Dijawab oleh Dr.Kara Mascitti, Direktur Jaringan Epidemiologi Kesehatan dan Pencegahan Infeksi; Presiden, Staf Medis Jaringan; Dokter, Rekan di bagian Penyakit Menular Rumah Sakit St. Luke
Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Hendy Matahelemual.
Klik disini untuk download versi original dalam Bahasa Inggris.
Saya ingin mendapatkan vaksinasi tetapi baru-baru ini menderita COVID. Ketika masa menunggu 90 hari saya telah selesai, apakah nantinya masih ada cukup vaksin tersedia untuk saya?
Ya! Kami akan terus melayani sebagai tempat distribusi vaksin untuk karyawan, pasien, dan komunitas kami selama beberapa bulan kedepan. Mereka yang menunda vaksinasi karena baru terinfeksi COVID, dipastikan akan tetap memiliki akses terhadap vaksin ketika mereka siap.
Saya ingin divaksin, tetapi tidak bekerja secara langsung dalam penanganan pasien. Saya merasa “bersalah” untuk divaksin karena mungkin masih banyak orang yang lebih memerlukannya.
St Luke telah menerima cukup persediaan vaksin untuk semua karyawan, sehingga jika anda divaksin, tidak akan menghalangi karyawan kami untuk mendapat akses vaksin tersebut. Selanjutnya, kami terus proaktif dan mensukseskan pemberian vaksin kepada penyedia lini depan dalam masyarakat termasuk (tetapi tidak terbatas pada) praktisi independen dan stafnya, dokter gigi, dokter mata, apoteker, tenaga medis di rumah, terapis fisik, dan EMS. Pendekatan kami adalah siapa saja yang bekerja di SLUHN sangat penting dan berharga bagi kemampuan kami untuk memberikan perawatan kesehatan kepada pasien dan komunitas kami. Silakan gunakan kesempatan ini untuk mendapatkan vaksin SEKARANG untuk menjaga, mencegah diri Anda sendiri dan orang-orang di sekitar Anda #StLukesStrong!
Bantahan Mitos-Mitos Vaksin Covid!
Mitos: Vaksin COVID-19 tidak aman karena dikembangkan dan dirilis terlalu cepat.
Vaksin Pfizer dan Moderna saat ini mampu disebarkan begitu cepat oleh karena adanya tanggapan global yang luar biasa dan bersejarah.
- Sejumlah besar sumber daya telah diinvestasikan secara global oleh kerjasama pemerintah dan perusahaan farmasi yang hanya berfokus pada pengembangan vaksin ini. (AS: $ 9 miliar, Global:> $ 8 miliar). Uang berbicara!
- Ada banyak sekali kerjasama dan pertukaran informasi internasional yang membantu pengembangan vaksin. Ibarat ruang pembelajaran pra-sekolah yang dimaksimalkan.
- Meskipun ini adalah vaksin mRNA pertama di pasaran, para peneliti telah bekerja dengan vaksin mRNA selama 10 tahun. Ingat sistem “Plug and Play” (Pasang dan Pakai)!
- Teknologi mRNA memungkinkan sintesis cepat untuk vaksin tingkat klinis (terkadang di dalam hitungan minggu!) Berbeda dengan vaksin lain yang membutuhkan teknik kultur sel yang dapat dilakukan dalam hitungan tahun untuk meningkatkan produksi massal.
- Studi dan industri vaksin selama beberapa dekade telah belajar untuk mengembangkan cara yang lebih cepat melakukan uji klinis. Ini memungkinkan desain dan implementasi bersamaan dalam berbagai fase studi klinis tanpa “jalan pintas”.
- Ada dukungan yang sangat besar dari masyarakat, tercatat ada lebih dari 70.000 jumlah peserta sukarela yang bersedia dan segera mendaftar untuk penelitian dan vaksinasi dalam waktu singkat. Luar biasa
- Tingkat COVID-19 yang meroket di Amerika Serikat dan negara lain di mana vaksin ini diuji memungkinkan adanya infeksi yang cukup untuk memberi jawaban cepat apakah vaksin ini akan berhasil.
Mitos : Waktu pemberian vaksin terlihat mencurigakan dalam situasi politik saat ini
Iklim politik saat ini tidak berpengaruh pada integritas pengembangan atau proses persetujuan vaksin.
- Pfizer tidak mengambil investasi di muka apa pun dari pemerintah AS (sebenarnya Pfizer mendapat investasi besar dari Jerman!) dan bahkan memutuskan untuk mendapatkan penggantian dari AS melalui penjualan setelah vaksin disetujui. Ini menunjukan tindakan transparan dari sebuah perusahaan farmasi.
- Vaksin Pfizer dan Moderna juga telah disetujui secara independen di Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Eropa, dan Kanada. Ingat, beberapa negara ini tidak begitu menyukai Amerika Serikat dan juga presiden Amerika Serikat saat itu.
Mitos: Vaksin COVID menyebabkan reaksi alergi yang parah termasuk anafilaksis dan oleh karena itu berbahaya untuk diambil.
Rekaman dan berita reaksi alergi dari vaksin COVID telah menjadi berita utama yang sensasional di seluruh dunia, tetapi reaksi yang parah sangatlah jarang terjadi.
