024

Pada suatu titik, kami membahas bagaimana para pelayan dan pemimpin yang berbahasa Indonesia bisa memiliki pertemuan seperti ini sendiri. Lokasi dan tempat pun sempat dibicarakan, salah satu usulan tempat adalah kota Chicago, IL, dengan pertimbangan lokasinya yang berada di tengah-tengah antara New York dan Los Angeles.  

Perwakilan Indonesia di HFF Dallas, TX 2024 (saya, Marina Setyati, Chialis Santoso, Martin Gunawan)

Tentunya, ini merupakan salah satu harapan yang baik untuk masa depan karena kami pun berharap untuk bisa mematahkan rantai (kesulitan ekonomi, rasisme sistemis, sakit-penyakit, immoralitas, perpecahan) dan membangun tembok (pengharapan, iman dan kasih) khususnya bagi diaspora Indonesia Anabaptis di Amerika Utara ini. Tuhan Yesus memberkati.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, Hope for the Future

Pemilihan Umum 2024 di Philadelphia  

February 15, 2024 by Cindy Angela

“Harapan saya untuk pemilu 2024, baik satu putaran maupun dua putaran biarlah pemimpin tersebut bisa menegakan hukum di Indonesia dengan lebih tegas dan meneruskan apa yang baik yang sudah dilakukan oleh Pak Jokowi,” ujar Pastor Aldo Siahaan (PPC). 

“Harapan saya agar Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang nasionalis, adil, bertoleransi dan berintegritas,” ucap Pastor Benny Krisbianto (NWC). 

Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang diamanatkan undang-undang untuk memilih Presiden, Wakil Presiden dan juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemilu di luar negeri khususnya di Amerika Serikat diadakan terlebih dahulu untuk Philadelphia (6 Februari), Dover (8 Februari), New York dan Los Angeles (10 Februari).  Pemilu di Indonesia sendiri akan diadakan pada tanggal 14 Februari 2024. 

Aquinas Center, di Gereja Katolik St. Thomas Aquinas di South Philadelphia menjadi tempat pemilihan umum.

Sebagai diaspora Indonesia di Amerika yang masih memiliki status kewarganegaraan Indonesia, kedekatan dengan tanah air masih sangat terlihat. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme yang tinggi untuk memilih. Sedangkan bagi diaspora Indonesia yang sudah berkewarganegaraan Amerika Serikat, meskipun mereka tidak memilih, tetapi mereka tetap mendukung dan mendoakan dengan sepenuh hati.  

Pengakuan Iman Mennonite 1995 pasal 23 menuliskan secara baik bagaimana Hubungan Gereja dan pemerintah dan masyarakat sesuai dengan ajaran Kristus:  

Sebagai orang Kristen kita harus menghormati mereka yang berwenang dan berdoa bagi semua orang, termasuk orang-orang yang dalam pemerintahan, agar mereka juga boleh diselamatkan dan datang kepada pengetahuan yang benar Kita dapat berpartisipasi di dalam pemerintah atau lembaga-lembaga masyarakat lainnya hanya dengan cara yang tidak melanggar kasih dan kekudusan yang diajarkan oleh Kristus dan tidak kompromi kesetiaan kita kepada Kristus. …Karena kita mengakui bahwa Yesus Kristus telah ditinggikan sebagai Tuhan segala Tuhan, Kami mengakui bahwa pada akhirnya tidak ada yang berhak memiliki kuasa yang melebihiNya.

Pengakuan Iman Mennonite 1995 pasal 23

Oleh sebab itu, siapa saja yang terpilih nantinya tetap harus kita dukung dan doakan, terlepas dari siapakah yang telah kita pilih. Karena kita sebagai gereja / tubuh Kristus kita adalah bangsa yang kudus terlepas dari status kewarganegaraan kita.  

Sebagai pemimpin jemaat saya memiliki pilihan sendiri, tetapi saya menghargai perbedaan dan menolak adanya polarisasi dan perpecahan. Dalam berpatisipasi dalam pesta demokrasi ini, kasih harus menjadi yang terdepan dan kesetiaan kita. Bukan kita letakkan kepada partai atau pasangan calon presiden dan wakil presiden, melainkan kepada Kristus.  

Aquinas Center, di Gereja Katolik St. Thomas Aquinas di South Philadelphia menjadi tempat pemilihan umum.
Pak Hisar Siahaan (ILC) selaku petugas Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) membantu pemilih untuk memilih sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Antrian begitu panjang karena banyak pemilih memilih setelah pulang kerja. 
Ibu Binawati (ILC) dan Pak Kevin (PPC) menunggu giliran untuk memilih.

