Cerita saya berawal ketika saya baru tiba di negara ini dari Indonesia di tahun 2005. Saat itu saya berrencana mengambil sekolah bisnis di La Salle University, Philadelphia. Seperti kebanyakan orang yang baru pindah ke suatu tempat, adaptasi terhadap segala sesuatu yang baru adalah hal yang sangat sulit. Kehilangan keluarga, kerabat, teman-teman, dan suasana hidup yangbiasa saya nikmati di negara asal membuat saya merasa depresi dan putus asa. Saya hampir memutuskan untuk kembali ke Indonesia saat itu. Tetapi tekanan dari orang tua untuk mendapatkan gelar akademik yang direncanakan memaksa saya untuk terus mencoba bertahan. Kesulitan yang saya alami telah memojokkan saya sampai ke suatu titik dimana saya merasa doa adalah satu-satunya hal yang bisa menolong saya melewati segala persoalan saat itu. Saya berharap Tuhan bisa memberikan jawaban tentang apa yang harus saya lakukan agar masa-masa sulit ini bisa segera berlalu.
Philadelphia adalah kota besar dengan beragam etnis dan budaya. Di kota ini terdapat ribuan orang imigran asal Indonesia. Saya mulai menemui mereka san mencoba untuk mengenal lebih dekat. Dari pertemuan-pertemuan tersebut, terungkap banyak masalah yang mereka hadapi sabagai imigran di negara ini. Mereka bercerita mulai dari terpisahnya mereka dengan anggota keluarga di Indonesia, situasi di tempat kerja mereka yang sulit, masalah status imigrasi, dan yang tak kalah pentingnya adalah masalah keterbatasan bahasa.
Dari situ saya mulai mencoba untuk menlong mereka yang bermasalah dengan bahasa. Saya mengantar mereka ke dokter, dokter gigi, pengacara, dan lain-lain, dengan memberikan terjemahan secara cuma-Cuma. Lambat laun tanpa saya sadari saya secara perlahan-lahan merasakan kelegaan di tengah-tengah permasalahan yang saya hadapi. Saya menemukan fakta-fakta bahwa sebagian orang memiliki persoalan yang lebih berat dari yang saya miliki dan saya tidak sendirian dalam menghadapi persoalah sebagai imigran di negara ini.
Seiring dengan berjalannya waktu saya mulai berpikir mungkin inilah jawaban yang Tuhan berikan atas doa-doa yang saya penjatkan ketika mencari jalan keluar atas keputusasaan saat meninggalkan Indonesia. Saya melakukan kegiatan-kegiatan itu sampai pada tahun 2010 saya menemukan dan bergabung dengan gereja Philadelphia Praise Center (PPC). PPC adalah gereja yang aktif membantu komunitas Indonesia seperti mengurus dokumen-dokumen imigrasi, kartu identitas, memberikan pelajaran bahasa Inggris, dan sebagainya. Saya melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan mereka sejalan dengan apa yang saya lakukan.
Saya mencari tahu visi dan misi PPC. Salah satu misi yang mereka usung selama ini adalah “Menjadi contoh yang hidup akan kasih Tuhan unutk manusia.” Saya berpikir melalui kegiatan-kegiatan yang saya lakukan bersama PC, misi yang satu ini sangat cocok dengan jawaban atas doa-doa saya. Tuhan ingin saya menggunakan apa yang saya bisa untuk menolong orang lain. Itulah yang Tuhan ingin saya lakukan. Akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dalam keanggotaan ministry di PPC. Saya secara resmi ditahbiskan tahun 2014 dan saya masih aktif menjalankan tugas-tugas saya sampai saat ini.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.