• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Mosaic MennonitesMosaic Mennonites

Missional - Intercultural - Formational

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami
  • English (Inggris)
  • Español (Spanyol)
  • Indonesia

Hendy Matahelemual

Perjalanan Menuju Kesatuan Kristus

May 19, 2022 by Cindy Angela

Komunitas Indonesia di Philadelphia Selatan minggu lalu kembali menjadi tuan rumah sebuah acara makan siang bersama yang dihadiri oleh pemimpin kredensial Mosaik di Philadelphia. Tetapi acara makan siang ini bukan acara makan siang bersama karena kita kedatangan seorang tamu istimewa.  

Tamu istimewa itu tidak lain adalah Cesar Garcia yang menjabat sebagai Sekretaris Umum Konferensi Mennonite Sedunia. Beliau terbang dari Toronto, Canada, yang adalah dekat dengan lokasi kantor Pusat Konferensi Mennonite Sedunia. Kunjungan kali ini dalam rangkaian kunjungan kerja di Pantai Timur, AS.  

Foto oleh Cindy Angela

Setelah semua undangan hadir, acara dibuka oleh sambutan Ps Aldo Siahaan disertai sajian es kopi dan lemon tea menyegarkan suasana yang hangat pagi itu. Setelah sambutan Cesar Garcia menyampaikan sharing singkat mengenai kesatuan di dalam Kristus.  

Dalam pembukaan sharingnya Cesar menceritakan konteks bagaimana Pandemi, Perang Ukraina-Rusia, ketegangan antara partai politik, ternyata terjadi juga kurang lebih 100 tahun yang lalu. Tepatnya tahun 1925, dan ditahun yang sama, Pertemuan pertama Konferensi Mennonite Sedunia dilaksanakan di Basel, Swiss, ditengah permasalahan dan perbedaan yang ada selalu ada alasan untuk berkumpul yaitu untuk membantu orang yang memerlukan bantuan.  

Cesar juga menyatakan bahwa meski pertemuan tahunan Konferensi Mennonite Sedunia nanti diadakan di Indonesia bulan July tahun ini, pertemuan Anabaptist sedunia sebenarnya terjadi setiap saat di setiap belahan dunia, bahkan juga terjadi saat ini ditempat ini, karena dimana setiap kita berkumpul disitulah tubuh Kristus berada.  

Foto oleh Cindy Angela

Cesar juga menyatakan bahwa, “Kristus haruslah menjadi alasan yang mempersatukan, bukan bahasa, warna kulit, ras, dan bahkan doktrin, Karena sebenarnya kita semua masih dalam perjalanan menuju kepada kesempurnaan Ilahi.”  

Setelah sharing yang singkat padat dan sangat kontekstual, ruang tanya jawab pun dibuka, satu persatu pertanyaan dijawab dengan tepat sesuai dengan konteks dan kembali kepada Kristus yang adalah pusat. Setelah sesi tanya jawab selesai, Cesar Garcia memberi cinceramata berupa pajangan perjamuan terakhir dimana yang duduk di meja adalah perwakilan dari setiap budaya dan suku bangsa yang berbeda. Cinderamata diterima oleh Marta Castilo, selaku Wakil Pemimpin Eksekutif dari Konferensi Mosaik.  

Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama, dengan sajian Nasi Campur Bali, sajian khas Indonesia dari Pulau Bali, Indonesia lengkap dengan sambal, kerupuk dan minuman teh manis, membawa undangan serasa berada di Bali pada siang hari itu. Acara fellowship dan makan bersama berlangsung hangat, Konferensi juga berterima kasih kepada Marina Setyati yang menyiapkan hidangan yang begitu nikmat.  

Foto oleh Cindy Angela

Kami berdoa mendukung pelayanan Cesar Garcia, dan Konferensi Mennonite Sedunia agar menjadi berkat dan menjadi saksi rekonsiliasi dan perdamaian Kristus di dunia begitu hancur dengan ketidak adilan, perang, dan penderitaan. Semoga damai Kristus memberkati dunia ini dan kita semua boleh menjadi saksi hidup bagi orang lain yang membutuhkan.  

Foto oleh Cindy Angela

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Sebuah Doa di Masa Kekerasan (A Prayer in a Time of Violence)

April 7, 2022 by Cindy Angela

Kekerasan adalah ekspresi tragis dari kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kekerasan juga sangatlah berlawanan dengan hukum cinta kasih yang Tuhan Yesus ajarkan. “Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain” – Lukas 6:29  

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kekerasan banyak terjadi disekitar kita, Oleh sebab itu sebagai alternatif dari kekerasan yang terjadi di seluruh dunia ini kami sebagai Anabaptist Mennonite percaya bahwa perdamaian, keadilan dan anti kekerasan adalah bagian penting dari apa yang kami percayai dalam mengikut Tuhan Yesus. Berikut penjabaran dari artikel 22, Pengakuan iman dalam sudut pandang Mennonite.  