“Shalom Indonesia! Pemimpin yang terbaik untuk Indonesia.” ucap Pastor Angelia Susanto (NWC).

Mari sama sama kita berdoa untuk bangsa Indonesia supaya dipimpin oleh pribadi yang takut akan Tuhan, mengedepankan kasih dan rekonsiliasi untuk juga turut aktif dalam menjaga dan menciptakan perdamaian dunia.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Bahasa Cinta: Makanan dan Penderitaan

January 18, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Mungkin kita masih ingat sebuah konsep yang diperkenalkan atau dipopulerkan oleh penulis Gary Chapman yang menulis mengenai 5 bahasa cinta. Lima bahasa tersebut antara lain adalah kata-kata afirmasi, waktu berkualitas, penerimaan hadiah, tindakan pelayanan, atau sentuhan fisik. 

Chapman berpendapat bahwa, sementara setiap bahasa ini dinikmati dalam beberapa tingkat oleh semua orang, seseorang biasanya akan menggunakan satu bahasa utama. Konsep yang cukup menarik dan jujur cukup membantu dalam hubungan-hubungan yang ada.  

Tetapi ada satu hal yang menarik yang baru saja saya pelajar beberapa hari kebelakang ini, khususnya ketika saya menghadiri sebuah seminar “Keutuhan Lintas Generasi untuk orang Asia Amerika” yang diadakan oleh Center For Asian-American Christianity, Princeton Theological Seminary.  

Dalam satu sesi seminar Pastoral Care yang dibawakan oleh Pastor Enoch Liao, Boston Chinese Evangelical Church mengungkapkan bahwa setidaknya ada dua tambahan bahasa kasih, khususnya dalam konteks imigran dan budaya Asia Amerika: bahasa kasih makanan dan penderitaan.  

Mungkin tipikal orang Asia tidak begitu sering memberi hadiah, meluangkan waktu, memuji, memeluk kepada anaknya atau orang yang dikasihinya, tetapi ada satu yang tidak pernah dilupakan adalah peran makanan.  

Eyang/ Nenek/ Oma/ Ama/ Popo/ Opung dari belahan dunia manapun akan memberi makanan kepada orang yang mereka kasihi. Mungkin mereka tidak bisa berbahasa Inggris atau berbahasa yang sama dengan cucunya tetapi satu hal yang akan mereka tanyakan. “Sudah makan belum?”, “Sudah kenyang belum?”, “Mau tambah?”

Bahasa Kasih untuk orang Asia Amerika adalah makanan.

Kalau kita tidak menyadari bahwa makanan adalah bentuk bahasa kasih, maka kita kehilangan makna dan hubungan antar budaya dan generasi yang berbeda ini. Oleh sebab itu saya baru menyadari mengapa waktu saya kecil, Ibu saya tidak begitu suka saya makan diluar. Ia ingin saya pulang dan makan dirumah, diperlukan waktu yang lama sampai akhirnya saya mengerti hal ini, bahwa ini adalah bentuk kasih yang ia coba berikan. 

Pastor Enoch menambahkan ada satu lagi bahasa kasih yang begitu besar dampaknya khususnya melihat konteks imigran dan konteks budaya Asia Amerika, yaitu penderitaan. Penderitaan adalah bentuk pengungkapan kasih yang begitu istimewa dan khusus.  

Pernah kita mendengar mungkin seseorang ibu yang berkata bahwa ia sudah mengalami penderitaan hamil dan melahirkan untuk menunjukkan betapa ia mengasihi. Bagaimana seseorang menunjukkan penderitaan adalah bentuk bahasa kasih yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Oleh sebab itu mungkin banyak orang Amerika melihat orang Asia tidak menunjukkan kasih, tetapi pada kenyataannya kasih itu terasa dan dampaknya begitu besar. Baik melalui makanan maupun melalui penderitaan.  

Dari sisi budaya barat, penderitaan dianggap sebagai sebuah hal yang harus dihindari. Bahkan pandangan, Jika seseorang menderita, maka ada yang salah daripada itu, kita melakukan hal yang salah jika kita menderita, kalau kita lebih pintar seharusnya tidak perlu menderita.  

Mungkin budaya barat melihat penderitaan adalah sesuatu yang harus dihindari, Tetapi dalam budaya imigran / Asia, penderitaan adalah sebuah kesempatan untuk kita menunjukkan rasa kasih kita yang paling besar.  

