oleh Melkysedek Tirtasaputra
Saya dibesarkan dari 4 bersaudara, 1 kakak laki dan 2 adik perempuan, dalam keluarga yang aneka ragam kepercayaan dan agama; nenek seorang berilmu dari Banten yang kemudian menjadi kristen, ibu hanya percaya Tuhan (karena semua agama berTuhan, sama saja agama apapun menurutnya) sedang ayah seorang penganut kepercayaan, pada hari tertentu melakukan ritual dengan keris-kerisnya. Kakak saya bertumbuh dilingkungan Katholik mulai sejak taman kanak-kanak, kedua adik saya, mereka mulai disekolahkan di sekolah kristen, sedangkan saya mencoba mencari identitas kepercayaan yang saya anut, Tinggal di budhis temple, belajar kebathinan; oleh orang tua saya dimasukkan di sekolah lingkungan muslim, maka belajar sembahyang dan ikut tata cara hidup mereka puasa setiap ramadhan dsb-nya.
Tuhan punya tujuan dalam hidup saya bukan saja menjadi anakNya tapi juga menjadi pelayan dan hambaNYA. Dimulai ketika saya mulai diajak teman waktu kelas 6 Sekolah Dasar ke gereja, yang akhirnya saya ketahui 1 sinode gereja dimana almarhum nenek saya beribadah. Tuhan memanggil saya dengan cara yang ajaib, karena saya sudah mandiri sejak kecil, dengan jualan menjajakan barang dagangan, jadi di pikiran saya hanya uang..uang dan uang. Tuhan”memancing” saya dengan uang karena setiap saya pergi ke gereja dengan berjalan kaki selalu menemukan uang di jalan.
Hingga tanggal 24 April 1981,hari Jumat Agung, saya memberi diri saya dibaptis, dan sejak hari itu saya bertambah tambah dalam melayani Tuhan dan senang ke gereja hingga sempat diusir dari rumah karenanya. Tuhan mengubah kan hidup saya bukan saja suka melayani tapi juga suka membantu orang tua saya, sehingga orang tua saya melihat perubahan dalam diri saya yang berbeda sehingga mereka mau percaya dan memberi diri mereka di baptis, Puji Tuhan janji Tuhan digenapi ketika 1 orang percaya maka seisi keluarga diselamatkan. Kami sekeluarga berangkat bersama beribadah ke gereja Pantekosta waktu itu.
Sejak umur 16-17 tahun ada panggilan yang kuat untuk saya mendalami Firman Tuhan melalui kursus tertulis dan sambil kuliah Psikologi, saya mengambil sekolah Alkitab malam seminari selama 3 tahun, dan sudah mulai berkhotbah sejak usia 17 dikalangan ibadah umum.
Dengan berjalannya waktu, karena mudah mencari uang hingga hampir melupakan panggilan saya, walaupun saya masih mengajar di sebuah Sekolah Menengah Atas pelajaran agama, tapi saya tidak meresponi panggilan sebagai hamba Tuhan, walaupun saya aktif dan masih gemar baca Alkitab.
Hingga suatu kali bertemu dengan seorang wanita, yang sekarang menjadi istri saya. Dia melihat ada potensi dan panggilan saya sebagai Hamba Tuhan, itu salah satu alasan dia mau menikah dengan saya. Tapi tetap saya mengabaikan panggilan Tuhan untuk hal itu, karena saya ingin menjadi pengusaha yang melayani.
Hingga pada tahun 2001, kami pindah ke Amerika, tinggal di Philadelphia, saya mulai kehidupan yang baru sebagai pekerja pabrikan dan meluangkan waktu di hari Minggu beribadah dan kadang melayani pujian.
Pada tahun 2005, bergabung dan melayani bersama Aldo dan menjadi ketua elder, yang kemudian suatu hari oleh seorang Pertukaran student gereja Mennonite dari Indonesia, dipertemukan dengan Steve Kriss dan bergabung dengan Franconia Conference (waktu itu) .
Di tahun 2007 kembali datang kesempatan untuk memulai usaha FedEx sebagai Independent Contractor, Sambil tetap melayani sebagai elder di Philadelphia Praise Center bersama Ps Aldo, terus berlanjut hingga tahun 2010 saya dipindah tugaskan diperbantukan ke Nation Worship Center bersama Ps Benny, yang baru ikut bergabung dengan Franconia Conference di tahun 2009, saya mempunyai tugas sebagai elder, ketua pembangunan dan istri sebagai penata keuangan. Di tahun 2015 saya mulai sekolah pastoral di Eastern Mennonite University, tamat dan di graduated tahun 2018. Di bulan Oktober 2019 akhirnya saya meresponi panggilan saya sebagai Pastor, hamba Tuhan di Whitehall Mennonite Church, Allentown bersama pastor Rose.
Ternyata saya menikmati dan bahagia dengan panggilan saya sebagai Pastor, Sungguh ini merupakan moment panggilan sejak dari masa muda saya.
Saya mengucap syukur untuk kesetiaan dan Kasih Tuhan untuk setia menanti respon panggilan saya serta istri yang tetap mendukung dan tidak putus asa menanti, serta EMU dan conference yang melicensing dan menggenapi panggilan saya sebagai Pastor, hamba Tuhan. Terima kasih untuk kesempatan menceritakan kehidupan panggilan saya.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.
This post is also available in: English (Inggris)
This post is also available in: English (Inggris)