people inside room

“Kami percaya bahwa perdamaian adalah kehendak Allah. Allah menciptakan dunia dalam damai, dan kedamaian Allah paling lengkap diwahyukan dalam Yesus Kristus, yang adalah kedamaian kita dan kedamaian seluruh dunia. Dipimpin oleh Roh Kudus, kita mengikuti Kristus di jalan damai, melakukan keadilan, membawa rekonsiliasi, dan dan tidak melakukan perlawanan bahkan dalam menghadapi kekerasan dan peperangan. “ 

“Meskipun Allah menciptakan dunia yang damai, umat manusia memilih jalan yang tidak benar dan kekerasan.  Semangat balas dendam meningkat, dan kekerasan berlipat ganda, namun visi semula akan kedamaian dan keadilan yang tidak padam. Para nabi dan utusan-utusan Allah lainnya terus tertuju kepada orang Israel mempercayai Allah daripada senjata dan kekuatan militer.” 

“Kedamaian Allah itu bermaksud untuk manusia dan ciptaan terungkap paling sepenuhnya di dalam Yesus Kristus. Suatu pujian yang riang gembira tentang damai sejahtera memberitakan kelahiran Yesus. Yesus mengajarkan mengasihi musuh, mengampuni kesalahan-kesalahan, dan segera berdamai serta mempunyai hubungan yang benar. Ketika terancam, dia memilih untuk tidak melawan, tetapi menyerahkan hidupnya dengan sukarela. Oleh kematian dan kebangkitanNya, Ia telah menggalahkan kuasa maut dan memberi kita perdamaian dengan Allah. Dengan demikian Ia telah mendamaikan kita dengan Allah dan telah mempercayakan kepada kita pelayanan perdamaian.” 

“Sebagai pengikut-pengikut Yesus, kita berpartisipasi dalam pelayananNya mengenai perdamaian dan keadilan. Dia memanggil kita untuk mendapatkan berkat kita dalam membuat damai dan mencari keadilan. Kami melakukannya dengan semangat kelemah-lembutan, bersedia dianiaya karena kebenaran. Sebagai murid-murid Kristus, kami tidak mempersiapkan diri untuk perang, atau berpartisipasi dalam perang atau militer. Roh yang sama yang memberi kuasa atas Yesus juga berkuasa atas kita untuk mengasihi musuh, untuk mengampuni daripada untuk membalas dendam, untuk membina perdamaian,untuk bergantung pada komunitas orang-orang percaya untuk menyelesaikan perselisihan, dan untuk mengalahkan kejahatan tanpa kekerasan.” 

“Dengan pimpinan Roh Kudus, dan permulaan dalam gereja, kami menyaksikan kepada semua umat bahwa kekerasan bukanlah kehendak Allah. Kami bersaksi menentang segala bentuk kekerasan, termasuk perang antar bangsa, permusuhan antara ras dan kelas, pelecehan pada anak dan perempuan, kekerasan antara laki-laki dan perempuan, pengguguran bayi, dan hukuman mati. Kami memberikan loyalitas kami yang utama kepada Allah, sumber kasih karunia dan damai sejahtera, yang memimpin gereja setiap hari dalam menggalahkan kejahatan dengan kebaikan, yang memampukankan kita untuk melakukan keadilan, dan yang membantu kita di dalam pengharapan mulia dari pemerintahan Allah yang damai. “ 

silhouette of kneeling man

Mari kita bersama membawa dalam doa untuk setiap konflik kekerasan yang terjadi saat ini, agar perdamaian, keadilan dan semangat anti kekerasan bisa terwujud, berdoa untuk konflik- konflik yang terjadi hari ini:  

  • Perang Russia dan Ukraina 
  • Perang saudara di Afghanistan, Myanmar, Yemen, Syria 
  • Perang obat terlarang di Mexico dan Colombia 
  • Perang antar etnik di Sudan Selatan 
  • Perang melawan terorisme di negara-negara Afrika 
  • Perang melawan kekerasan bersenjata di Papua Barat, Indonesia 
  • Kejahatan kebencian dan kekerasan bersenjata di kota kota di Amerika Serikat 

Dan tentunya masih banyak lagi kekerasan yang terjadi diluar dari yang bisa disebutkan di atas. Mari kita menjadi pembawa damai, di dunia yang haus akan perdamaian. Doa dan bantuan kita sangat berarti, mari mendukung perdamaian dan anti kekerasan. Mari berdoa:  

Bagi mereka yang terluka oleh kekerasan: keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai dan mereka yang mengalami luka fisik, Tuhan yang Maha pengasih, berikan mereka kenyamanan yang penuh, jadilah bagi mereka sumber penyembuhan dan tempat peristirahatan yang aman. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami   

Bagi mereka yang berusaha menyakiti orang lain, Tuhan yang Maha pengasih, lembutkan hati mereka dan tenangkan pikiran mereka. Semoga kebencian diganti dengan kasih, kekerasan dengan kedamaian dan kegelapan dengan cahaya-Mu. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami   

Bagi kami yang membaca doa ini, jadikan kami saksi perdamaian dalam interaksi kami sehari-hari dan mengadvokasi perdamaian di dunia. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami   

Bagi mereka yang telah meninggal karena kekerasan, semoga mereka disambut dengan paduan suara malaikat dan mengalami kedamaian dan sukacita kekal-Mu. Kami berdoa, Allah sumber damai, Kirimkan Roh-Mu kepada kami 

 Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.

silhouette of man

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Kuning, hitam dan putih

March 31, 2022 by Cindy Angela

Di alam sekitar kita, kuning adalah warna bunga bakung dan bunga matahari, menandakan munculnya musim semi, membawa harapan, optimisme dan pencerahan. Namun di Amerika Serikat, warna kuning dipersenjatai menjadi warna kebencian bagi orang orang Asia.