Apakah kita pernah merasakan bentuk bahasa kasih ini dari orang orang terdekat kita? Mungkin kita melihat dari sudut pandang mereka, bahwa makanan dan penderitaan adalah sebuah bahasa kasih yang bisa kita pelajari supaya kita bisa menjadi pribadi pribadi yang lebih mengasihi. Tuhan Yesus memberkati.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Menjalani Tahun Baru 2024 dengan Penuh Harapan

January 11, 2024 by Cindy Angela

oleh Hendy Matahelemual

Bagaimana memasuki tahun 2024 dengan penuh pengharapan? Harapan timbul dari Iman kita terhadap Tuhan, tetapi Harapan juga lahir dari hati kita.  Kitab Amsal 4:23 berkata, Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.  

Bagaimana kita menjaga hati? Khususnya memasuki tahun 2024? Bagaimana menghadapi stress, permasalahan dunia dan juga kehidupan pribadi kita masing- masing?

Dalam sebuah artikel yang berjudul Merayakan Hadirat Tuhan di hari Natal, Lima Tip mengurangi stress dan kekawatiran, penulis Elina Ciptadi mengutip seminar yang dibawakan oleh Pastor Virgo Handojo di Mennonite World Conference. Pastor Virgo adalah Profesor Psikologi di California Baptist University dan Pastor di Gereja JKI Anugerah California.

Faktor pemicu stress dapat dianggap sebagai ancaman, peristiwa netral, atau peluang untuk pertumbuhan – sebuah tantangan. Mereka bisa menjadi sangat membebani ketika dipandang sebagai ancaman terhadap eksistensi kita, menyebabkan kita kehilangan pandangan tentang hal-hal yang benar-benar penting.” 

Untuk meredakan kecemasan yang disebabkan oleh factor pemicu stress, Handojo membagikan lima tips: 

  1. Bedakan antara hal-hal yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan, kemudian susun rencana tindakan.  

Prioritaskan dan buat perubahan pada hal-hal yang bisa Anda kendalikan, sambil menyesuaikan harapan untuk faktor-faktor di luar kendali Anda. Meskipun menghentikan bencana iklim mungkin di luar jangkauan kita, memberikan dampak positif pada mikro lingkungan kita – rumah tangga, lingkungan sekitar, atau bahkan menghubungi pejabat pemerintahan– carilah hal-hal yang berada di dalam jangkauan kita. 

  1. Tetapkan rutinitas.  

Ketidakpastian menambah stres dan dapat menyebabkan kecemasan. Mengembangkan pola rutin – seperti waktu makan yang konsisten, jadwal kerja atau sekolah yang teratur, latihan fisik harian dengan kelompok yang sama, waktu doa keluarga, dan kajian Alkitab mingguan – membantu mendapatkan kembali kendali kita atas kehidupan. 

  1. Temukan Faktor Pemicu Stress.  

Kecemasan berasal dari pikiran irasional, dan antisipasi yang kurang jelas, spesifik, dan realistis. Hal-hal ini sangatlah membebani. Dengan memberi nama pada factor pemicu stress, seperti mengidentifikasi aspek konkret dari kondisi makroekonomi (misalnya, kenaikan suku bunga), kita dapat mulai merancang strategi dan menemukan solusi. 

  1. Kurangi volume dunia.  

Ini mungkin melibatkan mematikan TV, mengambil jeda dari media sosial, atau menetapkan batasan dengan orang-orang yang berkontribusi pada kekhawatiran Anda – setidaknya sampai Anda mengembangkan mekanisme penanganan yang lebih baik. Berhubungan dengan pikiran batin Anda, di sini dan sekarang. 

  1. Cari bantuan.  

Berbicara dengan seseorang yang dipercayai dapat sangat membantu. Hanya dengan didengar dapat memberi jaminan kepada kita bahwa kita tidak sendirian. Jika membagi beban dengan teman-teman tidak memberikan kelegaan, itu menjadi indikasi bahwa bantuan profesional mungkin diperlukan untuk mencegah kecemasan menguasai hidup dan kebahagiaan kita. 

“Hidup di dunia ini berarti mengalami emosi positif dan negatif,” ucap Pastor Virgo Handojo. “Kita tidak akan tahu kebahagiaan tanpa pernah merasakan kesedihan, atau kenyamanan tanpa rasa sakit. Yang harus kita ingat adalah kita dapat menyerahkan pikiran dan pemikiran kita kepada tangan Tuhan Yesus, dan percaya bahwa Tuhan berkuasa.” 

