oleh Hendy Matahelemual
Persoalan klasik yang dihadapi gereja adalah bagaimana berinteraksi dengan budaya sekitarnya. Karena Gereja sendiri adalah kumpulan orang-orang percaya yang juga hidup dipengaruhi dan mempengaruhi budaya sekitar dimana mereka berada.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma secara tegas menulis bahwa pengikut Kristus haruslah menjadi orang orang mempengaruhi dunia dan bukan sebaliknya, Ia berkata demikian, “Janganlah ikuti norma-norma dunia ini. Biarkan Allah membuat pribadimu menjadi baru, supaya kalian berubah. (Roma 12:2 BIS)
Pergeseran tatanan sosial budaya di dalam masyarakat yang senantiasa berubah mengikuti perkembangan jaman. Membuat Kekristenan harus senantiasa memposisikan dirinya ditengah tengah masyarakat dan sekaligus juga merespon tantangan budaya yang senantiasa membawa polarisasi dan perbedaan pendapat khususnya di dalam komunitas gereja.
Dalam Pertemuan tahunan Konferensi Mennonite Mosaik pada bulan November tahun lalu menjadi saksi bahwa perbedaan pandangan khususnya mengenai seksualitas membuat gereja sebagai komunitas percaya harus kembali merespon dan memposisikan dirinya sekali lagi.
Sebagai komunitas rohani yang percaya akan tuntuntan Roh Kudus dan kepemimpinan Yesus di dalam komunitas orang percaya, Konferensi Mosaik percaya bahwa gereja melalui kesepakatan dan pergumulan bersama mampu memberikan jawaban bukan saja isu seksualitas melainkan isu-isu kontroversial lain yang ada di dalam budaya.
Oleh sebab itu Perkumpulan Pendeta dan pemimpin kredensial berbahasa Indonesia dalam Konferensi Mosaik bersepakat membahas dan membicarakan peran Gereja dalam Budaya di dalam pertemuan bulanan sepanjang tahun 2023 ini.
Pertemuan bulanan ini biasanya jatuh pada hari Kamis setiap Minggu ketiga. Dihadiri oleh setiap pemimpin kredensial Konferensi Mosaik dan juga terbuka bagi para pelayan dan para hamba Tuhan lainnya. Pertemuan ini diselenggarakan dan diadakan melalui pertemuan zoom dan menggunakan bahasa Indonesia.
Pastor Virgo Handojo dari JKI Anugerah, Sierra Madre, California, Pastor Aldo Siahaan dari Phialdelphia Praise, bersama dengan para pendeta pendeta lainnya yang tergabung dalam Konferensi Mosaik akan bersama sama menjadi nara sumber dalam acara ini,
Diperlukan kerendahan hati, kasih dan keterbukaan dan kepekaan akan tuntunan Roh Kudus agar kita semua bisa meresponi budaya dengan respon yang baik sebagaimana Tuhan Yesus sendiri telah menjadi panutan kita semua dalam pelayanannya di muka bumi ini 2000 tahun silam.
Dan saya percaya setiap isu-isu kontroversial yang memiliki potensi untuk memecah belah tubuh Kristus perlu disikapi dan diresponi dengan baik. Mari kita ikuti apa yang Rasul Paulus tulis kepada jemaat di Korintus, “Mari kita hilangkan segala perasaan sakit hati, dendam dan marah. Jangan lagi ada perasaan benci atau perasaan lain semacam itu. Sebaliknya, hendaklah kalian baik hati dan berbelaskasihan seorang terhadap yang lain, dan saling mengampuni sama seperti Allah pun mengampuni kalian melalui Kristus. – (Efesus 4:31-32 BIS) Salam Damai di dalam Kristus.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.