Sebagai orang Indonesia kalimat Mohon maaf lahir batin, minal aidin wal faizin adalah kalimat yang sudah tidak asing lagi kita didengar khususnya pada Hari Raya Idul Fitri. Menurut kalender hijriah atau kalender Islam hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 12 Mei 2021, dan diikuti dengan hari kedua yaitu Kamis, 13 Mei 2021. Minal aidin wal faizin sendiri memiliki arti “kembali sebagai orang orang yang menang dan diterima amal ibadahnya.”
Hari raya Lebaran atau Idul Fitri adalah hari raya besar yang dirayakan cukup meriah setiap tahunnya. Dan Sebagai orang Kristen yang hidup sebagai minoritas di Indonesia, hari raya Lebaran merupakan hari raya yang diperingati bersama. Dan tradisi ini pun tetap dibawa ketika pergi ke Amerika Serikat.
Meski perayaan tahun ini tidak seperti biasanya dikarenakan pandemi tetapi semangat solidaritas dan kerukunan beragama tetap ada dan terjalin erat. Perayaan Idul Fitri sangat erat juga dengan tradisi makan bersama khususnya makan ketupat. Hal ini menjadi acara rutin setiap tahunnya, termasuk di kota Philadelphia.
Dan tradisi makan ketupat ini pun tetap terbawa bahkan di dalam lingkungan gereja sendiri. Indonesian Light Church Philadelphia pada hari minggu ini akan memulai kembali kegiatan makan bersama yang terhenti karena pandemi. Menimbang karena semua anggota sudah divaksin maka kami akan memulai kembali kegiatan ini, dan makan ketupat bersama terasa sangat pas sekali.
Hari Raya Idul Fitri tahun ini juga secara penanggalan diperingati bersamaan dengan Hari Kenaikan Isa Al Masih. Ada hal yang menarik saya rasa perlu sedikit dibahas disini khususnya mengenai kata kemenangan dalam dua hari raya ini. Kedua agama besar ini mengartikan kemenangan secara berbeda, tetapi saya percaya kita tetap bisa mengambil sebuah pelajaran berdasarkan iman kita pegang.
Bagi umat Islam kemenangan disini berarti kemenangan dalam menjalankan ibadah puasa (saum) selama 40 hari, dan juga kemenangan secara nyata di dunia ini. Bagi umat Kristen arti kemenangan adalah ketika Yesus mau mati berkorban (kalah) menundukkan dirinya di kayu salib, dimana pada akhirnya Ia bangkit pada hari ketiga dan naik ke surga. Memang terdapat perbedaan tetapi bukan berarti kita tidak bisa hidup saling mengasihi.
Dr. Backues atau lebih akrab dipanggil Pak Djaja memberikan tanggapannya sebagai penutup, “Baik bagi umat Kristen maupun bagi umat Islam, setiap hari harus selalu hidup baik dan rukun sama seperti ketika merayakan baik Idul Fitri maupun Idul Adha bersama. Dengan kita tidak lupa untuk bersujud kepada Yang Maha Esa setiap hari (bukan sekadar dua hari setahun), kita bisa belajar untuk berkorban demi kepentingan sesama kita (mengingat arti sebenarnya Idul Adha dan Hari Paskah) dan kita bisa belajar untuk kembali ke fitra (mengingat arti sebenarnya Idul Fitri dan Hari Natal)”
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.