“Kita juga memiliki janji bahwa Tuhan mengetahui kebutuhan kita, akan merawatnya, dan akan bersama kita dalam hari-hari baik dan buruk. Matius 6:25-34, yang membahas kekhawatiran dan kecemasan, menekankan pencarian pertama Kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya, dengan jaminan bahwa segala sesuatu yang lain akan disediakan juga.” 

Selamat Tahun baru 2024, semoga hal ini bisa membantu kita semua memasuki tahun baru yang penuh dengan pengharapan. Tuhan Yesus memberkati.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Sebagai seorang pemimpin, saya dicobai

November 30, 2023 by Cindy Angela

by Hendy Matahelemual

Sebuah gereja meminta saya untuk berkotbah sebagai bagian dari rangkaian khotbah tentang para nabi. Pada minggu yang dijadwalkan, nabi yang diangkat adalah Yesus. Ketika saya berdoa mengenai apa yang harus dibagikan, saya merasa Roh Kudus menginginkan saya untuk berbicara tentang bagaimana memimpin seperti Tuhan Yesus. Saya terkejut. “Kalau bisa topik lain saja jangan kepemimpinan,” pikir saya.

Kepemimpinan adalah salah satu topik yang paling sulit bagi saya cukup sulit untuk dibagikan. Mungkin ini karena saya kesulitan dengan rasa percaya diri saya sendiri. Karena jujur terkadang saya merasa tidak menjadi pemimpin yang baik.

Tetapi Buku Henry Nouwen, “In the Name of Jesus: Reflections on Christian Leadership,” memberi saya semangat. Nouwen menulis bahwa seorang pemimpin cenderung untuk menjadi relevan, spektakuler, dan berkuasa. Dalam peran kepemimpinan saya, saya cenderung mencoba menjadi segalanya bagi semua orang. Terutama dalam komunitas imigran, peran seorang pastor tidak terbatas pada berkotbah dan memimpin studi Alkitab. Kami diharapkan menjadi lebih dari itu: tukang, sopir, penerjemah, penasihat hukum, agen real estat, dan hotline darurat dan informasi 24/7. Komunitas mungkin memiliki harapan yang tidak realistis. Jika kita tidak berhati-hati, kelelahan dan depresi sudah mengintai.

Ketika Yesus dicobai di padang gurun, setan mencoba membuatnya menggunakan kuasanya untuk alasan yang salah. Saya pikir setan menggunakan trik yang sama pada pemimpin hari ini. Saya telah terjebak dalam perangkap “relevansi” karena saya ingin diakui sebagai seorang pastor yang membantu orang. Ada dorongan di dalam diri saya untuk menjadi berguna bagi jemaat, konferensi, dan komunitas saya.

Tidak ada yang salah dengan membantu memenuhi kebutuhan orang. Tetapi motifnya haruslah kasih yang tulus, bukan keinginan untuk mengesankan orang lain atau mengisi kekosongan dalam hati kita. Memenuhi kebutuhan dunia mungkin memecahkan masalah segera tetapi tidak memenuhi kebutuhan manusia yang paling dalam: kasih Tuhan.

“Kasih Tuhan dapat diwujudkan melalui hubungan personal,” tulis Nouwen. “Kita hidup dalam budaya di mana segalanya diukur dari hasil, prestasi, dan angka, tetapi ada kurangnya penekanan pada hubungan, rekonsiliasi dan koneksi. Sebagai pemimpin, kita perlu menjadi tidak relevan dengan budaya ini dengan menjadi rentan sebagai individu yang juga membutuhkan kasih dari Tuhan dan perhatian dari komunitas.”

Cobaan berikutnya adalah menjadi spektakuler. Di Indonesia, saya bekerja sebagai seorang pastor di sebuah gereja besar. Kami memiliki rata-rata kehadiran lebih dari 2.000 orang dan sekitar 40 staf. Setiap tahun, kami membaptis sekitar 100 orang.

Ketika saya pindah ke Amerika Serikat, segalanya berubah. Saya menjadi pastor di sebuah jemaat kecil. Pada satu titik, kami hanya memiliki kurang dari sepuluh orang dalam ibadah Minggu kami. Saya harus bekerja dua atau bahkan tiga pekerjaan untuk mendukung pelayanan saya. Dalam tiga tahun pertama, kami membaptis tiga orang. Istri saya dan saya merasa seperti gagal. Teman-teman di tanah air bertanya mengapa kami membuang waktu dan energi kami. Mereka mengatakan kami seharusnya kembali ke Indonesia.