Sampai dengan saat ini kekerasan terhadap orang Asia di Amerika masih terus terjadi. Hampir setiap hari ada saja cerita dan berita mengenai pemukulan, penusukkan, dan penembakkan yang mentargetkan orang Asia. Dan sayangnya kasus yang terjadi di lapangan lebih banyak daripada yang bisa dilaporkan.

Sunflower, Blossom, Bloom, Flower, Yellow, Emotions

Rasisme terhadap orang Asia di Amerika bukanlah hal yang baru ini sudah terjadi sepanjang sejarah menulis. Tetapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi kenaikkan yang cukup signifikan beberapa tahun kebelakang ini. Bagaimana gereja menyikapi hal ini? Apa pesan yang disampaikan kepada jemaat? Bagaimana sebagai komunitas Asia kita bisa melewati pencobaan ini?

Sebagai gereja Imigrant Asia di Amerika Serikat, Ibadah minggu adalah sebuah tempat dimana kita jemaat dikuatkan, dan diperlengkapi agar siap untuk menghadapi tantangan sehari hari. Firman Tuhan dan Persaudaraan antara saudara-saudari seiman adalah satu satunya yang bisa menopang kehidupan pribadi.

Surat Paulus terhadap jemaat di Roma, menjadi salah satu pegangan kita bahwa ditengah tengah kesengsaraan ada sebuah ujian yang menghasilkan ketekunan, dimana ketekunan menghasilkan kekuatan dan pengharapan. (Roma 5: 3-4). Sebagai komunitas immigrant, berita baik dalam Alkitab menjadi sumber kekuatan yang tidak ada habis habisnya.

Hands, Team, United, Together, People, Unity, Teamwork

Yesus menjadi model nyata bagaimana hidup sebagai minoritas di dalam budaya mayoritas yang tidak adil dan penuh kekerasan dan diskriminasi. Iman pribadi kami sebagai bagian dari komunitas imigran teruji. Tentunya selain iman, langkah pencegahan, pemulihan dan perbaikan perlu dilakukan.

Beberapa waktu lalu Philadelphia Praise Center menjadi tuan rumah pembagian peluit kuning. Peluit kuning adalah simbol perlindungan diri dan solidaritas dalam perjuangan bersama melawan diskriminasi historis dan kekerasan anti-Asia. Peluit ini adalah alat sederhana dengan tujuan universal, memberi sinyal bahaya dan meminta bantuan untuk semua orang yang tinggal di Amerika.

Secara struktural rekonsiliasi antar setiap lapisan masyarakat perlu terjadi agar hal ini tidak terulang kembali di masa depan. Tetapi bukan mengecilkan setiap usaha usaha yang ada namun Firman Tuhan jelas berkata, bahwa pemulihan dan rekonsiliasi yang sejati hanya akan terjadi di dalam Yesus.

Hanya dengan perdamaian oleh darah salib Kristuslah, Ia datang mendamaikan kita semua (Kolose 1:20). Oleh sebab itu peran gereja adalah menjadi pintu sekaligus jembatan antara budaya, ras, suku, golongan, untuk bisa saling menjalin hubungan yang otentik diluar hubungan transaksional dan organisasional semata mata

Dosa supremasi kulit putih perlu diakui, karena inilah yang mengakibatkan hierarki ras dimana minoritas berlomba lomba ingin menjadi “putih”. Oleh sebab itu kita mengenal istilah model minoritas, dimana standard sukses sudah ditetapkan dan perlombaan pun dimulai, sayangnya dalam perlombaan ini tidak ada yang menjadi pemenang, karena sebenarnya kita ini semua adalah satu ras: manusia.

Iblis begitu pandai memanipulasi keadaan ini, perbedaan yang seharusnya memperkaya malah menjadi pemecah. Oleh sebab itu doa dan tindakan nyata perlu dilakukan lebih dari simbolisme semata mata. Perlu menjadi pertanyaan yang perlu dijawab oleh setiap gereja gereja imigrant Asia, kulit putih,kulit hitam, dan hispanik langkah konkrit apa yang bisa kita lakukan dalam mempersatukan setiap budaya dan warna kulit yang beragam ini?

