Oleh Jennifer Syetlik, Gereja Salford
“Hal yang paling membuat saya senang dari pekerjaan saya,” ucap Pemimpin Kepelayanan Aldo Siahaan, “adalah berbagi sukacita, tantangan dan sekaligus belajar dari cerita perjalanan gereja-gereja. Saya merasa sangat bersemangat bisa mendukung mereka menghadapi berbagai macam tantangan yang ada”
Aldo telah bekerja sebagai Pemimpin Kepelayanan selama lima tahun dan saat ini ia mendampingi Vietnam Gospel (Allentown), Bethany Elevation (Queens,NY), dan Indonesian Light (Philadelphia). “Masing-masing dari ketiga gereja ini meskipun secara jumlah jemaat kecil, tetapi mereka memiliki keunikan masing masing, mereka sangat terbuka, ramah, dan juga memiliki hasrat untuk membawa lebih banyak jiwa kepada Kristus,”ucap Aldo. Ia juga terhubung secara rutin dengan para pendeta mereka dan membantu juga memecahkan masalah masalah yang ada.
Beberapa waktu ini, salah satu konggregasi ingin mengadakan acara penting tetapi mereka tidak menemukan tempat yang cocok. Aldo menghubungkan mereka dengan kamp Mennonite di daerah mereka untuk menjadi tuan rumah acara dengan biaya rendah dan dia juga membantu mereka mencari dana untuk menutupi biaya acara. “Saya bersyukur bisa menjadi jembatan penghubung antara gereja-gereja dan Konferensi dalam hal ide dan sumber daya”
Selama 15 tahun, Aldo melayani sebagai pendeta di Philadelphia Praise Center (PPC), sebuah jemaat multi-etnis di Selatan Philadelphia yang bergabung dengan konferensi pada tahun 2007. Anggota gereja kebanyakan terdiri dari para imigran baru, sehingga isu-isu seputar imigrasi merupakan hal yang sangat amat penting.
Aldo tahu benar bagaimana rasanya menjadi seorang imigran. Pada tahun 1998, Aldo dan saudara lelakinya berimigrasi dari rumah mereka di Jakarta, Indonesia ke AS. Setelah kerusuhan terhadap orang-orang Kristen di kota kelahirannya, membuatnya merasa tidak aman lagi untuk tinggal di sana. Tuhan membuka pintu bagi mereka untuk terhubung dengan komunitas Kristen Indonesia di New York, dan kemudian Aldo terlibat dalam upaya perintisan gereja di Philadelphia. Setelah enam tahun, ia dan beberapa teman merasa tergerak untuk menciptakan komunitas gereja baru, yang menjadi PPC.
Sangat dimengerti jika Aldo memiliki banyak empati terhadap para imigran lain yang ia layani “Sebagai seorang Kristen di Indonesia. Saya adalah minoritas. Sebagai imigran di sini, kami juga minoritas. Tuhan masih mengajari saya bahwa terlepas dari kondisi seseorang sebagai minoritas, kami dapat membantu orang lain dan membuat perbedaan,” ucap Aldo.
Sebagai pemimpin, Aldo dan PPC selalu memikirkan cara-cara baru untuk melayani masyarakat dan membagikan Kristus di kota Philadelphia. Pekerjaan ini termasuk menghubungkan dengan organisasi terkait imigrasi seperti “Ketahui Hak Anda” dan berbagi informasi tentang kemungkinan serangan ICE di masyarakat.
“Menjadi seorang pendeta bukanlah impian saya,” ucap Aldo. Sebelum datang ke Amerika Serikat, ia bekerja sebagai penyiar radio di Jakarta. Ketika tiba di Philadelphia, Ia bekerja untuk Pan Asian Radio dan sebagai paralegal untuk sebuah firma hukum imigrasi. Tetapi teman-temannya terus bersikeras bahwa ia adalah pemimpin gereja baru mereka. “Kami tahu bahwa kami perlu membentuk gereja ini,” kenang Aldo, “tetapi pertanyaannya tetap tentang siapa yang akan memimpinnya. Tuhan menggunakan orang-orang di sekitar saya untuk memanggil saya menjadi seorang pendeta. Saya tidak tahu akan panggilan ini, tetapi Tuhan menggunakan orang lain untuk memberi tahu saya. Dan Tuhan perlahan membuka hadiah untuk saya sebagai seorang pendeta. ”
Di waktu luangnya, Aldo suka menonton komedian dan komentator politik Stephen Colbert dan Trevor Noah. “Ini menyegarkan saya untuk bisa tertawa dan mendengar komentar mereka tentang peristiwa terkini,” kata Aldo. Dia juga menikmati menghabiskan waktu bersama istrinya, Viviani, dan bermain dengan putra kecil mereka, Eden.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.
This post is also available in: English (Inggris) Việt Nam (Vietnam)
This post is also available in: English (Inggris) Việt Nam (Vietnam)