Kapan nenek moyangmu pertama kali mendarat di Amerika Serikat? Dan dari mana mereka? Adalah pertanyaan interkultural yang pernah ditanyakan di dalam sebuah pertemuan staff. Jawabannya bermacam macam, mulai dari generasi pertama dari Indonesia, sampai dengan generasi yang berasal dari kapal Mayflower ratusan tahun lalu. Intinya dari pertanyaan ini adalah mengingatkan semua pada kita semua ini adalah pendatang.
Mengapa ini penting? dalam bukunya Gereja Intercultural / Intercultural Church, Safwat Marzouk menulis bahwa kita perlu membaca alkitab dengan kacamata pendatang / orang yang hanya singgah (sojourner). Karena Alkitab sendiri ditulis oleh komunitas percaya dimana hidupnya terbiasa dengan perantauan, diaspora, pengasingan, dan pengucilan.
Karena banyak pembaca Alkitab yang nenek moyangnya perantau sudah menetap disatu negara / daerah puluhan tahun bahkan abad. Sebagai akibatnya mereka membaca Alkitab dari kacamata orang yang menetap (settlers), sehingga mereka kehilangan rasa sebagai orang asing / pendatang. Dan isu mereka mengani imigrasi dan integrasi diwarnai dengan paling sedikit rasa takut dan keraguan atau bahkan rasisme dan xenophobia.
Kita perlu membaca Alkitab sebagai orang asing, pendatang dan ini cukup mudah bagi orang yang baru saja bermigrasi, dan mungkin cukup sulit bagi orang yang sudah menetap cukup lama. Oleh sebab itu akar atau asal muasal tidak boleh kita lupakan.
Bagaimana caranya kita tetap mengingat asal kita tanpa kita mengalami kesulitan dalam berbaur dengan masyarakat baru? Mungkin salah satunya adalah dengan tetap mengingat budaya dari asal kita. Pada setiap acara vacation bible school pada waktu musim panas, Philadelphia Praise Center bekerja sama dengan Gamelan Gita Santi dari Philadelphia Folklore Project. Dimana para peserta bukan saja diajarkan bagaimana bermain gamelan, tetapi juga diajarkan filosofi dan juga bahasa.
Hal ini sangat menarik melihat bagaimana anak anak yang orang tuanya berasal dari Indonesia diajarkan tradisi Indonesia dimana sebenarnya hal ini cukup asing bagi mereka yang sudah terbiasa hidup dengan budaya Amerika diluar rumah.
Dimulai dengan membuka sepatu, memberi salam tata krama sederhana yang saya rasa tidak boleh hilang dari generasi diaspora Indonesia di Amerika Serikat. Tentunya tantangan generasi muda begitu kompleks dan rumit dimana mereka hidup di dua dunia, disatu sisi mereka dipaksa berasimilasi tetapi disatu sisi mereka tetap berbeda dan dipaksa juga mengikuti budaya orang tua mereka, ini tentunya perlu disikapi dengan bijaksana.
Seseorang tanpa pengetahuan akan sejarah masa lalu, asal dan budaya adalah seperti pohon tanpa akar
Marcus Garvey
Kita tidak boleh lupa akan akar kita tetapi kita tetap harus berbuah supaya bisa memberkati. Ibarat pohon, biji jika berakar dan tertanam di tanah yang baik dengan baik akan menghasilkan buah yang manis dan unik. Biji Jeruk tidak bisa menghasilkan buah Apel, tetapi buah Jeruk, seringkali tekanan pergaulan memaksa mereka Biji Jeruk menjadi buah Apel dan akhirnya pohon tersebut tidak berbuah baik. Kesatuan bukanlah keseragaman, tetapi keunikan, perbedaan bukanlah perpecahan tetapi kekayaan.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.