Safwat Marzouk, dalam bukunya “Gereja Interkultural: Visi Alkitab di Era Migrasi” menawarkan visi Alkitabiah tentang apa artinya menjadi gereja antarbudaya, yang menumbuhkan keragaman yang adil, mengintegrasikan artikulasi budaya iman dan ibadah yang berbeda, dan mewujudkan alternatif untuk politik asimilasi dan segregasi.

Visi Alkitabiah ini memandang perbedaan budaya, bahasa, ras, dan etnis sebagai karunia dari Tuhan yang dapat memperkaya ibadah gereja, memperdalam rasa persekutuan di gereja, dan memperluas kesaksian gereja terhadap misi rekonsiliasi Tuhan di dunia. (Ikuti webinarnya secara langsung di halaman Facebook Mosaic Mennonite Conference, 21 April 2022, jam 7.00 PM)

Mari kembalikan warna kuning menjadi warna harapan, hitam menjadi warna keberanian, dan putih menjadi warna perdamaian. Mari kita terus mendoakan khususnya setiap korban kekerasan, berdoa untuk perdamaian dan rekonsiliasi, berdoa setiap roh-roh xenophobia boleh dipatahkan di dalam nama Yesus. Dan biarlah kuasa darah Yesus tercurah atas setiap kita, sehingga dengan kuasa Roh Kudus kita sebagai pengikut Yesus bisa menjadi agen agen perdamaian dan rekonsiliasi antar warna kulit, budaya, dan kelompok. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Pengakuan Tanah

March 23, 2022 by Cindy Angela

Selalu akan ada hal baru yang kita pelajari ketika kita mengambil bagian dalam pekerjaan rekonsiliasi yang Tuhan Yesus kerjakan. Salah satu hal yang baru saya pelajari yang erat kaitanya dengan rekonsiliasi adalah adalah Praktek Pengakuan tanah, atau “Land Acknowledgment”.

Pengakuan Tanah atau Land Acknoledgment adalah sebuah praktek memberikan pernyataan formal yang mengakui dan menghormati penduduk asli yang terlebih dahulu memelihara tanah ditempat dimana kita berada dan juga hubungan yang tetap ada antara penduduk asli dan tanah tersebut.

Panoramic Photography of Green Field

Praktek ini menjadi suatu hal yang dilakukan ketika terjadi kesadaran baru di Amerika Serikat mengenai penindasan sistemik, anti-rasisme, dan supremasi kulit putih terhadap penduduk asli dan orang kulit berwarna. Meski bersifat simbolik tetapi ini sangat membantu kesadaran khususnya mengenai sejarah penindasan dan dominasi yang perlu diingat dan tidak boleh dilupakan agar supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Ketika saya menulis artikel ini, saya sedang berada di kota Philadelphia, PA yang merupakan tanah yang dimiliki dan dipelihara oleh suku Lenni Lenape sebelum pendatang dari Eropa menduduki wilayah ini dan memaksa suku Lenape untuk keluar dari wilayahnya. Suku Lenni Lenape adalah satu dari 574 suku, penduduk asli Amerika, yang menduduki wilayah yang sekarang adalah negara bagian Pennsylvania Timur, New Jersey, Delaware, dan New York.

Black and White Photo of the Benjamin Franklin Bridge

Konflik perebutan tanah antara pendatang dan penduduk asli bukanlah yang baru dan bahkan masih terjadi sampai dengan saat ini di berbagai belahan dunia. Yang memiliki kekuatan lebih besar biasanya akan menyingkirkan yang paling lemah.

Pengakuan tanah penting supaya kita bisa menyadari bahwa konflik dan krisis terkadang tidak terlihat dan tersembunyi dibalik budaya, norma, dan kekuasaan yang sedang berjalan. Dan menyadari bahwa ada “dosa”, “krisis” dan “konflik” yang perlu didamaikan dan diselesaikan secara tuntas, dimana kecenderungan yang ada adalah untuk melupakan dan menutup nutupi. Luka jika belum kering ditutupi akan menjadi borok, dan inilah yang menjadi akar permasalahan yang ada di masa datang.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menulis,” Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (2 Korintus 5:18)

Sebagai agen perdamaian pengakuan akan penderitaan yang seseorang / kelompok / budaya alami adalah sebuah langkah awal dari perjalanan transformasi bersama sama. Pengakuan tanah adalah salah satunya, mengakui bahwa pada suatu masa di dalam sejarah terjadi penindasan, pencurian, dominasi yang terjadi oleh pendatang terhadap penduduk asli.

Tanpa pengakuan “dosa” (baik dosa pribadi, kelompok) pertobatan tidak akan terjadi. Mari menyadari bahwa kita adalah bagian dari sistem dunia yang penuh dengan dosa, dan hanya dengan pengakuan, pertobatan, dan penebusan Yesus dikayu saliblah rekonsiliasi bisa terjadi.

