oleh Hendy Matahelemual
Bagaimana memasuki tahun 2024 dengan penuh pengharapan? Harapan timbul dari Iman kita terhadap Tuhan, tetapi Harapan juga lahir dari hati kita. Kitab Amsal 4:23 berkata, Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Bagaimana kita menjaga hati? Khususnya memasuki tahun 2024? Bagaimana menghadapi stress, permasalahan dunia dan juga kehidupan pribadi kita masing- masing?
Dalam sebuah artikel yang berjudul Merayakan Hadirat Tuhan di hari Natal, Lima Tip mengurangi stress dan kekawatiran, penulis Elina Ciptadi mengutip seminar yang dibawakan oleh Pastor Virgo Handojo di Mennonite World Conference. Pastor Virgo adalah Profesor Psikologi di California Baptist University dan Pastor di Gereja JKI Anugerah California.
Faktor pemicu stress dapat dianggap sebagai ancaman, peristiwa netral, atau peluang untuk pertumbuhan – sebuah tantangan. Mereka bisa menjadi sangat membebani ketika dipandang sebagai ancaman terhadap eksistensi kita, menyebabkan kita kehilangan pandangan tentang hal-hal yang benar-benar penting.”
Untuk meredakan kecemasan yang disebabkan oleh factor pemicu stress, Handojo membagikan lima tips:
- Bedakan antara hal-hal yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan, kemudian susun rencana tindakan.
Prioritaskan dan buat perubahan pada hal-hal yang bisa Anda kendalikan, sambil menyesuaikan harapan untuk faktor-faktor di luar kendali Anda. Meskipun menghentikan bencana iklim mungkin di luar jangkauan kita, memberikan dampak positif pada mikro lingkungan kita – rumah tangga, lingkungan sekitar, atau bahkan menghubungi pejabat pemerintahan– carilah hal-hal yang berada di dalam jangkauan kita.
- Tetapkan rutinitas.
Ketidakpastian menambah stres dan dapat menyebabkan kecemasan. Mengembangkan pola rutin – seperti waktu makan yang konsisten, jadwal kerja atau sekolah yang teratur, latihan fisik harian dengan kelompok yang sama, waktu doa keluarga, dan kajian Alkitab mingguan – membantu mendapatkan kembali kendali kita atas kehidupan.
- Temukan Faktor Pemicu Stress.
Kecemasan berasal dari pikiran irasional, dan antisipasi yang kurang jelas, spesifik, dan realistis. Hal-hal ini sangatlah membebani. Dengan memberi nama pada factor pemicu stress, seperti mengidentifikasi aspek konkret dari kondisi makroekonomi (misalnya, kenaikan suku bunga), kita dapat mulai merancang strategi dan menemukan solusi.
- Kurangi volume dunia.
Ini mungkin melibatkan mematikan TV, mengambil jeda dari media sosial, atau menetapkan batasan dengan orang-orang yang berkontribusi pada kekhawatiran Anda – setidaknya sampai Anda mengembangkan mekanisme penanganan yang lebih baik. Berhubungan dengan pikiran batin Anda, di sini dan sekarang.
- Cari bantuan.
Berbicara dengan seseorang yang dipercayai dapat sangat membantu. Hanya dengan didengar dapat memberi jaminan kepada kita bahwa kita tidak sendirian. Jika membagi beban dengan teman-teman tidak memberikan kelegaan, itu menjadi indikasi bahwa bantuan profesional mungkin diperlukan untuk mencegah kecemasan menguasai hidup dan kebahagiaan kita.
“Hidup di dunia ini berarti mengalami emosi positif dan negatif,” ucap Pastor Virgo Handojo. “Kita tidak akan tahu kebahagiaan tanpa pernah merasakan kesedihan, atau kenyamanan tanpa rasa sakit. Yang harus kita ingat adalah kita dapat menyerahkan pikiran dan pemikiran kita kepada tangan Tuhan Yesus, dan percaya bahwa Tuhan berkuasa.”
“Kita juga memiliki janji bahwa Tuhan mengetahui kebutuhan kita, akan merawatnya, dan akan bersama kita dalam hari-hari baik dan buruk. Matius 6:25-34, yang membahas kekhawatiran dan kecemasan, menekankan pencarian pertama Kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya, dengan jaminan bahwa segala sesuatu yang lain akan disediakan juga.”
Selamat Tahun baru 2024, semoga hal ini bisa membantu kita semua memasuki tahun baru yang penuh dengan pengharapan. Tuhan Yesus memberkati.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.