Pada tanggal 8-11 Februari 2024, Mennonite Church (MC) kami dan beberapa leaders Mosaic mendapat undangan untuk menghadiri acara pertemuan pemimpin-pemimpin kulit berwarna (BIPOC) dari denominasi MC USA di Dallas, Texas.
Acara kali ini dihadiri oleh 70 orang peserta dari berbagai gereja, yang mengangkat tema “Mematahkan Rantai, Memperbaiki Tembok” — diambil dari Yesaya 58 sebagai undangan bagi umat Allah untuk mengingat siapa mereka dan apa yang mereka dipanggil lakukan di saat tantangan-tantangan berat hadir didepan.”
Sue Park-Hur, selaku direktur keterlibatan rasial etnis MC USA, membuka acara ini dengan harapan bahwa acara ini akan memperkuat kekerabatan dan tali persaudaraan, serta saling belajar antara satu dengan yang lain. Agenda lain di luar hal ini dapat dibahas di lain waktu dan tidak dalam pertemuan ini.
Saya dan istri diundang untuk menjadi pemimpin pujian dalam acara tahunan ini, dan tentunya kami juga membawa ketiga anak kami. Pada akhir tahun 2023, ketika undangan ini diberikan kepada kami, kami sempat ragu, karena dua hal. Pertama, hubungan antara Mosaic Conference dan MC USA sedang dalam proses peninjauan kembali. Dan kedua, kami harus membawa ketiga anak kami, yang membuat kami sedikit ragu mengingat anak-anak kami masih kecil dan biaya tidak murah.
Namun, kami memutuskan untuk ikut serta karena kami tetap ingin menjalin hubungan meskipun ada perbedaan, dan kami ingin anak-anak kami melihat pelayanan yang kami lakukan.
Pada kesempatan tersebut, kami bertemu dengan dua orang Indonesia yang baru kami kenal, Bapak Martin Gunawan yang sekarang menjabat sebagai Senior Executive Operation Mennonite Mission Network, dan Ibu Chialis Santoso, istri dari Bapak Andy Santoso, staf dari Mennonite Mission Network. Sebagai sesama orang Indonesia di perantauan dan seumuran dengan kami, percakapan semakin hangat dan mendalam.
Pada suatu titik, kami membahas bagaimana para pelayan dan pemimpin yang berbahasa Indonesia bisa memiliki pertemuan seperti ini sendiri. Lokasi dan tempat pun sempat dibicarakan, salah satu usulan tempat adalah kota Chicago, IL, dengan pertimbangan lokasinya yang berada di tengah-tengah antara New York dan Los Angeles.
Tentunya, ini merupakan salah satu harapan yang baik untuk masa depan karena kami pun berharap untuk bisa mematahkan rantai (kesulitan ekonomi, rasisme sistemis, sakit-penyakit, immoralitas, perpecahan) dan membangun tembok (pengharapan, iman dan kasih) khususnya bagi diaspora Indonesia Anabaptis di Amerika Utara ini. Tuhan Yesus memberkati.