Close-Up Shot of a Butterfly on a Flower

Sebagai bagian dari komunitas pendatang di Amerika Serikat pemahaman mengenai pengakuan ini menjadi suatu cermin bagi kita, bagaimana menjadi agen perdamaian dalam menghadapi konflik dan krisis yang terjadi di tanah ini dimana antar budaya / kelompok saling bergesekan satu sama lain. Berita baiknya adalah, Tuhan ada bersama sama dengan kita, Tuhan panggil kita menjadi pembawa damai, dan Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Kasih Sempurna Melenyapkan Ketakutan

March 3, 2022 by Cindy Angela

Pertemuan iman dan kebenaran (Faith and Life Gathering) yang diadakan minggu lalu yang dihadiri oleh para pemimpin kredensial berakhir dengan sebuah pengertian bersama bahwa kita semua perlu duduk bersama dan melakukan lebih banyak percakapan di dalam konferensi kami terlepas dari perbedaan pandangan yang kami miliki. Dan kami semua percaya bahwa adalah lebih baik menghadapi permasalahan daripada menghindarinya.

Namun tidak dipungkiri sebagai orang Timur, orang Asia Indonesia, isu seksualitas, gender, LGBTQ, bahkan isu rasisme bukan merupakan topik yang terbuka untuk dibahas. Kecenderungan untuk menutupi dan menghindari isu isu ini untuk dibicarakan sangat tinggi. Karena masih banyak yang beranggapan bahwa isu ini adalah tabu dan pembicaraan mengenai hal ini tidak begitu pantas.

Tetapi dengan semangat Intercultural, dimana setiap ekspresi budaya bukan hanya dihormati dan dimengerti tetapi juga hidup bersama dan saling mempengaruhi, tentunya ini bisa menjadi sebuah kesempatan bagi komunitas Mosaic untuk bertumbuh bersama sama, memperkuat karakter masing masing sehingga menyerupai karakter Kristus.

Sebagai orang Timur setiap konflik dihadapi dengan secara tidak langsung, lisan, bahkan seringkali melibatkan pihak ketiga, tetapi kesatuan komunitas tetap terjaga. Tetapi dalam budaya barat konflik dihadapi secara langsung, cenderung dalam bentuk tertulis, dan komunitas terbagi atas kelompok kelompok yang terpolarisasi dalam komunitas yang berbeda.

Menjadi tantangan bagi kita semua yang berada di dalam Mosaic, untuk bisa berkomunikasi dan hidup bersama sebagai satu kesatuan tubuh Kristus yang unik. Sebagai Mosaik, yang hancur retak tetapi indah jika dipersatukan, dan saya percaya bahwa hanya meneledani Yesus dan mengandalkan kuasa Roh Kuduslah, kesatuan yang indah ini bisa terwujud.

Menyikapi isu LGBTQ khususnya mengenai pengajuan resolusi Pertobatan dan Transformasi, Moderator Konferensi Mosaic, Rev Ken Burkholder dan Rev Stephen Kriss selaku Pemimpin Pelayan Eksekutif menyatakan bahwa Konferensi Mennonite Mosaic akan tetap berpegang pada Pernyataan Bersama Gereja gereja tentang Kasih Karunia dan Kebenaran dan tetap terbuka dalam mendengarkan pendapat dan masukkan yang ada.

Saya percaya kita pengikut Yesus harus berani bergerak keluar dari zona nyaman kita masing masing untuk berani berbicara mengenai pemahaman dan perjalanan kita masing masing dalam menyikapi hal ini (LGBTQ, Racial /Criminal Justice), jika komunikasi tidak terjalin kita akan tetap berada di kotak kita masing masing. Kotak yang menghambat komunikasi dan memperbesar asumsi, yang akan mengarah bukan pada persatuan tetapi penghakiman dan perpecahan.

Pastor Charlene Smalls (Ripple) dalam salah satu pertemuan Iman dan Kebenaran, mengutip satu ayat dari Kitab Yesaya 1:18 “Marilah, baiklah kita berperkara! –firman TUHAN–Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”

Dalam bahasa Ibrani kata berperkara adalah yakach, yang artinya mari saling berdiskusi, bertukar pikiran, berargumentasi. Dalam terjemahan New King James Version kata berperkara diterjemahkan menjadi “reason together”. Dalam menyikapi perbedaan dalam mengartikan Firman Tuhan dan juga dalam praktik kehidupan sehari hari, saling berdiskusi dan bertukar pikiran adalah sesuatu yang baik dan praktis. Inilah yang perlu kita praktekkan dalam kehidupan kita bersama-sama.

“Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” – 1 Yohanes 4:18. Seringkali rasa takutlah yang menjadi alasan kita tidak mau “berperkara”, rasa takutlah yang menjadi alasan kita tidak mau duduk bersama, tetapi Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Mari kita sama sama berdoa agar Roh yang hidup itu memberikan kita penghiburan, pemulihan, keberanian dan kasih, sehingga kita bisa hidup bersama di dalam kasih persaudaraan yang nyata. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: faith and life commission, Hendy Matahelemual, intercultural

Berjalan Bersama

February 24, 2022 by Cindy Angela

“Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” ayat dari kitab Amos ini dibagikan oleh Pastor Yakub Limanto dalam pertemuan bulanan pendeta-pendeta Indonesia Mosaic Conference bulan ini. Kesepakatan merupakan hal yang membuat kita bisa berada bersama-sama dalam sebuah komunitas dan organisasi, dan inilah yang membuat kita berjalan bersama sebagai gereja Tuhan.

