Philadelphia Praise Center (PPC) bukanlah hanya sebuah gereja. Selain mengadakan kebaktian setiap hari Minggu, PPC juga sangat dikenal karena keterlibatannya menjangkau dan menjembatani komunitas South Philadelphia. Untuk menjadi gereja yang beragam, dengan cinta dan kasih sayang kepada yang terhilang dan untuk kota, dengan visi itulah Pastor Aldo Siahaan membentuk Philadelphia Praise Center di awal tahun 2005. Untuk menghidupi visi yang tidak mudah ini, PPC sangat mempercayai bahwa kuncinya adalah dalam membangun hubungan / building relationship. Inilah beberapa cara PPC menjalankan visi Tuhan selama beberapa tahun ini:
Sebagian besar anggota PPC adalah imigran dari Indonesia. Namun seperti kebanyakan orang tahu, Indonesia adalah negara dengan populasi Moslem terbesar di dunia. Di Indonesia, orang-orang Kristen adalah komunitas minoritas yang sering kali dipandang sebelah mata. Namun di Philadelphia, situasinya terbalik. Dari ribuan imigran Indonesia yang tinggal di Philadelphia, hanya segelintir orang Moslem. Karena PPC mengenal rasanya menjadi kaum minoritas, PPC mengambil inisiatif untuk menjalin hubungan baik dengan komunitas Moslem Indonesia di Philadelphia. Beberapa tahun lalu saat mereka belum mempunyai tempat ibadah, PPC membuka gedung gereja untuk dipakai teman-teman Moslem dalam berbuka puasa dan sembahyang di bulan Ramadhan. Sejak saat itu hubungan antara PPC dan teman teman moslem terus berkelanjutan.
Selain membangun hubungan dengan komunitas yang berbeda keyakinan (interfaith), PPC juga membangun hubungan dengan komunitas imigran Kristen dari negara lain (interculture). Lokasi gedung PPC termasuk berada di tengah-tengah bagian South Philadelphia. Dan South Philadelphia sering menjadi daerah tujuan bagi banyak new immigrant dari komunitas lain. Salah satunya adalah saudara-saudari kita dari komunitas Hispanic. Karena terpanggil untuk menjalin hubungan dengan saudara-saudari kami dari komunitas Hispanic, maka leaders PPC meminta bantuan Franconia Conference untuk mengirimkan Hispanic leader yang mau melayani bersama sama kami dalam memberitakan kabar baik. Akhirnya, Tuhan mengirimkan Fernando Loyola dan Leticia Cortez untuk memulai pelayanan penjangkauan jiwa-jiwa orang Hispanic. Mereka datang dari Colorado tanpa kenal satupun orang Hispanic, tapi kasih Tuhan yang membukakan pintu-pintu hubungan, hingga lambat laun mereka mempunyai banyak teman yang mau belajar akan firman Tuhan. Fernando and Leti sekarang ini memimpin Centro de Alabanza de Filadelfia dan mempunyai Gedung gereja sendiri yang lokasinya masih di sekitar south Philadelphia.
PPC juga menyadari bahwa menjadi immigrant di Amerika tidaklah mudah. Untuk mendapatkan status imigrasi, seseorang harus mengeluarkan uang ribuan dollar. Banyak dari kami yang hidup di Amerika sebagai undocumented immigrant. PPC banyak terlibat dalam immigration rally atau kegiatan yang berhubungan dengan Immigrant rights. Saat banyak terjadi immigration raid, kehidupan kami para immigrant banyak mengalami ketakutan. Kami terpanggil untuk menjadikan Philadelphia Praise Center sebagai sanctuary church , sebagai gereja yang memberi perlindungan tempat tinggal bagi immigrant yang memerlukannya. Kami merubah basement gereja dengan menyediakan kamar mandi dan dapur yang layak untuk menjadikan sanctuary church yang layak.
Ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang Tuhan lakukan lewat gereja PPC.
Biarlah visi yang Tuhan berikan bisa terus kami jalankan dengan kekuatan dan hikmat yang Roh Kudus berikan.
Permintaan doa:
- Situasi imigrasi dan perpisahan keluarga terkait
- Kesempatan kerja
- situasi politik Indonesia
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.