oleh Hendy Matahelemual
Dalam hidup kita terkadang kita ingin mendahului Tuhan dalam segala hal, entah itu dikarenakan kesibukan dan rutinitas yang membuat kita lupa untuk “selah” dan memiliki saat teduh bersama Tuhan. Kita tidak menunggu Tuhan, tetapi kita berjalan melakukan aktivitas tanpa penyertaan Tuhan. Ketika kita burnout dan lelah, barulah kita menyadari bahwa kita jauh dari hadirat Tuhan.
Bulan ini dalam pertemuan bulanan para pastor dan pemimpin pelayanan berbahasa Indonesia, Pastor Buddy Hannanto, International Worship Church, California membagikan renungan mengenai “Coram Deo”, istilah yang diambil dari Bahasa Latin yang memiliki arti, di dalam hadirat Tuhan.
“Istilah Coram Deo, tercatat 28 kali di dalam Alkitab. Di tengah-tengah kesibukan setiap dari kita hamba-hamba Tuhan yang melayani di gereja: mulai dari persiapan kotbah, melayani sidang jemaat, persiapan ibadah, mengurus keluarga dan bekerja… Mari kita tetap tinggal di dalam hadirat Tuhan”, ucap Pastor Buddy.
“Dalam survey Barna group, 1/3 dari Jemaat Gereja tidak merasakan hadirat Tuhan. Hal ini penting diketahui sehingga kita para pemimpin bisa mengingatkan jemaat akan pentingnya tinggal di dalam hadirat Tuhan.”
“Suatu saat ada seorang jemaat remaja yang ketika ibadah berlangsung, Ia sibuk dengan handphonenya. Ketika ditegur, barulah ia mematikan handphone-nya, namun tetapi ketika tidak ada yang melihat, ia kembali memainkan handphonenya. Ini adalah sebuah contoh bagaimana teguran dan pengawasan mengambil peran. Tetapi kita perlu juga mengingat bahwa Tuhan melihat apa yang manusia kerjakan.”
Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. – Ibrani 4:13
Pastor Buddy melanjutkan: “Mari kita mengambil contoh dari Raja Daud. Mari kita belajar mencontoh beliau seperti yang telah ditulis di dalam dalam Mazmur 139.”
“Suatu saat ketika saya merasa gelisah, dalam doa saya meminta kepada Tuhan untuk bisa melihat Tuhan, dan saya mendapatkan penglihatan bahwa Tuhan hadir dan Ia tidak pernah meninggalkan diri saya”
“Mari di tahun 2024 kita miliki kesadaran penuh akan Hadirat Tuhan di dalam hidup kita, hadirat Tuhan harus ada di dalam hati kita sebagai hamba-hamba Tuhan”, tutup Pastor Buddy Hannanto.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.