Namun tidak dipungkiri bahwa untuk mencapai sebuah kesepakatan tidaklah mudah. Diperlukan kerendahan hati dan keberanian untuk meninggalkan ego, ketakutan menuju kepada kasih, harapan dan iman kepada kebenaran. Ada pepatah yang berkata, “Tempat dimana ada kesepakatan disitulah ada kekuatan”. Sudah sering kita mendengar himbauan persatuan dalam sebuah komunitas yang terpecah. Bagaimana kita bersatu sebagai komunitas orang percaya?

Ps Buddy Hannanto, yang juga menjabat sebagai ketua Indonesian Mennonite Association (IMA) pada kesempatan kali ini ingin mengajak para pendeta untuk menyikapi resolusi-resolusi yang ada yang akan dipelajari, dibicarakan dan disahkan pada Pertemuan Delegasi Khusus Gereja Mennonite Amerika Serikat pada bulan Mei mendatang.

Pertemuan Delegasi khusus Gereja Mennonite Amerika Serikat akan diadakan di Kansas City, MO pada tanggal 27-30 Mei 2022. Dan dalam pertemuan ini akan dibahas empat buat resolusi. Satu buah resolusi diperkenalkan untuk dipelajari, dua buah resolusi akan diputuskan, dan satu buah resolusi akan diambil suara apakah akan untuk diputuskan untuk diambil suara atau tidak.

Pastor Buddy Hannanto, Ketua Indonesian Mennonite Association (IMA), IMA merupakan kelompok etnik yang terdaftar di dalam Gereja Mennonite Amerika Serikat (MCUSA) yang memiliki hak suara. Photo oleh David Tunggawijaya.

Berikut resolusi resolusi yang akan dibahas, diputuskan dalam Pertemuan Delegasi Khusus: 

  1. Klarifikasi Kebijakan MCUSA dan peran Panduan keanggotaan MCUSA Clarification on Mennonite Church USA Polity and the Role of the Membership Guidelines of Mennonite Church USA (akan diputuskan)  
  2. Resolusi Keadilan MCUSA MC USA For Justice Resolution (akan dipelajari) 
  3. Resolusi Aksesibilitas MCUSA MC USA Accessibility Resolution (akan diputuskan) 
  4. Resolusi Pertobatan dan Transformasi A Resolution for Repentance and Transformation (Akan diputuskan apakah akan akan diambil suara untuk disahkan atau tidak) 

Tidak dipungkiri bahwa ada beberapa draft resolusi diatas menimbulkan kontroversi dan memiliki kecenderungan untuk memecah belah jika tidak disikapi dengan baik. Oleh sebab itu kami percaya bahwa tuntuntan Roh Kudus dan teladan Tuhan Yesuslah yang dapat mempersatukan kita semua.

Pastor Ken Burkholder, Moderator dari Konferensi Mennonite Mosaik, dalam kesempatan pertemuan Iman dan Hidup (Faith and Life Gathering) menyampaikan bahwa menjadi catatan bahwa Konferensi Mennonite Mosaik akan tetap menjadikan pernyataan bersama gereja gereja (Church Together statement) sebagai acuan menyikapi resolusi resolusi diatas.

Berikut pernyataan bersama gereja gereja dalam Konferensi Mennonite Mosaic:

  1. Pernyataan Bersama Gereja-Gereja mengenai misi untuk pergi ke perbatasan
  2. Pernyataan Bersama Gereja-Gereja tentang Iman dan Kehidupan
  3. Pernyataan Bersama Gereja-gereja mengenai Kasih Karunia dan Kebenaran

Meski demikian kehadiran dan suara kita sebagai delegasi dan anggota MC USA tetap berarti oleh sebab itu perwakilan kita sangat berarti pada pertemuan delegasi khusus MCUSA pada bulan Mei 2022. Berikut beberapa keterangan mengenai Pertemuan Delegasi Khusus MCUSA:

  • Pertanyaan dan jawaban seputar Pertemuan Delegasi – FAQs for the special session 
  • Proses delegasi untuk pertemuan – Delegate process for the special session 
  • Anggaran dasar Rumah Tangga MC USA – Bylaws of MC USA 
  • Pemberitahuan resmi Pertemuan Delegasi Khusus – Official notice of the Special Delegate Assembly 
  • Sejarah Panduan Keanggotaan berdasarkan waktu – Timeline for Membership Guidelines of Mennonite Church USA 
  • Saran untuk melibatkan delegasi muda – Tips for Engaging Youth Delegates

Mari berjalan bersama di dalam kasih persaudaraan, dan kesepakatan untuk hidup dalam damai, iman dan mengikuti teladan Tuhan Yesus. Berdoa untuk setiap proses berada di dalam tuntunan Roh Kudus.  