Kami senang kami tetap tinggal. Saya belajar banyak memimpin jemaat kecil. Jemaat melihat saya seperti apa adanya. Saya tidak bisa bersembunyi di belakang mimbar di panggung besar, di luar jangkauan. Orang lain melihat kerentanan saya dan hidup kita menjadi terkait. Jemaat melihat perjuangan kita dalam pernikahan, menjadi orang tua, dan mencari nafkah. Pada awalnya, ini tampak seperti kelemahan. Tetapi kita tumbuh untuk memahaminya sebagai berkat. Orang lain mencintai kita seperti kita.

Nouwen mengatakan seorang pemimpin membutuhkan orang sebanyak yang mereka butuhkan pemimpin. Saya mencoba tumbuh sebagai pemimpin sambil dipimpin oleh orang lain, dan memimpin seperti Yesus dengan tidak tunduk pada godaan untuk menjadi relevan, spektakuler, atau berkuasa. Saya berharap kita semua bisa belajar dari teladan Tuhan Yesus, Tuhan memberkati kita semua.

A version of this article originally appeared in Anabaptist World and is reprinted with permission.


Hendy Matahelemual

Hendy Matahelemual is the Associate Minister for Community Engagement for Mosaic Conference. Hendy Matahelemual was born and grew up in the city of Bandung, Indonesia. Hendy lives in Philadelphia with his wife Marina and their three boys, Judah, Levi and Asher.

Filed Under: Articles, Blog, Blog Tagged With: Hendy Matahelemual

Bersilaturahmi

October 26, 2023 by Conference Office

Oleh Hendy Matahelemual 

Sebagai orang Indonesia, kata silaturahmi tidak asing lagi ditelinga kita. Kata ini memiliki arti “tali persahabatan”. Sehingga menjalin tali persahabatan adalah arti kata bersilahturahmi. Sangat disayangkan menurut saya andaikan kata ini dapat dipraktekan dalam kehidupan kita sehari hari. Saya rasa dunia yang penuh dengan kekerasan, perang, dan kebencian bisa menjadi lebih baik.

Ada pepatah yang berkata mencegah lebih baik daripada mengobati. Memang masa lalu tidak bisa kita ubah tetapi masa depan yang penuh perpecahan dan kebencian bisa kita ubah. Dunia lebih banyak lagi menjalin silaturahmi.

Makan siang bersama Ps Hendy, Ps Stephen (JKIA), Ps Buddy (IWC), dan Ps Mary

Dengan silaturahmi, kecurigaan dan kesalahpahaman karena asumsi bisa dihilangkan dengan komunikasi yang baik, saling menghormati dan penuh dengan kasih.

Bersilahturahmi adalah obat yang mencegah polarisasi, mencegah perpecahan, sehingga kita bisa mencari keadilan, jalan tengah dan keharmonisan.

Apa yang membuat kita tidak menjalin tali persahabatan? Mari kita mengutamakan kasih yang menebus batas, sehingga kepercayaan bisa dibangun satu sama lain.

Tuhan Yesus berkata, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” – Yohanes 13:35

Minggu lalu saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung bertemu dengan beberapa pendeta dan pemimpin gereja-gereja Mosaic Conference di California.

Bersama Ps Virgo Handojo, dari JKIA Anugerah

Pertemuan ini tidak bisa digantikan dengan pertemuan via online, text maupun televon. Saya percaya ada banyak hal yang hilang jika mengandalkan pertemuan pertemuan dengan online. Meskipun lebih mudah tentunya pertemuan online ini namun tidak dapat kehadiran secara fisik tidak tergantikan.

Bersama Pastor Chidi (LA Faith) dan keluarga

Saya mengucap syukur Pertemuan tahunan Konferensi Mosaik tahun ini dilaksanakan secara langsung. Dimana kita bisa saling bertemu tatap muka dan menjalin tali persahabatan lebih lagi.

Mari menjalin tali silahturahmi, tali persahabatan sehingga kita boleh menjadi murid-murid Yesus yang taat dan saling mengasihi. Tuhan Yesus memberkati.


Hendy Matahelemual

Hendy Matahelemual is the Associate Minister for Community Engagement for Mosaic Conference. Hendy Matahelemual was born and grew up in the city of Bandung, Indonesia. Hendy lives in Philadelphia with his wife Marina and their three boys, Judah, Levi and Asher.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Go to page 2
  • Go to page 3
  • Go to page 4
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 9
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use