Saya rasa kita boleh sepakat bahwa dampak Pandemi Covid-19 bukan saja menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi saja, tetapi juga krisis keadilan dan kemanusiaan. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana kebrutalan polisi dan kekerasan bersenjata terhadap George Floyd, Breona Taylor, Ahmaud Arbery memicu kesadaran kita bahwa perjalanan pekerjaan restitusi, restorasi dan rekonsiliasi terhadap orang kulit hitam masih panjang.
Pandemi seakan akan membuat luka luka dan penyakit lama yang belum pulih terbuka kembali. Dan beberapa waktu ini kejahatan kebencian, dan rasisme kembali mengalami peningkatan, kali ini yang mengalami dampak adalah komunitas Asia di Amerika Serikat. Kejahatan kebencian terhadap komunitas Asia mengalami peningkatan cukup signifikan ditahun 2020.
Mungkin puncak kekerasan ini terjadi pada bulan January, 2021, Vichar Ratanapakdee berusia 84 tahun didorong sehingga tersungkur, dan beliau akhirnya kehilangan nyawanya di rumah sakit di San Francisco, California. Sejak February tercatat 3000 kasus kejahatan bermotif kebencian terhadap orang Asia di Amerika Serikat dan semakin hari semakin meningkat. Toko-toko Asia dijarah, bahkan rumah ibadah pun dirusak.
Peningkatan ini dipicu oleh retorik rasisme dan xenophobia seputar Covid19. Meski memorandum mengencam rasisme, xenophobia, dan intoleransi terhadap orang Asia dan Kepuluan Pasifik di Amerika Serikat telah dikeluarkan pemerintah, perkerjaan rumah kita sebagai konferensi masih banyak dan perjalanan menuju keadilan rasial masih panjang.
Isu kemanusiaan dan keadilan rasial terhadap orang Asia di Amerika Serikat bukanlah hal yang baru. Undang-undang pengecualian China (1882) dan Interniran Jepang Amerika (1942) adalah beberapa contoh dari banyaknya perlakuan diskriminatif terhadap orang Asia Amerika. Sebagai kaum minoritas, banyak orang Asia mengalami perlakuan diskriminatif setiap harinya. Pandemi hanya membukakan penyakit dalam masyarakat yang sebenarnya sudah ada sejak semula, penyakit rasisme.
Rasisme dalam komunitas Asia sebenarnya adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, ketika kejahatan yang dipicu oleh kebencian terjadi, besar kemungkinan orang Asia yang mengalami kekerasan tidak melaporkannya kepada kepolisian. Hal ini antara lain disebabkan ketidakfasihan dalam berbahasa Inggris dan tidak ingin mendapatkan masalah yang lebih besar lagi, sehingga banyak yang memilih untuk diam.
Apakah diam adalah sesuatu yang baik? Ada sebuah pepatah yang berkata, berbicara adalah perak dan diam adalah emas. Setelah saya renungkan, saya percaya untuk menyingkapkan kejahatan, berbicara adalah berlian, Rasisme adalah kejahatan, dan Tuhan Yesus menjauhi kebencian.
Tetapi jika ditanya hari ini langkah apa yang perlu untuk dilakukan? Menurut saya hal ini adalah hal yang sulit dimasa sulit, sehingga saya memilih untuk berdoa meminta hikmat, damai dan ketenangan,berdoa supaya Tuhan berikan ketenangan di hati ini, sama seperti halnya air tenang tetapi menghanyutkan segala kejahatan.
Baru kemarin saya antri di kasir di supermarket setelah membeli beberapa bahan makanan. Dan saya melihat seorang pria Asia tua mengalami kesulitan membayar di kasir, Dia tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik atau mungkin tidak sama sekali. Kasir dibuat frustrasi oleh pria ini, dan segera salah satu pelanggan melakukan tindakan yang tidak pantas dengan mencoba mengambil uangnya dan menyelesaikannya dengan cara yang kasar yang sebenarnya tidak perlu. Setelah lelaki tua itu pergi, baik kasir maupun pelanggan itu menyeringai. Sekali lagi hal semacam ini bukanlah sesuatu yang baru dan hati saya gelisah.
Mungkin banyak dari orang keturunan Asia di Amerika termasuk saya tidak mengalami kekerasan fisik, tetapi kita semua pernah mengalami jenis kekerasan lain, kekerasan verbal, agresi mikro, stereotip dan intoleransi. Saya percaya bahwa keterbukaan adalah awal dari pemulihan dan saya percaya bahwa dari setiap krisis dan konflik ada peluang untuk perdamaian dan rekonsiliasi.
Sebagai penutup saya diingatkan oleh ayat ini:
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.
Yohanes 16:33
Kami melihat ketahanan, keindahan, dan kekuatan dalam komunitas Asia. Konferensi berdiri bersama melawan semua kebencian dan rasisme. Mari terus berjuang untuk perdamaian, keadilan dan non-kekerasan, dan marilah kita menyembuhkan dan berdamai bersama di dalam Yesus.
The opinions expressed in articles posted on Mosaic’s website are those of the author and may not reflect the official policy of Mosaic Conference. Mosaic is a large conference, crossing ethnicities, geographies, generations, theologies, and politics. Each person can only speak for themselves; no one can represent “the conference.” May God give us the grace to hear what the Spirit is speaking to us through people with whom we disagree and the humility and courage to love one another even when those disagreements can’t be bridged.
This post is also available in: English (Inggris)
This post is also available in: English (Inggris)