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual, MCUSA, Special Delegate Session

Perayaan Ulang Tahun dan Potluck

February 17, 2022 by Cindy Angela

Perayaan dan makan bersama adalah bagian dari ibadah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berjemaat, khususnya dikalangan gereja-gereja Indonesia di Amerika Serikat. Selain perayaan natal dan paskah, ada satu perayaan yang tidak kalah penting, yaitu ulang tahun gereja.

JKI Anugerah, Sierra Madre, CA merayakan ulang tahun gerejanya yang 29 tahun 

Ada sebuah pepatah yang berkata sesuatu yang dirayakan akan terus terulang. Perayaan akan mengundang suatu suasana positif dan sebagai manusia ketertarikan untuk berkumpul dan merayakan sesuatu bersama kelompok adalah sebuah kebutuhan kita sebagai manusia sosial. Oleh sebab itu perayaan ulang tahun baik pribadi maupun gereja adalah sesuatu yang dinantikan.

Indonesian Light Church Philadelphia (ILC) menjadi gereja Indonesia di Konferensi Mosaik pertama yang merayakan ulang tahunnya di tahun 2022 ini. Pada tanggal 29 January kemarin ILC merayakan ulang tahunnya yang ke 10, menandakan satu dekade pelayanan ILC di kota Philadelphia. Dikarenakan menunggu gelombang Varian Omicron mereda diantara jemaat, perayaan ditunda menjadi tanggal 6 February kemarin. Seperti biasa perayaan diawali dengan ibadah dan dilanjutkan dengan makan makan bersama.

Juga pada bulan February ini, tanggal 27 February 2022, Philadelphia Praise Center akan merayakan ulang tahun gereja yang ke 17 tahun. Undangan makan makan bersama pun juga diucapkan oleh Ps Aldo Siahaan, “Kita akan membuka rumah (gereja) kita untuk keluarga dan teman dan kita akan menaruh meja dan diisi makanan dimana kita akan fellowship bersama-sama.” Tentunya pilihan untuk membawa makanan pulang tersedia dikarenakan situasi pandemi yang masih belum sepenuhnya tuntas. PS Aldo juga membuka bagi para jemaat yang ingin menyumbang makanan (potluck).

Potluck, merupakan sebuah istilah dari bahasa Inggris, menggambarkan pesta dimana setiap hidangan merupakan kontribusi dari semua yang hadir pada saat ini. Potluck pun menjadi sebuah tradisi hampir disetiap perayaan yang ada. Potluck bisa dibagi sesuai dengan jenis makanan, minuman atau juga bisa satu jenis makanan tetapi banyak yang berkontribusi.

Undangan ulang tahun ke 17 gereja Philadelphia Praise Center.

Sebuah contoh menarik yaitu pada ulang tahun ke sepuluh ILC, menu yang dipilih jemaat ILC adalah adalah Soto betawi. Dan setiap dari jemaat berkontribusi dalam menyiapkan bahan bahannya kuah dan daging, emping, kentang goreng, sayuran-sayuran, kecap, bawang goreng, sambel, semua disiapkan oleh orang orang yang berbeda, dan kemudian disatukan dan dihidangkan menjadi soto yang begitu lezat.

Ps Jeanne Handojo bersama Ibu-Ibu dari JKIA menyiapkan makanan  

Selain makanan dan ramah tamah, Tentunya doa dan disiplin rohani pun juga menjadi bagian dari perayaan ulang tahun ini. PPC mengundang jemaat untuk mengambil bagian dalam doa dan puasa dalam menyambut ulang tahun kali ini. Sedangkan ILC kembali mempertegas dan membagikan visi dan misinya kepada jemaat untuk dihidupi di tahun tahun kedepan.

ILC merayakan Ulang tahunnya yang ke 10

Sekedar pengingat berikut tanggal hari ulang tahun Gereja gereja Indonesia yang berada di bawah payung Mosaic Mennonite Conference:

  • BECC New York, 26 April,
  • International Worship Church, California, 7 May
  • Nation Worship Center, Philadelphia, 30 May
  • JKIA, California, 20 September
  • ICCF, California, 13 November

Mohon dicatat tanggal tanggal berikut, biasanya perayaan akan mengambil hari minggu terdekat dari tanggal ulang tahun tersebut. Mari sama sama merayakan,berpatisipasi dalam potluck dan mendukung dalam doa supaya semua gereja gereja-Nya bukan saja panjang umur tetapi juga menjadi berkat bagi banyak orang, Berdoa juga agar pandemi ini cepat berakhir,Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

Mendengar dengan Kerendahan Hati

January 19, 2022 by Cindy Angela

Rencanakanlah sebuah liburan yang ideal untuk pasangan anda atau teman dekat anda. Jika budget dan waktu tidak terbatas apa yang akan anda berikan? Setelah itu mintalah pasangan anda atau teman dekat anda melakukan hal yang sama untuk anda. Aktifitas singkat ini adalah salah satu bagian dari latihan singkat bagaimana ternyata penting bagi kita semua untuk bisa mendengar, mengerti dan memahami orang lain.

