Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; – Yeremia 29:11-12
Ketika bangsa Israel sedang berada di pengasingan di Babel, Nabi Yeremia diutus oleh Tuhan untuk memberitakan dan mengingatkan janji Yahwe kepada bangsa Israel. Janji untuk memberikan masa depan yang penuh harapan. Dimana janji ini juga tersedia bagi kita ketika kita menjadikan Yesus pusat kehidupan kita.
Tetapi seringkali mungkin pengaruh dari individualisme dari barat, janji ini lebih dilihat secara individual / personal daripada secara kolektif dan kebersamaan. Sehingga ini menyebabkan berita baik Yesus menjadi terbatas hanya kepada pengalaman individu saja, Padahal pengalaman kolektif dan komunitas terhadap janji Tuhan sama pentingnya dengan pengalaman individual.
Sebagai komunitas gereja di bawah naungan Mosaic Mennonite Conference, gereja-gereja imigran Indonesia, sangat mengedepankan pengalaman kolektif kebersamaan. Bahkan dalam peribahasa Indonesia, ada yang berkata “makan tidak makan asal kumpul“.
Memang biasanya yang menyatukan kita bersama adalah perayaan, keramahtamahan, dan makanan, tetapi secara budaya meski hal tersebut tidak ada, perkumpulan tidak akan menjadi hilang.
Dan inilah seharusnya kita menyikap konferensi (Mosaic) kita. Mungkin sebagai seorang immigran Indonesia, kita tidak begitu mengenal atau familiar dengan kata konferensi / konfrens, selain mendengarnya dari pelajaran sejarah.
Konferensi dalam arti ini adalah perkumpulan, Konferensi ada perkumpulan yang sepakat untuk berjalan bersama, dengan visi misi bersama, dimana anggota anggota konferensi ini adalah jemaat atau gereja gereja, yang tentunya juga memiliki visi dan misinya tersendiri. Tetapi apa yang menyatukan kita sebagai konferensi? Apakah sekedar visi dan misi?
Saya percaya visi dan misi organisasi bisa berubah sesuai dengan kebutuhan, tetapi yang seharusnya tidak berubah adalah pemahaman kita sebagai bagian dari sebuah jemaat. Tuhan Yesus berkata kepada wanita Samaria, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” – Yohanes 4:23
Kita menyembah Tuhan bukan saja secara individu tetapi secara kolektif. Bukan hanya menyembah dengan suku, bahasa, ras, latar belakang yang sama, tetapi secara keseluruhan. Bukankah ini yang Rasul Paulus katakan mengenai kesatuan, ketika ada perpecahan diantara jemaat mula mula? Setuju tidak setuju tetap kumpul.
Dua hal yang menurut saya perlu dipertimbangkan, yang pertama adalah memaknai perkumpulan itu sendiri, terkadang kita semua terkekang oleh tradisi mengenai perkumpulan / gereja / apapun, sehingga kita tidak mau merubah apa yang sudah terasa nyaman bagi kita.
Yang kedua adalah, memaknai arti menyembah, apakah penyembahan kita masih berpusat pada diri kita sendiri, berpusat pada kelompok kita masing masing, berpusat pada apa yang menurut kita benar. Ataukah penyembahan kita berpusat pada Yesus, berpusat pada ajaran-ajaran-Nya, berpusat pada orang lain, khususnya yang terakhir, terhilang dan terkecil, dan berpusat pada apa yang benar dimata Yesus. Mari menjadikan ini perenungan kita masing masing.
Mari sekaligus juga berdoa untuk proses “Pathway Forward” beserta seluruh tim pengarah yang memiliki misi memimpin proses perencanaan strategis dua tahun untuk menetapkan sebuah jalan sesuai dengan prioritas, visi dan misi yang akan mengarahkan konferensi kita untuk 3-5 tahun ke depan dalam bekerja bersama sebagai jemaat, pelayanan terkait konferensi, dewan, dan staf, denominasi (MC USA),dan dengan komunitas Anabaptis lainnya.
Percaya bahwa Tuhan akan menyertai setiap kita, melalui Roh-Nya bekerja merubah apa yang perlu dirubah, menegaskan apa yang perlu dikuatkan, sehingga perdamaian Kristus menjadi penuh didalam setiap kita. Tuhan Yesus memberkati.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.