oleh Hendy Matahelemual
Pentekosta adalah hari dimana Roh Kudus turun atas murid murid yang memberikan sebuah tanda dimana bahasa bukan lagi sebuah kendala dimana semua bangsa bisa saling mengerti dan mengenal satu sama lain.
Pentekosta adalah sebuah pertanda bahwa pekerjaan Tuhan mempersatukan umat manusia yang terpecah pecah karena dosa sudah dimulai. Kutuk menara babel di dalam Yesus sudah dihancurkan, dan kuasa Roh Kudus datang membawa perdamaian bagi bangsa bangsa.
Pentekosta adalah sebuah titik awal dimana visi Tuhan dalam kitab wahyu akan tergenapi. Visi dimana segala bangsa, suku, kaum dan bahasa akan berdiri di depan tahta anak domba, sambil menyanyikan: “Keselamatan bagi Allah, yang duduk dan bertahta, Keselamatan bagi Anak domba yaitu Yesus Kristus”
Dalam kehidupan kita sebagai manusia, kita hidup di dunia yang hancur namun sekaligus indah. Studi ilmiah mengonfirmasi bahwa manusia lebih erat terkait daripada yang kita kira. Susanna Manrubia, seorang ahli biologi evolusi teoretis di Pusat Nasional Bioteknologi Spanyol, mengatakan, “Kita semua membawa gen nenek moyang kita karena kita berbagi nenek moyang yang sama.”
Mungkin orang lupa bahwa kita adalah satu ras yang disebut kemanusiaan. Kita tersebar di seluruh Bumi, berevolusi secara budaya dan fisik. Mereka yang pergi ke utara memiliki kulit terang. Mereka yang tinggal dekat dengan khatulistiwa memiliki kulit gelap. Mereka yang terpapar lebih banyak sinar matahari mengembangkan bentuk mata yang berbeda.
Setelah waktu yang lama berlalu, mereka bertemu lagi, tetapi mereka telah lupa bahwa mereka adalah saudara. Selama berabad-abad mereka bertarung dan mencoba mendominasi satu sama lain. Di beberapa tempat, mereka yang berkulit terang menjadi lebih kuat dan memerintah yang lain. Dan inilah yang menjadi kehancuran kita.
Tetapi Pentekosta membawa harapan yang baru sebuah janji yang akan digenapi, bahwa kelak kita semua akan bersatu dan hidup dalam perdamaian.
Kehidupan kita sebagai komunitas rohani pun tidak terlepas dari pengaruh kehancuran ini. Rev Dr. Martin Luther King Jr, berkata,” Kita harus menghadapi kenyataan yang menyedihkan bahwa pada pukul sebelas pagi hari Minggu, ketika kita berdiri untuk menyanyikan ‘Dalam Kristus tidak ada Timur atau Barat,’ kita berdiri di jam dimana kita sebagai jemaat paling terpisah di Amerika Serikat.” Terpisah karena bahasa, budaya, warna kulit, bentuk mata dan lain sebagainya.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Dimanakah kuasa Roh Kudus? Tanpa kuasa Roh Kudus upaya mempersatukan budaya dan bahasa yang berbeda beda didalam komunitas gereja akan menjadi sia-sia.
Kejarlah buah buah Roh (Gal 5:22-23) , karena keinginan daging kita pastinya hanya ingin bergaul dan hidup dengan orang-orang yang memiliki satu bahasa, satu budaya, satu kota, dan lain sebagainya, karena ini akan memberikan rasa nyaman dan aman.
Mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk mencapai perdamaian dan persatuan adalah hal yang mustahil. Kita tidak bisa membuat strategi dalam satu generasi kita untuk memulihkan luka ratusan generasi kebelakang kita, hanya kuasa Roh Tuhan sajalah yang bisa melakukannya, karena hanya kuasa Tuhan yang bisa bekerja melewati batas ruang dan waktu.
Apa yang menjadi bagian kita sebagai umat percaya? Ibrani 10:25: berkata hal yang sederhana namun sangat penting bagi kita “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Hadirilah setiap pertemuan ibadah konferensi, pertemuan doa konferensi, pertemuan iman dan hidup (Faith and Life), dan pertemuan-pertemuan lainnya, baik zoom maupun secara langsung, karena ketika kita bertemu, berdoa di dalam nama Tuhan Yesus, hadirat-Nya nyata di dalam Roh Kita bersama sama.
Beberapa minggu lalu Philadelphia Praise Center menjadi tuan rumah acara tahunan Ibadah Pentakosta jaringan gereja-gereja Anabaptis Mennonite di Kota Philadephia (KBN). Tanpa Roh Kudus acara ini tidak mungkin terlaksana, kita bisa beribadah bersama-sama, Roh Kuduslah menyatukan kita semua.
Mari dengan semangat Pentakosta kita melangkah dalam iman untuk memperbesar lingkaran pergaulan kita, dengan kerendahan hati kita mau mengampuni kesalahan bangsa dan generasi, dan dengan penuh keberanian kita mau menghampiri tahta kasih karunia Tuhan bersama sama saudara saudari yang sudah dipersatukan oleh darah Yesus. Tuhan memberkati kita.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.