Jujur ketika saya melakukan aktifitas ini secara otomatis keinginan sayalah yang ingin saya ajukan pertama kali. Dan tentunya asumsi saya tentang apa yang saya anggap baik buat pasangan atau teman saya. Asumsi dan proyeksi mengambil andil besar dalam saya merencenakan liburan ideal ini. Dan ini belum tentu baik, dan dalam beberapa kasus malah membahayakan.

Bagaimana jika kita malah merencanakan liburan ideal yang malahan membuat pasangan kita atau teman kita menghidupi kembali trauma trauma masa lalu mereka yang sebenarnya belum mengalami pemulihan? Liburan ideal bagi kita bisa menjadi petaka bagi orang lain.

Sebenarnya aktifitas ini ingin menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dan juga pentingnya kita sebagai pribadi mendengarkan apa yang menjadi “passion” atau trauma dari orang lain. Mendengarkan adalah langkah awal kita bisa mengerti dan memahami seseorang. Mendengarkan adalah bagian penting dari komunikasi. “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (Matius 13:9)

Dalam sesi workshop, “Mendengarkan sebagai sebuah perlawanan” (Listening as an act of resistance), di Kelas training kepemimpinan (SLT, kerja sama antara EMU dan Inverse Podcast), Amber Bryant membagikan mengenai tindakan kita mendengarkan sebagai sebuah perlawanan terhadap:

  • Model bantuan yang mengatakan bahwa kita harus menindas dan diam untuk membantu dan bersikeras bahwa kebutuhan adalah hasil dari ketidakmampuan dan ketidakadilan (mengabaikan cerita dan konteks)
  • Memberi makan ke dalam narasi bahwa manusia ada di semacam bidang hierarkis dalam kaitannya satu sama lain dan bahwa kita entah bagaimana tidak semua dibuat dalam citra ilahi.
  • (bagi orang Amerika terutama) gagasan bahwa kita entah bagaimana adalah protagonis dalam cerita adalah kita dan bukan Tuhan.

Dibutuhkan kerendahan hati untuk kita bisa mendengarkan dengan baik. Jika kita mendengarkan dengan rendah hati maka:

  • Akan membantu kita melihat konteks dan latar belakang dengan baik
  • Memperbaiki narasi yang melengkung sehingga kembali ke bentuk yang semula sesuai dengan rencana Tuhan
    • Kita melihat dari sudut pandang yang berbeda dari diri kita sendiri (seseorang yang buta warna hanya bisa mengetahui bahwa ia buta warna ketika ia berbicara dengan orang yang tidak buta warna)
    • Mengecek bias dalam diri kita. Sebuah refleksi pribadi sebelum merusak hubungan dengan orang lain.
  • Menanam, merawat dan membangun kepercayaan
  • Menghubungkan kita sebagai manusia
    • Ketika kita mendengarkan dengan kerendahaan hati, dan percaya penilaian kita terhadap konteks yang ada, kita bisa mendengar dengan benar dan melihat dengan sudut pandang yang tepat
    • Sebelum kita menolong orang lain, lebih baik kita bertanya terlebih dahulu (komunikasi dan keintiman membantu kita untuk bisa menolong dengan lebih baik)

Mari kita menjadi pendengar yang baik, selain mendengarkan tuntunan Tuhan melalui Roh kudus, kita juga perlu mendengar orang lain dengan kerendahan hati. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Paul Gorski, yang berjudul “Intensi yang baik tidak cukup” (Good Intentions are not enough) dijabarkan lebih jelas lagi bagaimana niat baik saja tidak cukup jika kita ingin menolong dan menjadi berkat bagi banyak orang (Bisa dibaca disini dalam bahasa Inggris)

Saya percaya kita bisa menjadi murid murid Yesus yang relevan dan menjadi berkat jika kita belajar mendengarkan dengan kerendahan hati. Tuhan Yesus memberkati.

Filed Under: Articles Tagged With: Hendy Matahelemual

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Interim pages omitted …
  • Go to page 4
  • Go to page 5
  • Go to page 6
  • Go to page 7
  • Go to page 8
  • Go to page 9
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

  • Halaman Utama
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Staff
    • Dewan & Komite
    • Petunjuk Gereja & Pelayanan
    • Memberi
    • Tautan Mennonite
  • Media
    • Artikel
    • Informasi Berita
    • Rekaman
    • Audio
  • Sumber daya
    • Tim Misi
    • Antar Budaya
    • Formasional
    • Penatalayanan
    • Keamanan Gereja
  • Peristiwa
    • Pertemuan Konferensi
    • Kalender Konfrens
  • Institut Mosaic
  • Hubungi Kami

Footer

  • Home
  • Hubungi Kami
  • Pertemuan Konferensi
  • Visi & Misi
  • Sejarah
  • Formasional
  • Antar Budaya
  • Tim Misi
  • Institut Mosaic
  • Memberi
  • Penatalayanan
  • Keamanan Gereja
  • Artikel

Copyright © 2025 Mosaic Mennonite Conference | Privacy Policy | Terms of Use