Gereja bukanlah sebuah gedung, gereja adalah ekklesia, kumpulan orang orang percaya, tubuh Kristus yang hadir ditengah tengah kita semua. Dikala hampir semua gedung gereja tutup karena pandemi, tetapi gereja tetap hidup di tengah tengah komunitas orang percaya.
Gereja sebagai komunitas begitu menjawab kebutuhan sehari hari jemaat, khususnya di tengah tengah pandemi. Mulai dari pengiriman bahan bahan makanan pokok, sharing makanan, sharing obat-obatan dan vitamin, sampai dengan pengantaran ke rumah sakit. Gereja ada dan menjawab kebutuhan hampir di setiap aspek kehidupan.
Tentunya berkumpul dan makan bersama-sama adalah hal yang sama sama kita rindukan sebagai tubuh Kristus. Bersyukur buat kemajuan teknologi, akses internet cepat dan banyaknya platform media yang bisa digunakan untuk bisa membuat yang jauh menjadi dekat terasa sekali di tengah tengah pandemi ini.
Memang pada awalnya tidak mudah untuk menyesuaikan tetapi lama kelamaan atas dasar kebutuhan komunikasi digital online menjadi sebuah kebutuhan pokok yang utama. Facebook, Instagram, Whatsapp, Twitter, Email, Zoom, dll menjadi sarana komunikasi yang cukup efektif. Kita menjadi terbiasa membawa rumah kita kemana saja kita melakukan meeting secara online.
Dalam tragedi ternyata ada kesempatan, kesempatan untuk bertumbuh menjadi orang yang lebih baik, kesempatan bertumbuh menjadi komunitas dan gereja yang lebih baik lagi.
Tidak dipungkiri bahwa pandemi berdampak signifikan dalam hidup kita, beberapa dari kita kehilangan keluarga, orang-orang terdekat kita, banyak orang kehilangan pekerjaan dan harus mengandalkan tabungan mereka yang semakin hari semakin menipis, karena tidak semua dari kita mendapat stimulus dari pemerintah.
Kadang menjadi pertanyaan kapan semua ini akan berakhir? Meski vaksin sudah tersedia, tampaknya masih harus menunggu cukup lama sampai semuanya kembali normal kembali. Disinilah peran gereja menjadi penting untuk berjalan bersama sama dengan orang orang yang memerlukan pertolongan, membantu, memberi semangat, dukungan doa, dan pada akhirnya memberi harapan bagi mereka yang sudah tidak memiliki harapan lagi.
Setiap sebulan sekali kami para hamba hamba Tuhan gereja gereja Indonesia di bawah Mosaic Mennonite Conference mengadakan pertemuan dimana kami bisa saling share satu sama lain, saling mendukung satu sama lain melalui zoom online. Kami sadar bahwa di tengah tengah pandemi kehadiran kami sebagai pelayan Tuhan sangat penting dalam komunitas gereja yang kami pimpin, Tetapi di sisi lain kami pun sadar bahwa kami adalah manusia biasa yang juga memiliki pergumulan kami tersendiri. Ada ayat Firman Tuhan yang menguatkan kami semua dalam pertemuan pada waktu itu, diambil dari Roma 5:3-6.
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita , karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
Roma 5:3-6
Saya mau mengajak kita semua sebagai komunitas gereja, mari kita ciptakan sebuah ruang dimana kita bisa saling berbagi beban kita khususnya dalam menghadapi pandemi ini. Karena dalam berbagi pergumulan, kita bukan saja sedang berbagi beban kita tetapi kita sedang memulai proses pemulihan dari setiap trauma yang kita alami di dalam ini. Mari jadikan komunitas gereja sebuah tempat yang aman untuk berbagi bukan saja makanan, bantuan, sumber daya lain, tetapi juga berbagi cerita, pergumulan, dan pengalaman kita dalam menjalani kehidupan ini bersama sama dengan Tuhan.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.