- Reaksi yang paling banyak terlihat dari vaksin COVID adalah reaksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan sembuh total tanpa komplikasi atau cedera permanen.
- Reaksi dengan vaksin COVID tidak terlihat berbeda dari vaksin lainnya, dan ini terkait dengan respons imun yang diharapkan dan ditimbulkan oleh vaksin.
- Reaksi dari vaksin sangatlah JAUH lebih ringan daripada infeksi COVID itu sendiri.
- Banyak orang dengan reaksi parah terhadap vaksin COVID memiliki riwayat reaksi serupa terhadap makanan atau obat di masa lalu, ini menjadikan ia berisiko tinggi untuk mengalami reaksi parah terhadap vaksin apapun.
Mitos: Lebih banyak orang akan mati sebagai akibat efek negatif Vaksin COVID-19 daripada yang sebenarnya mati karena virus.
Tidak ada kematian terkait dengan vaksin COVID. Ada 1,87 juta kematian di seluruh dunia dari COVID (kemungkinan merupakan perkiraan yang terlalu rendah).
- COVID memiliki angka kematian 1-2% (1-2 per 100 orang)
- Vaksin secara umum memiliki tingkat efek samping yang serius 1-2 per satu juta orang, belum tentu melibatkan kematian. Ini seharusnya tidak berbeda dengan vaksin COVID.
- Dalam matematika sederhana: Kami menargetkan untuk memvaksinasi 200 juta orang Amerika pada akhir tahun 2021. Jika 200 juta lebih orang Amerika terkena COVID, 2 juta atau lebih orang akan mati. Jika 200 juta orang Amerika mendapatkan vaksin COVID, 2-4 orang akan memiliki efek buruk yang serius (dan mungkin bukan kematian).
Mitos: Vaksin COVID-19 dikembangkan untuk mengontrol populasi umum baik melalui pelacakan microchip atau “nanotransduser” di otak kita.
Nanotransduser otak sejauh ini hanya mungkin di film. Saya tahu mungkin kita telah banyak menonton Netflix belakangan ini, tapi apakah imajinasi kita terlalu jauh?
- Tidak ada microchip atau nanotransduser dalam vaksin
- Vaksin tidak akan melacak orang atau mengumpulkan informasi pribadi ke dalam database
- Mitos ini kemungkinan besar dimulai setelah komentar yang dibuat oleh Bill Gates terkait dengan sertifikat digital untuk status vaksin perorangan, yang sama sekali tidak terkait (dan sebenarnya cukup keren!). Baca lebih lagi disini.
Mitos: Vaksin COVID-19 dikembangkan menggunakan jaringan janin.
Vaksin mRNA COVID-19 yang sekarang tidak memerlukan penggunaan kultur sel janin (atau kultur sel lainnya untuk hal itu) dalam proses produksi.
Mitos: Vaksin COVID-19 akan mengubah DNA saya.
Tidak ada pengaruh permanen pada materi genetik Anda sendiri dari vaksin ini.
- Vaksin Pfizer dan Moderna adalah vaksin messenger RNA (mRNA), BUKAN vaksin DNA
- Vaksin mRNA bekerja dengan menginstruksikan sel-sel dalam tubuh bagaimana membuat protein yang memicu respon imun
- Menyuntikkan mRNA ke dalam tubuh Anda tidak akan berinteraksi atau melakukan apa pun pada DNA sel Anda
- Sel manusia akan terpecah dan membuang mRNA segera setelah mereka selesai menjalankan tugasnya.
Mitos: Vaksin COVID menyebabkan kemandulan atau keguguran.
Vaksin COVID tidak pernah dikaitkan dengan infertilitas atau keguguran, tidak ada kekhawatiran secara teori yang akan menyebabkan hal tersebut terjadi.
- Kampanye disinformasi (diduga berasal dari mantan ilmuwan yang dikenal dengan pandangan anti vaksin) telah beredar di internet.
- “Berita palsu” ini mengklaim bahwa lonjakan protein terhadap antibodi oleh vaksin COVID dapat mengikat protein plasenta, sehingga mencegah kehamilan atau menyebabkan keguguran
- Hal Ini secara ilmiah tidak dapat dipercaya / masuk akal:
- Infeksi COVID sendiri belum pernah dikaitkan dengan infertilitas atau keguguran.
- Antibodi alami yang dipicu oleh infeksi COVID belum pernah dikaitkan menyebabkan infertilitas atau keguguran.
- Tidak ada infeksi virus lain atau kekebalan yang disebabkan oleh vaksin yang telah terbukti menyebabkan infertilitas atau keguguran.
Mitos: Vaksin COVID-19 harus disimpan pada suhu yang sangat rendah karena bahan pengawet dalam vaksin.
Kedua vaksin tersebut mengandung messenger RNA yang rapuh dan dapat rusak dengan mudah sehingga membutuhkan sebuah lingkungan yang sangat dingin yang membuat mereka stabil dan aman. Tidak ada bahan pengawet di kedua vaksin.
Mitos: Vaksin menyebabkan autisme.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin memang demikian sangat aman dan efektif. Baca lebih disini.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.